•REWIND•
©Elsy Jessy
Mataku membola. Tak percaya apa yang baru saja Dina katakan. Dia bahkan sudah berencana mengakhiri hubungannya dengan Rey. Aku tak habis pikir, dia tega melakukan hal itu. Padahal mereka sudah menjalin hubungan hampir setahun. Aku lihat Rey baik dan sangat mencintainya. Atau memang gaya pacaran putus nyambung sedang tren setelah Melly Goeslow dan BBB merilis lagu itu.
"Lo udah nggak waras, ya?" Kata-kata itu terlontar begitu saja.
Dina nyengir. "Gue udah bosen sama Rey."
Aku menepuk dahiku. Ya Tuhan, setan apa yang merasuki Dina hingga merubahnya menjadi sejahat ini. Dina memang egois dan ingin menang sendiri, tapi aku tak menyangka dia berpikir seperti itu.
Aku mengambil ponselnya yang tergeletak di samping keyboard. "Lo mendingan langsung putusin aja sekarang." Dan menyerahkan pada Dina.
"Kalo gue bisa, udah gue putusin dari dulu."
Aku mengernyitkan pelipis. "Maksud lo?"
Aku melihat sorot matanya menyendu. Seolah menyimpan banyak rahasia menyakitkan di dalamnya. Dia tak menjawab dan hanya menunduk.
Tak sengaja aku melihat lebam di lengan kanannya. "Ini kenapa, Na?"
Buru-buru dia menutupinya. Tapi terlanjur, aku sudah tahu perihal warna kebiruan itu. Mungkin karena dulu sempat mendapat perundungan, aku jadi tahu lebam itu akibat pukulan dengan benda tumpul.
"Udah, nggak usah ditutupin. Itu kenapa?" tanyaku lagi.
Dia tak mau mengaku. Dan mulai mengarang cerita. Tapi aku tahu dia berdusta. Mencoba mengalihkan pembicaraan kami.
Aku meraih tangan dan menatap tajam tepat ke matanya. "Jujur sama gue. Lo di-bully juga?"
Dina menggeleng dengan cepat. "Nggak."
"Jangan bilang lo abis jatuh. Jelas banget bokisnya."
"Tapi lo jangan bilang mami sama ayah, ya," mohonnya padaku.
"Iya."
"Sebenernya ..."
***
Aku bingung setelah mendapat sandek dari Dina siang ini. Aku bahkan masih di dalam angkutan umum karena mami tak bisa menjemput dan belum sampai rumah.
Ta, tolongin gue ya. Lo ke kafe NEEDU ketemu Arya jam tiga sore. Gantiin gue, please. Gue lagi sama Rey soalnya.
Aku melirik jam tanganku. Jam tiga kurang lima menit. Aku sedikit ragu. Tapi kenapa harus di kafe NEEDU? Semoga tak bertemu Krucul di sana. Ah, bukankah kalau Krucul melihat akan lebih baik. Jadi dia bisa tambah menjauhiku. Baiklah, aku akan menggantikan Dina bertemu gebetannya itu.
Aku berhenti tepat di depan kafe. Masuk dan memilih duduk di sudut ruangan dekat jendela besar. Sambil menunggu, aku memainkan game ular-ularan yang ada di ponsel.
Dari jauh aku melihat seseorang dengan hoodie abu-abu yang melihat ke arahku. Apakah itu orang dimaksud Dina? Aku segera menenggelamkan jari-jariku ke dalam lengan kardigan.
Laki-laki itu mendekati mejaku. "Lo Dina bukan?"
Aku berdiri lalu mengangguk perlahan. "I-iya."
Dia mengajak berjabat tangan. "Gue Arya yang di Friendster."
Aku menyambut uluran tangannya sambil tersenyum untuk merespon.
Dia duduk di depanku kemudian memilih menu. "Sorry, Na. Tadi soalnya abis kumpul basket dulu."
"Oh, iya nggak apa-apa. Lagian gue juga baru sampe, kok."
Tampang orientalnya lumayan. Lebih tampan aslinya daripada di foto yang ditunjukkan Dina kemarin. Untuk seorang yang suka olahraga, apalagi basket, kulitnya termasuk lebih cerah. Tipe laki-laki ideal Dina.
Pramusaji datang membawa pesanan kami. Kemudian berkata, "Maaf, Kak. Kafe kami sedang ada promo titip salam yang ditempel di papan sebelah sana." Dia menunjuk ke papan besar di ujung dekat panggung. "Silakan, Kak. Pesannya bisa apa saja dan buat siapa saja," tambahnya lagi sambil menyerahkan sticky note warna warni dan pulpen. Lalu meninggalkan kami.
Arya mengambilnya dan mulai menulis beberapa pesan. Dan fakta baru aku tahu setelah bertemu, Arya kidal dan gambarnya bagus. Dia juga sangat suka One Piece sama sepertiku. Lihat saja, semua pesannya berisi hal-hal dan gambar dari karakter anime dari Jepang itu. Lucu, siapa juga yang akan membaca pesan itu. Apalagi kafe ini bertema musik.
Aku membaca salah satu pesan yang dia tulis. "Untuk Luffi, kapan kau menjadi raja bajak laut?" Sontak aku terbahak.
"Lo ngetawain gue, kan?" sindirnya.
Aku menahan tawa. "Ng-nggak." Aku juga mau menuliskan hal yang sama. Bukan untuk dibaca orang lain tapi untuk kenang-kenangan saja.
Jujur saja, aku sulit bergaul dengan orang baru. Takut berinteraksi berlebihan dan juga jarang memperlihatkan sisi kesukaanku pada orang lain. Seperti pada Krucul saat itu, aku juga merasakan hal yang sama pada Arya. Klik karena mempunyai kegemaran yang sama.
Kami mengobrol banyak hal tentang manga karya Eichiro Oda itu. Membahas hal-hal menarik dan lucu di komiknya.
Sampai akhirnya aku melihat Krucul berjalan masuk sambil menggendong gitar akustiknya. Seketika aku bergerak menunduk sengaja menutupi wajahku dengan rambut. Aku masih bisa mengintip lewat celah rambut.
Aku dikagetkan dengan Arya yang tiba-tiba mendekatkan kepalanya persis di depan wajahku. "Lo nggak apa-apa kan, Na?"
____________Bersambung______________