Usai berlibur dan melaksanakan pernikahan di Pariaman. Keyra dan Atlas kembali ke sekolah sendiri-sendiri. Suasana dan keadaan kembali seperti semula. Mereka tak lagi saling mengenal. Sesampainya di kelas Keyra langsung bergegas ke bangkunya bercerita panjang lebar dengan Mita. Sementara Atlas duduk di pojok kelas dengan segerombol geng-nya sambil bersiul menggoda adik kelas yang lewat melalui kaca yang diganjalnya dengan kertas.
Keyra melirik ke belakang, entah mengapa hatinya tiba-tiba sakit saat melihat sikap Atlas yang cuek dan tidak seperhatian saat di Pariaman kemarin. Semua terlihat lucu saat mereka sudah berstatus pasangan suami istri tapi mereka berlagak tak mengenal. Ditambah Atlas justru asik mengganggu adik kelas, ia lupa jika ketampanannya bisa jadi membuat anak kelas dua dan satu bisa baper.
Siswa kelas dua tiba-tiba mengintip dari luar. Sambil senyam-senyum dan salah tingkah. Rio yang hendak ke kantin tiba-tiba menjegatnya di depan pintu.
“Nyariin siapa?”
“Bang Atlasnya ada Bang?”
“Bentar gue panggil!”
Rio memiringkan tubuhnya kemudian meneriakan nama Atlas.
“Atlas ada cewek yang nyariin lo nih!”
“Ngapain?”
“Katanya mau kasih hadiah!”
“Bilangin gue udah ada yang punya, jadi kasih aja ke orang lain!” teriaknya melirik Keyra diam-diam, membuat seluruh siswa perempuan di kelas menatap Atlas dengan tatapan kecewa. Mereka semua serentak patah hati dan sebagia memilih pindah haluan ke Reno.
“Widih diem-diem udah ada yang punya. Siapa bro gue kira lo homo nggak suka perempuan. Habisnya berantem mulu sama silabil. Eh labil tu denger, tenang aja si Oncom udah punya pacar, jadi nggak mungkin dia jatuh cinta sama lo,” Tukasnya tertawa saat melewati bangku milik Keyra.
Keyra menatap jengkel ke arah Rio, tapi siapa kira jika di dalam hatinya ia tampak senang. Bahwa Atlas tidak lupa kalau kini ia sudah memiliki seorang istri. Lucu memang tapi itulah kenyataannya.
Keyra kembali fokus menyalin mata pelajaran yang sempat tertinggal selama tiga hari, saat ia izin tidak masuk sekolah. Tiba-tiba Tiara yang baru saja masuk kelas tampak ngos-ngosan habis berlarian.
“Kenapa lo Ra? Kayak dikejar setan aja.” Mita celetuk.
“Di luar ada kecelakaan Woi!” Teriak Tiara dengan napas terputus-putus.
“Tarik napas dulu, baru ngomong lagi,” Tukas Mita mengelus punggung Tiara, yang kini semua mata siswa beralih kepadanya.
“Temen kita ditabrak dan sekarang di depan gerbang anak-anak pada ke sana buat ngeliat. Kepalanya mengalami pendarahan dan dia nggak sadarkan diri.” Wajah Tiara seketika berubah cemas dan panik.
“Siapa Ra?” Tanya Ari penasaran.
“Reno.”
Pulpen yang ada di tangan Keyra langsung terlepas begitu saja saat ia mendengar nama Reno. Jantungnya seketika berhenti, mendengar kalimat tadi dari mulut Tiara membuat tubuh Keyra melemah, ia langsung menjatuhkan kepalanya di meja dan membenamkan di bawah lipatan tangan. Mita langsung berdiri diikuti oleh teman-teman yang lainnya.
“Key lo nggak mau ngeliat? Ini Reno Key, bukannya lo sama Reno?”
“Nggak Mit, lo aja.” Mita mengangguk kemudian pergi menyusul teman-temannya yang lain.
Keyra tiba-tiba menangis, dadanya terasa sesak. Sementara Atlas hanya diam dan memperhatikan istrinya dari belakang. Kini tinggal mereka berdua di dalam kelas, tapi entah mengapa tiba-tiba hatinya terasa sakit, saat Keyra menangisi pria lain. Bukankah sudah jelas-jelas kalau ia sudah memiliki suami.
