Hamufield
Hari-hari berlalu dengan begitu cepat bagi Yoo Chun. Ia sudah mulai terbiasa dengan lingkungan barunya. Setidaknya ia sudah tidak begitu canggung lagi dengan Melanie dan Eaton. Yang paling penting adalah, ia tidak lagi diasingkan oleh teman-temannya. Di sini, ia merasa memiliki teman.
“Aku membuat menu yang berbeda hari ini. Salah satu masakan khas di Hamufield.” Melanie tersenyum setelah selesai meletakkan piring-piring di meja, membuyarkan isi kepala Yoo Chun akan dirinya sendiri.
Mata Yoo Chun segera terpaku pada beberapa jenis masakan yang tertata rapi di meja makan kecil mereka. Aroma masakan Melanie selalu membuatnya lapar seketika.
Eaton yang baru memasuki ruang makan segera menghampiri Melanie dan memeluk isrinya dengan mesra. Mereka terlihat serasi dan bahagia.
Yoo Chun menatap dua orang itu dengan senyum di bibinya. Ia merasa memiliki keluarga yang hangat.
Seperti biasa saat istirahat makan siang tiba, Cassie membuka kotak makan siangnya dan segera menyodorkan anggur-anggur segar. Jun Su segera mengambil beberapa butir anggur, kali ini Yoo Chun ikut mengambil anggur milik Cassie.
“Jae bilang kau suka menyanyi.” Jun Su menatap Yoo Chun dengan roti besar di tangannya.
Yoo Chun mengangguk, “Jae mengajariku beberapa lagu kemarin.”
“Cobalah ikut paduan suara Sabtu besok.” Jun Su menggigit roti besar di tangannya.
“Paduan suara?” Yoo Chun mengernyitkan dahi. Sekarang tangannya sibuk membuka bekal makan siangnya.
“Ya, untuk misa mingguan gereja. Yun Ho dan Jae Joong juga ikut.” Jun Su menjelaskan lebih lanjut, namun matanya terfokus pada tangan Yoo Chun yang baru saja mengisi kotak makannya dengan masakan Melanie.
“Sepertinya menyenangkan.” Yoo Chun memberikan komentar, tetapi ia sedang terfokus untuk membagi makan siangnya dengan Cassie yang sudah menyodorkan kotak makannya dan tersenyum manis sembari mengucapkan terimakasih.
“Kalau kau mau kita bisa pergi bersama Sabtu besok. Aku dan Jae akan menghampiri rumahmu sebelum latihan.” Jun Su tersenyum lebar.
“Kau juga ikut?” Yoo Chun melebarkan matanya.
“Jun Su adalah yang terbaik!” Cassie menyela dengan keras.
Jun Su hanya tertawa malu, tetapi ia juga tidak mengelak.
Jun Su melahap masakan yang terlihat seperti sushi goreng pemberian Yoo Chun satu menit yang lalu. Matanya segera melebar, “Ini enak!”
Cassie yang sedang sibuk melahap masakan yang sama itu menggumam setuju dan mengangkat sebelah ibu jarinya.
Yoo Chun tersnyum lebar, bangga dengan masakan ibunya.
“Oh ya, sepulang sekolah nanti akan ada sepak bola lagi.” Jun Su mengingatkan sebelum kembali melahap makan siangnya.
“Apa Jae ikut?” Yoo Chun bertanya ragu-ragu.
Jun Su mengangguk, dan Yoo Chun segera menghembuskan nafas lega. Jujur, Yoo Chun tidak suka olahraga. Setidaknya ia bisa selesai awal dan mengobrol dengan Jae Joong.
Seoul
Kamar gadis kembar itu sunyi senyap. Ji Hye terfokus pada pekerjaan rumahnya, sementara Ji Hyo menikmati komik barunya di kasur.
“Komik ini bagus, kau sudah membacanya?” Ji Hyo menatap punggung Ji Hye yang sedang sibuk di meja belajarnya.
“Aku tidak tertarik.” Ji Hye terdengar kesal. Saudara kembarnya itu bahkan tidak membalikkan badannya untuk melihat komik yang masih berada dalam genggaman Ji Hyo.
Ji Hyo hanya terdiam. Akhir-akhir ini Ji Hye terasa begitu dingin padanya. Tidak peduli seberapa keras ia menginga-ingat, ia tetap tidak menemukan penyebabnya, dan segala cara yang Ji Hyo lakukan untuk membuat kembarannya itu kembali bersikap normal padanya juga tidak berhasil; Ji Hye justru terlihat semakin kesal.