Hamufield
“Ji Hyo!” Jun Su melambaikan tangannya dan tersenyum lebar pada Ji Hyo yang terlihat berjalan melamun beberapa meter darinya.
Tidak seperti Jun Su di Seoul yang pendiam dan selalu sendirian, Jun Su di Hamufield selalu menyapa siapa pun yang dikenalnya, selalu tersenyum, tertawa, menjahili teman-temannya, dan membuat lelucon-lelucon yang seringkali dianggap tidak lucu.
Ji Hyo tersenyum lebar dan segera berlari menghampiri Jun Su.
“Selamat ya, pertandingan yang bagus.” Jun Su memeluk Ji Hyo sekilas sembari menepuk-nepuk pundak adik kelasnya itu. Baru setahun gadis kecil itu menjadi penduduk Hamufield, tetapi ia sudah memenangkan perlombaan tradisional Hamufield tahun ini. Perlombaan itu diikuti oleh tim yang terdiri dari delapan orang pemain yang harus menjawab teka-teki dan beberapa game juga memerlukan kemampuan fisik.
“Terimakasih!” Ji Hyo tersenyum lebar dan menunjukkan wajah cerianya. “Selamat juga untuk pertandingan bolamu, kapten!” Ji Hyo memberi hormat seperti seorang prajurit pada Jun Su.
Jun Su tertawa dengan tingkah Ji Hyo. “Terimakasih” Jun Su terlihat malu dan salah tingkah mendengar julukan barunya sebagai kapten. Ia baru saja menggantikan posisi Yun Ho sebagai kapten sepak bola tahun ini.
“Mau ke mana?” Jun Su melirik buku tebal yang dibawa Ji Hyo.
“Mendiskusikan beberapa strategi untuk perlombaan musim depan.”
Jun Su hanya mengangguk-angguk, mengagumi gadis pintar dihadapannya.
“Ji Hyo! Jun Su!”
Ji Hyo dan Jun Su menoleh ke sumber suara bersamaan. Fei sedang berlari menghampiri mereka dengan tangan sebelah tangan yang melambai.
“Kau juga akan ke tempat ketua Yu ‘kan?” Fei segera bertanya pada Ji Hyo setelah ia sampai dihadapan Jun Su dan Ji Hyo. Ji Hyo mengangguk pada gadis berambut hitam lurus sebahu itu. “Kita bisa pergi bersama.” Fei segera merangkul pundak kecil Ji Hyo yang masih jauh lebih pendek darinya itu.
“Selamat atas kemenanganmu kemarin!” Jun Su tersenyum lebar pada Fei, kakak kelas sekaligus teman sekelas Yun Ho dan Jae Joong itu.
“Terimakasih! Selamat untukmu juga. Aku tidak sabar menonton pertandingan bolamu lagi.” Fei tersenyum lebar, sementara Jun Su kembali menunjukkan wajahnya yang memberikan semburat memerah.
“Oh ya, kau tahu sesuatu mengenai pekerjaan yang cocok untukku?” Jun Su menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Tidak ingin menjadi koki seperti Jae Joong?”
Jun Su menggeleng pelan, “Masakanku tidak sebaik Jae Joong.”
“Toko buku?”
“Kau bercanda?” Jun Su mengecilkan matanya menatap Fei yang berkata polos.
Fei hanya tertawa. Benar juga, Jun Su tidak akan betah berdiri di toko buku dan hanya diam seharian. Jun Su terlalu banyak bergerak dan sangat berisik untuk tempat-tempat semacam itu.
“Bagaimana dengan Yoo Chun? Dia sudah mendapat pekerjaan?”
“Dia menjadi pengurus kuda.”
Fei menganggukkan kepalanya, “Itu sangat cocok untuknya.”
Jun Su menggumam setuju dan mengacak rambut Ji Hyo yang sedari tadi hanya diam mendengarkan percakapan dua anak besar di hadapannya.
“Kau sudah coba bekerja pada kakek Smith? Aku dengar Jack dan George bekerja padanya.” Fei kembali memberi saran setelah berpikir keras.
Jun Su menyipitkan matanya dan menggeleng.
Fei berdengung dan mengamati lengan kecoklatan Jun Su. “Cobalah bekerja di sana. Yang perlu kau lakukan adalah pergi ke tambang dan mencari material untuk kakek Smith.”