Mungkinkah ia bersikeras untuk membatalkan pernikahan itu karena Reno, bukan karena alasan lain. Pikir Atlas, seketika membuat rasa kesal dan jengkel kini menguasai dirinya. Ya, padahal Atlas yang dingin telah mencoba untuk membuka hati untuk gadis itu, meski ia masih mempertahankan cinta pertamanya. Namun kejadian barusan semakin mempermantap kalau mereka memang ditakdirkan untuk bersama namun tidak untuk mencintai.
Atlas berjalan keluar melewati Keyra. Ia mengangkat wajahnya, menatap punggung Atlas yang berlalu begitu saja hingga menghilang di balik pintu. Keyra semakin terisak-isak saat orang yang mulai ia cintai berjalan begitu saja, padahal saat itu ia membutuhkan Atlas, membutuhkan pelukkan dan ketenangan pria yang telah berstatus suaminya.
“Seharusnya lo berjalan ke arah gue dan nenangin gue Las, bukannya pergi gitu aja!” Tukas Keyra dalam isakannya, sambil meremas-remas roknya. Keningnya berkeringat, jantungnya berdegub kencang, ia mengerang kemudian berteriak histeris di dalam ruangan.
Larisa yang hendak masuk kelas segera menghentikan langkahnya saat ia mendengar suara teriakan dalam kelasnya. Ia berjinjit di depan jendela, untuk melihat siapa pemilik suara dalam ruangan itu. Larisa terkejut, ia kemudian mengeluarkan ponselnya kemudian memvideokan sambil tersenyum puas.
Tiba-tiba tidak lama dalam hitungan sepuluh menita group XII IPS B ramai, sebuah video yang diunggah dari salah satu penghuni group itu. Dengan keterangan Guys hati-hati kalau masuk kelas jangan sendirian. Liat tuh temen kita keserupan nangis sambil teriak-teriak.
Dalam sekejap Group XII IPS B langsung heboh dengan komentar yang bermacam-macam.
081256xxxxx : Eh itu Keyra kan?
0838675xxxx : Widih iya itu Keyra. Gue rasa dia Stress kayak gitu bukan karena kesurupan deh.
0852879xxxx : Jangan-jangan karena Reno kecelakaan?”
0838061xxxx : Kasihan ya masih muda Stress Cuma gara-gara cowok. Sedih sih sedih, tapi nggak gitu-gitu juga kali sedihnya. Serem ih.
081265xxxxx : Jangan-jangan karena sedih denger si Reno kecelakaan, terus dia kesurupan lagi.
Mita : Jahat banget ya kalian!
Mita langsung bergegas ke kelas.
Atlas : Berisik aja lo semua. Biarin aja kalau dia Stress emang ada ruginya sama lo pada.
Rio : Widih ngebelain, jangan bilang lo mulai perhatian sama tu cewek?
Atlas yang berada disebelah Rio langsung menjitak kepala teman sebangkunya itu. Membuat Rio mengerang sambil mengelus-elus kepalanya.
“Kampret sakit tau kepala gue, udah difitrahin nih sama enyak, baba gue!”
“Difitrahin juga lo? Kenapa nggak sekalian di ruqiyah.” Gelak Atlas membuat Rio menatap kesal.
“Resek lo.”
“Lo yang resek ngapain komentar digroup kayak gitu? hapus nggak, kalau nggak gue cakar-cakar muka lo biar makin jelek!”
“Iiih…serem. Iye gue hapus. Ke kelas nggak lo? ngapain di kelas kosong gini, nanti kesurupan setannya si labil loh.” Ledeknya kemudian berlari meninggalkan Atlas.
***
Mita yang ada di depan gerbang sekolah, ikut melihat kejadian itu. Langsung berlari ke kelas, setelah membaca Group WA. Ia masuk kelas dan berlari menghampiri Keyra.
“Lo kenapa?” tanya Mita sambil memeluk Keyra.
“Gue nggak apa-apa!”
“Jangan bohong! Gue tau lo lagi sedih, tapi jangan pura-pura tegar Key. Kalau lo mau nangis, nangis aja jangan ditahan. Gue yakin Reno bakalan baik-baik aja kok, dia udah dibawa ke rumah sakit. Kita doain yang terbaik buat Reno ya!”
