Loading...
Logo TinLit
Read Story - The More Cherlones Mysteries (Story Behind)
MENU
About Us  

the next day...

chapter 13: Brenda Versus the Twins (part 1)


Dengan terpana, Cheryl mendapati dirinya terbaring di lantai ruang rahasia dalam rumah keluarga Cherlone di Area London. 


     Rasa heran yang pertama menghampiri benaknya. Kemudian sakit yang teramat hebat menyerang saraf-saraf kedua tangan dan kedua kakinya.


     Setelah itu, kekagetan luar biasa menyergap hati Cheryl. 


     Brenda sudah tidak berada di sana—di tempat dirinya terlihat tadi, dan di seluruh penjuru ruangan. 


     Sekarang di manakah Chester?


     Cheryl berusaha bangkit. Kesakitan yang tak kunjung henti membuatnya sangat menderita. Bahkan hingga seakan tidak mampu untuk bernapas.


     Belum usai ribuan tanda tanya memenuhi kepalanya, dia berusaha untuk bergerak mendekati tengah ruangan. Secara perlahan, karena semua tangan dan kakinya terjerat oleh suatu kekuatan yang seolah mematikan pergerakannya.


     Sebelum sampai di depan meja kerja, sepasang matanya menangkap sesosok yang tertidur di sofa empuk—siapa lagi kalau bukan Chester. 


     Enak sekali saudara kembarnya terlelap dengan sangat pulasnya di situ...


     Lantas, di manakah bibi mereka yang super jahat itu sekarang?


     Entah dari mana datangnya—tiba-tiba, terlintas sebuah pikiran yang bukan dari benaknya sendiri memenuhi kepalanya. Seperti suatu intuisi yang sangat kuat—menyuruhnya melihat ke atas meja kerja Brenda.


     Dalam satu kali sapuan, pandangan mata Cheryl berakhir pada sebuah botol yang berisi sedikit air di dalamnya. Botol itu terletak di sebelah kotak penyimpanan peralatan tulis berwarna emas.


     Sekali lagi terjadi, sebuah ide yang tampaknya bagus akan dilakukannya dengan benda yang ditemukannya ini. Hanya saja, karena merasa kepintaran dirinya meningkat, diabaikannya asal muasal dari gagasan tersebut.


     Dia akan membangunkan Chester dengan cara mengguyur mukanya memakai air dari botol itu. Meski sedikit, memang cukup untuk membangunkan seseorang yang tengah terlelap.


     Maka, diambilnya cepat botol dengan tangan kanannya. Dihampirinya sang saudara kembarnya yang terlentang di atas sofa. 


     Tersemburlah air dari botol, dan tertumpah tepat pada wajah Chester tanpa ampun lagi. Hujan sangat deras air selama beberapa detik mampu membangunkan tidur lelapnya. Entah bagaimana dia bisa sebegitu pulasnya tertidur.


     Awalnya Chester sempat gelagapan. Genangan air pada mukanya mengalir ke kemeja biru yang dipakainya.


     Cheryl memandangi sang kembaran dengan rasa puas sekaligus sinis. Satu botol kosong masih tergenggam di tangan kanannya. 


     "Apa—apa yang telah terjadi," tanya Chester kebingungan, sambil mengusap wajahnya, "Cheryl?"


     "Justru itulah pertanyaan yang harusnya kuajukan padamu—apa yang telah terjadi, Chester? "


     "Sungguh, aku tidak tahu sama sekali," balas Chester, yang tengah berusaha menyapu air dari mukanya dengan kedua tangan. "Kau yang mengguyurku?" tanyanya dengan perasaan yang tak menduga bahwa saudari kembarnya tega melakukan hal sekeji itu pada dirinya. 


     Cheryl menjawabnya dengan gerakan naik alis mata. Dia telah berada di puncak kemarahannya pada Chester.


     Chester beranjak dari sofa empuk itu, sambil berusaha memberi penjelasan, "Bukankah aku yang lebih dulu memasuki ruangan ini? Lalu, kulihat Brenda—saudari kembar ayah kita itu berdiri di sebelah sana," sambungnya dengan satu telunjuk mengarah ke belakang meja kerja.