Keyra mengangguk bingung.
“Gue boleh pinjem ponsel lo?”
“Buat apa?”
“Pinjem aja, mana?” Pintanya sambil menyodorkan tangannya.
Belum sempat Keyra memberikan ponselnya pada Mita, tiba-tiba para siswa yang baru kembali dari depan gerbang menyaksikan kecelakaan Reno berduyun-duyun masuk ke kelas sambil meledek Keyra. Lantas membuatnya semakin bingung.
“Key gue tau lo sedih, tapi nggak gitu-gitu amat kali. Kayak orang kesurupan!” Andi berjalan melewati bangku Keyra.
“Padahal gue tadinya naksir sama lo. Tapi nggak jadi deh, lo terlalu cinta mati banget ya sama Reno, sampai segitunya,” Tukas Kamal, sambil memutar buku dijari telunjuknya.
“Cinta bisa bikin orang kesurupan ya.” Timpal Ana sambil tertawa bersama gengnya.
Keyra yang bingung dengan pernyataan teman-temannya langsung mempertanyakan kepada Mita.
“Kenapa sih Mit?”
“Nggak apa-apa, nggak usah didengerin. Mana ponsel lo, gue pinjem?” Desak Mita.
Keyra yang curiga langsung membuka ponselnya dan tiba-tiba rasa penasaran memburunya untuk segera melihat Chatt Group yang tiba-tiba ramai dalam waktu dua puluh menit.
Keyra membaca satu persatu isi dari grup itu kemudian menscroll ke atas siapa pengirim video tersebut. Ada rasa marah kini membuncah di hatinya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Keyra berusaha menahannya agar tidak pecah dan kalah dihadapan teman-teman sekelasnya.
Dadanya sesak, kakinya mulai lemah. Namun sebisa mungkin ia mencoba untuk kuat. Keyra berjalan keluar, saat melewati pintu, Keyra berpapasan dengan Atlas yang sejak tadi berdiri di depan pintu dengan tatapan datar. Sakit, ya itu yang dirasakan Keyra. Disaat ia terjepit, Atlas hanya diam menyaksikan semuanya, ia tidak melakukan pembelaan ataupun melindunginya. Hati Keyra seketik hancur berkeping-keping ibarat Puzzel yang potongan lainnya tiba-tiba hilang.
Keyra terus berlari mencari sosok penyebar video di group itu. Saat ia melihat Larisa dari jauh sedang mengobrol bersama Martin. Ada amarah membuncah, namun masih dalam kendali ia menghampiri Larisa. Keyra menarik tangan Larisa ke belakang kelas yang tidak terpakai.
“Tega banget lo nyebarin video itu digroup? Salah gue apa sama lo Sa?”
“Salah lo banyak.”
“Apa?”
“Lo punya segala-galanya, tapi dengan sok-sokan lo pura-pura baik, sederhana. Jijik tau nggak gue liatnya. Gue tau lo dari keluarga kaya raya dengan segala harta melimpah ruah, tapi pura-pura sederhana dan biasa aja. Lo kira gue bakal simpati dan memuji lo gitu. Wah si Keyra baik ya, meskipun kaya tapi nggak sombong. Alah munafik lo.”
“Lagian kan nggak ngerugiin lo, kalau lo nggak suka sama gue ngomong dari awal. Nggak kayak gini caranya Sa!”
“Iya emang nggak ngerugiin gue, tapi gue muak liatnya. Satu lagi, gue nggak pernah suka ngeliat lo dekat-dekat sama Reno.”
“Oh jadi ini tentang Reno! Sejak awal gue nggak ada perasaan sama Reno, kita Cuma temenan. Dari dulu gue nggak minat tuh untuk pacaran, apa lagi yang bisa ngerugiin diri sendiri. Jadi kalau lo bilang gue rebut Reno, lo salah. Gue sama sekali nggak pernah ngerebut siapapun, apa lagi Reno. Karena gue memilih untuk nggak pacaran.”