     "Kemudian, dengan santainya, kau menghampiri sofa yang nyaman itu dan tidur di sana—daripada berusaha menghadapi biang keladi dari semua kejahatan yang kita sekeluarga alami ini?" tanya Cheryl dengan campuran ketus, sinis, dan segala sikap tidak ramahnya yang menjadi ciri khas dirinya ketika sedang emosional. Diucapkannya itu semua sambil menahan sakit yang sudah tak mampu disembunyikannya lagi dari Chester. 


     Gerak-gerik serta ekspresi meringis pada wajah penuh penderitaan itu tentu saja memancing rasa penasaran dari sang laki-laki kembaran.


     "Kau kesakitan? Apa yang telah terjadi padamu?"


     Cheryl menjulurkan kedua tangannya, dan akhirnya tersungkur di hadapan Chester. Mulutnya tak mampu mengucapkan kata-kata lagi, namun pikirannya bisa dideteksi sang pembaca pikiran.


     "Chester, tolong aku... tolonglahkumohon."


     Tepat pada saat itulah, bakat indigo menghampiri Cheryl tanpa permisi lagi.


     Chester tak punya cukup waktu untuk dapat menahan laju badan Cheryl menghempas ke lantai. Saat membalikkan tubuh Cheryl untuk menariknya ke dalam pangkuan, dia masih bisa mendengar permohonan minta tolong dalam kepala saudarinya itu.


     "Ches, aku berada di mana lagi?"


     Bagi Cheryl, ruangan rahasia tempat mereka berada kembali menjadi buram. Untuk kali ini, suasana di sekitar tidak berubah. Hanya saja, posisi mereka yang berubah.


     Cheryl melihat dirinya bergerak maju, masih dengan memegang gelas yang sudah kosong. Chester gelagapan, lalu tersiram, dan kembali tertidur. Semuanya berjalan dalam gerakan kembali ke detik-detik, dan menit-menit sebelumnya.


     Akhirnya, dia melihat dirinya sendiri terlentang di lantai ruangan, sedangkan Chester tertidur di sofa. Dan ruangan kembali menjadi buram. Namun, ketidakjelasan situasi ini hanya sebentar saja—terasa sekian detik baginya.


     "Sepertinya aku berada di dalam ruangan rahasia ini sebelum kita datang. Apa yang bakalan terjadi ya?" pikirannya bertanya pada Chester yang berada pada masa kini.


     Chester jadi mengerti mengapa dirinya bisa mendengar suara Cheryl yang sedang berada dalam penglihatan masa depan, pada siang hari kemarin itu. Padahal, pikiran pemudi ini bukan pada kesadarannya di dunia nyata pada masa yang seharusnya.


     Bagi Cheryl, dirinya tetap berada pada posisinya di dalam ruangan pada masa kini. Belum ada dirinya sendiri bersama Chester di situ. Hanya Brenda seorang diri duduk di kursi kerjanya menghadap layar komunikasi.


     Layar komunikasi menayangkan prosesi terakhir Brandon Cherlone. Rupanya Brenda menyaksikannya dari ruangan pribadinya ini. Dengan nekat, dia berani kembali cuma untuk menonton pelepasan saudara kembarnya saja.


     Cheryl menyaksikan ekspresi aneh sang bibi. Mulut yang berbicara sendiri. Sesekali pandangan mata terarah pada pintu masuk.


     "Apa saja yang kau lakukan di situ?" dia bertanya seakan sedang mengobrol dengan seseorang yang sangat dikenalnya. Padahal tidak ada orang yang berdiri di balik pintu. 


     "Sudahlah, Brandon. Kau duduk saja di kursi di seberangku ini. Temani aku menonton tayangan langsung prosesi terakhir dirimu itu. Lihatlah, semua anak-anak resmimu hadir dalam acara di sana. Tidakkah kau merasa bangga terhadap mereka?"


     Cheryl merasakan seluruh bulu kuduknya berdiri. Hanya Brenda sendirian di situ, yang mendadak saja tertawa menyaksikan kalimat-kalimat yang diucapkan setiap orang yang turut berbelasungkawa.