“Munafik lo. Tampang aja polos, pakai jilbab. Tapi sok suci, orang kayak lo udah kebaca pikirannya. Nggak ada bedanya sama cewek-cewek yang pakai jilbab tapi pegangan tangan, ciuman, pelukan, pelakor dan sebagainya.”
“LARISA, gue udah cukup sabar ya sama lo. Gue emang bukan cewek baik-baik terkadang sering bikin kesel kalian semua. Tapi gue nggak pernah melakukan hal serendah itu. Gue tau batasan-batasan yang boleh dan nggak dalam Islam. Kalau lo menemukan cewek berjilbab kayak gitu, bukan jilbabnya yang harus lo salahin tapi kelakuan orangnya yang harus lo tegur.” Suara Keyra mulai meninggi, kemudian kembali lembut. Ia sadar orang seperti Larisa tidak bisa di keraskan, jika semakin dikeraskan maka ia akan melunjak.
“Sok ceramah lagi!”
Keyra menarik napasnya, kemudian memegang kedua bahu Larisa.
“Maafin gue ya, kalau udah bikin lo nggak nyaman dengan sikap gue. Lain kali kalau lo nggak suka sama sikap gue, tegur gue baik-baik. In sha Allah gue akan berubah. Terima kasih udah koreksi kesalahan gue,” Tukasnya tersenyum kemudian kembali ke kelas. Saat itu Larisa hanya terdiam dan mematung menatap punggung Keyra yang berlalu di belokkan lorong mading.
Keyra berlari ke kelas. Tiba-tiba kelas sepi, hanya ada Mita dan Tiara di kelas sedang mengerjakan tugas.
“Yang lain ke mana?”
“Pulang. Kita diliburkan karena guru-guru pada rapat dan sebagian anak-anak ke rumah sakit jengukin Reno. Jadi kita dikasih tugas, besok dikumpulin,” jawab Mita sambil mengerjakan tugasnya lebih awal, agar malam ia bisa membaca novel.
Sementara Keyra melirik ke arah meja Atlas, ternyata tas pria itu masih berada di sana. Namun sosok pria itu tak ada di tempat, Keyra yang penasaran ke mana Atlas, langsung keluar mencari keberadaan pria itu. Mulai dari belakang parkiran, belakang lab, taman, lapangan namun sosok yang dicarinya tetap tak menampakkan wajahnya.
Saat Keyra hendak kembali ke kelas melalui parkiran belakang. Tiba-tiba langkahnya terhenti, dadanya tiba-tiba terasa sakit saat sosok yang ia cari berada di sana sedang berpelukkan dengan gadis lain. Air mata Keyra tiba-tiba turun begitu saja tanpa intruksi, napasnya sesak, ia kemudian berlari ke kelas dan segera mengambil tasnya.
“Key lo kenapa?” Tanya Mita yang tiba-tiba terkejut melihat Keyra menangis saat memasuki kelas.
“Gue balik duluan ya Mit, Ra!” Keyra langsung berlari sebelum menunggu jawaban dari temannya.
“Tapi Key!” Teriak Mita tak lagi terdengar, langkah Keyra sudah menjauh.
Atlas yang hendak balik ke kelas menatap punggung Keyra yang berlari jauh. Hingga menimbulkan banyak pertanyaan dibenak pria itu. Apakah ia kembali menangisi Reno? sebesar itukah cintanya kepada Reno, sampai-sampai ia lupa akan statusnya.
***
Sore itu Keyra menyendiri di markas miliknya yaitu rumah pohon tempatnya bermeditasi dari rasa jengah menghadapi hari-hari yang begitu sulit. Rumah pohon itu adalah satu-satunya peninggalan berharga milik ayahnya.
Dulu saat mereka tinggal di Bandung, Keyra masih berumur enam tahun. Gadis kecil itu selalu bermain di rumah Farel temannya, sampai-sampai ia tak pernah mau pulang. Katanya di rumah Farel enak bisa main rumah-rumahan. Sampai-sampai seharian gadis kecil itu sulit dibujuk untuk pulang.
Menginjak umur tujuh tahun mereka diharuskan untuk pindah ke Jakarta, karena usaha ayahnya di Jakarta berkembang dan tak memungkinkan ayahnya harus bolak balik Jakarta Bandung setiap waktu. Saat itu Keyra membrontak untuk tak mau pindah, Ayahnya pun membujuknya dengan membuatkannya rumah pohon di Jakarta. Al hasil tanpa susah payah Keyra akhirnya mau pindah.
Sejak saat itu Keyra tak pernah keluar rumah sehabis pulang sekolah ia selalu berada di rumah pohonnya. Mengerjakan tugas, membaca buku, menonton televisi dan semua aktivitas ia laksanakan di rumah pohonnya dan hanya Mita yang tau kebiasaannya, keadaanya, dan boleh memasuki kawasan rumah pohon miliknya. Namun sejak lima tahun yang lalu Keyra menutup rapat rumah pohon itu, dan merombaknya. Bahkan Mita yang sudah lama menjadi sahabatnya tidak boleh lagi ke sana termasuk neneknya.
Entah apa yang sedang ia sembunyikan di dalam rumah pohon itu? Namun yang pasti hanya Keyra dan Allah saja yang tau. Keyra merebahkan tubuhnya di matras, lagu Rosa-Hati Tak Bertuan mengalun dari ponselnya.
Ohhhh….semudah itu engkau pergi
Meninggalkanku tenggelam dalam sepi
Teganya dirimu.. sentuh aku dengan cintamu
Secepat itu dan kini kau berlalu..
Kuhilang karenamu
Aku tersesat karenamu
Hancur sudah
Semua karenamu
Di manakah engkau kini
Aku berselimut sepi
Menangis memanggil namamu
Tiba-tiba dari bawah pohon, suara Sari memanggil namanya. Keyra bergegas menghapus air matanya dan melonggo ke bawah.
“Key!”
“Iya Nek, kenapa?”
“Ada Atlas di dalam, siapin minum sama makanan sana?”
“Nggak bisa Nek. Key sibuk belajar, untuk Ujian Nasional. Kan ada bi Minah!” Tukasnya turun dari rumah pohonnya.
“Tapi kan kamu istrinya nggak boleh gitu dong Key!”
“Key lagi sibuk belajar Nek!”
“Ya udah, Nenek tinggal ya! Selama dua minggu nenek ke Singapur ada urusan penting di sana. Kamu di rumah nanti ditemenani Atlas.” Sari menatap nanar manik coklat milik Keyra, kemudian mengecup kening cucu kesayangannya.
“Tapi Nek!”
“Nggak ada tapi-tapi kamu harus akur sama Atlas. Bagaimanapun Atlas suami Keyra sekarang. Ibarat sepasang sepatu ini, dia nggak bisa pergi sendiri-sendiri nanti dikatain orang gila, jadi kita harus pakai keduanya dan jalan beriringan. Kalau putus satu nggak akan berguna lagi terpaksa harus ganti yang baru. Sama halnya pasangan dia harus selalu bersama, jika yang satu sakit atau terpuruk maka yang satunya juga ikut merasakan hal yang sama. Karena sudah menjadi satu kesatuan. Jadi pesan nenek nggak boleh ada kata-kata yang keluar dari mulut Keyra, perpisahan, berakhir dan sebagainya. Keyra harus hidup bersama Atlas sampai nanti-nanti. Nenek sayang sama Key,” Tukasnya mengelus pipi cucunya kemudian pergi.
Keyra ingin protes, namun neneknya sudah masuk ke dalam mobil. Keyra hanya menghela napas panjang. Ia langsung masuk ke dalam rumah pohonnya, kejadian di sekolah tadi masih membuat hatinya panas. Keyra tiba-tiba menangis sambil mendekap foto kedua orang tuanya, rasa sakit terus memburu seakan mencekik pernapasannya setelah beberapa menit sesegukan dan membuat matanya sembab, iapun tertidur.
***
Sementara Atlas sibuk mencari-cari keberadaan Keyra, namun sosok yang dicarinya tak menampakkan batang hidungnya. Ia ingin ke kamar Keyra, namun diurungkan niatnya karena rasa sakit hati pagi tadi masih membekas diingatannya. Hati siapa yang tidak sakit melihat istrinya tiba-tiba histeris dan menangisi pria lain.
“Den!” Bi Minah membuyarkan lamunan Atlas.
“Dimakan Den, nanti supnya keburu dingin. Supnya lebih enak dimakan hangat-hangat,” Tukas bi Minah, kemudian berjalan kembali ke dapur.
Waktu sudah menunjukkan pukul Sembilan malam, gadis itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Mau tak mau Atlas terpaksa lebih dulu mengangkat bendera perdamaian. Ia menuju kamar Keyra yang terdapat di lantai atas, namun saat pintu itu dibuka, gadis yang dicarinya tak berada di sana.
Atlas menuruni anak tangga dengan sedikit khawatir.
“Kenapa Den?”
“Silabil nggak ada di kamar bi!”
“Labil siapa den?”
“Maksud saya Keyra bi,” Tukasnya menggaruk tekuk kuduknya.
“Owh mungkin di rumah pohon. Non Key kalau lagi nggak sholat bisa seharian bahkan bisa sampai pagi di rumah pohon. Paling ke dalam rumah kalau mau makan, ke kamar mandi sama ambil cemilan aja.”
“Owh gitu, ya udah saya ke belakang aja anterin makanannya!”
“Non Key nggak ngizinin siapapun untuk naik ke sana termasuk bu Sari?”
“Kenapa Bi?”
“Bibi juga nggak tau Den, tapi nggak tau kalau aden. Kan udah jadi suaminya, seharusnya sih boleh!” Goda Bi Minah, membuat Atlas sedikit tersenyum kemudian berjalan ke belakang dengan sepiring nasi dan segelas air minum di tangannya.
Sesampainya di taman, Atlas berteriak memanggil Keyra membuatnya tersentak dan segera berlari keluar. Takut pria itu tiba-tiba menyelonong ke atas.
“Key turun makan dulu?”
“Gue masih kenyang.”
“Bandel banget sih lo dibilangin, turun nggak? kalau nggak gue naik nih!”
“Bawel banget si lo, iya gue turun!”
“Nah gitu nurut, kalau dibilangin suami.” Ledeknya.
Keyra menuruni tangga kemudian mengambil nasi dan minuman yang ada di tangan Atlas. Ia kemudian duduk di rumput dan melahap semua makanannya. Sementara Atlas hanya diam kemudian merebahkan tubuhnya di rumput sambil memandang langit yang begitu kelam sambil menghitung bintang-bintang yang menampakkan cahayanya.
“Sirius, Rigel, Canopus, Arcturus, Vega, Procyon, Achernar, Hadar, dan Aludra,” Tukas Atlas menunjuk ke langit.
Keyra melirik ke arah Atlas kemudian beralih ke langit.
“Ngasal aja,” Ujar Keyra mengunyah makanannya.
Atlas tak peduli dengan kicauan Keyra yang pasti ia sangat menikmati malam itu.
“Dari semua bintang yang gue sebutin tadi, kira-kira bintang mana yang paling gue suka?” Tanyanya pada Keyra.
“Mana gue tau, lah itukan selera lo.”
Atlas tersenyum kemudian menatap Keyra dan kembali beralih ke langit.
“Aludra bintang di rasi Canis Major. Bintang bermagnitudo 2.45 dan memiliki jarak yang sangat jauh, yaitu 3196 tahun cahaya dari bumi. Dan dalam beberapa juta tahun lagi bintang ini diperkirakan akan menjadi Supernova. Sama halnya dengan seseorang yang terasa dekat, namun terlihat jauh sangat jauh tapi gue percaya ia akan menjadi supernova, kalau bukan buat gue mungkin orang lain, tapi gue bahagia setidaknya pernah memiliki supernova itu,” Tukasnya berdiri kemudian berjalan masuk ke dalam rumah.
Keyra hanya terdiam kemudian menatap punggung pria itu menjauh dan kemudian menghilang di depan pintu rumahnya. Air matanya tiba-tiba menetes ia teringat akan gadis yang dipeluk Atlas tadi pagi di sekolah, apakah gadis itu yang menjadi supernovanya Atlas? Pikirnya hingga membuat matanya berkaca-kaca dan menghembuskan napas panjang.
Kalau belum ada yang komentar dan Like lebih dari 20. Cerita ini nggak jadi dilanjutkan. Jadi bantu votenya ya biar bisa dilanjutkan. Sebab penulis juga butuh energi vitamin dari pembacanya.