     Tiba-tiba Brenda melonjak dari kursi. Dengan tatapan tajam pada sekumpulan udara yang sedari tadi diajaknya bicara.


     "Apa yang kau bilang barusan, Brandon?"


     Dengan tegang, dia tetap berdiri di antara kursi dan meja kerjanya.


     Tak lama kemudian, pintu masuk membuka. Hadirlah Chester dengan keterkejutan besar yang menyergap dirinya. 

 

bersambung ke part 2

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • AstardiSkai

    @yurriansan saya luruskan ya.. judul sebelumnya, The Cherlones Mysteries. Kalo seri, saya baru masukin Duo Future Detective Series yang cerita pertamanya ya dwilogi The Cherlone Mysteries dan The More Cherlone Mysteries ini.
    Oh ya, kalo mao nulis cermis ya harus baca jenis cerita ini terlebih dulu. Dwilogi ini lahir setelah saya getol baca serinya Sherlock Holmes dan punya si ratu cermis Agatha Christie

    Comment on chapter #3 part 2
  • AstardiSkai

    @yurriansan oke, terima kasih ya udah mau mampir dan juga kasih komentar positifnya di sini

    Comment on chapter #3 part 2
  • yurriansan

    kalau berkenan, mampir juga ya keceritaku. tapi, nggak "semenantang" ceritamu. :)

    Comment on chapter #1 part 1
  • yurriansan

    aku belum baca seri sebelumnya, tapi udah tergoda sama yg ini. yah, meskipun aku hobi nnton drama detektif atau versi film, aku sulit untuk menuliskan cerita misteri. apalagi yang konfkiknya rumit begini. salut buat author :D

    Comment on chapter #1 part 1
Similar Tags
Surat yang Tak Kunjung Usai
705      457     2     
Mystery
Maura kehilangan separuh jiwanya saat Maureen saudara kembarnya ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Semua orang menyebutnya bunuh diri. Semua orang ingin segera melupakan. Namun, Maura tidak bisa. Saat menemukan sebuah jurnal milik Maureen yang tersembunyi di rak perpustakaan sekolah, hidup Maura berubah. Setiap catatan yang tergores di dalamnya, setiap kalimat yang terpotong, seperti mengu...
DocDetec
396      252     1     
Mystery
Bagi Arin Tarim, hidup hanya memiliki satu tujuan: menjadi seorang dokter. Identitas dirinya sepenuhnya terpaku pada mimpi itu. Namun, sebuah tragedi menghancurkan harapannya, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa cita-citanya tak lagi mungkin terwujud. Dunia Arin terasa runtuh, dan sebagai akibatnya, ia mengundurkan diri dari klub biologi dua minggu sebelum pameran penting penelitian y...
The Triple A (Remake)
4292      1460     5     
Mystery
Tim SMART telah kembali. Dengan misteri dan kasus yang baru. Lebih menantang! Lebih menegangkan! Bersiaplah untuk misteri yang akan menggugah pikiranmu!
The Eye
441      296     2     
Action
Hidup sebagai anak yang mempunyai kemampuan khusus yang kata orang namanya indigo tentu ada suka dan dukanya. Sukanya adalah aku jadi bisa berhati-hati dalam bertindak dan dapat melihat apakah orang ini baik atau jahat dan dukanya adalah aku dapat melihat masa depan dan masa lalu orang tersebut bahkan aku dapat melihat kematian seseorang. Bahkan saat memilih calon suamipun itu sangat membantu. Ak...
Forlorn
837      511     3     
Short Story
Ever wonder how life would be for the only living man on Earth?
OF THE STRANGE
1103      603     2     
Science Fiction
ALSO IN WATTPAD @ROSEGOLDFAE with better graphics & aesthetics! Comment if you want this story in Indonesian New York, 1956 A series of mysterious disappearance baffled the nation. From politicians to socialites, all disappeared and came back in three days with no recollection of what happened during their time away. Though, they all swore something attacked them. Something invisible...
The DARK SWEET
683      495     2     
Romance
°The love triangle of a love story between the mafia, secret agents and the FBI° VELOVE AGNIESZKA GOVYADINOV. Anggota secret agent yang terkenal badas dan tidak terkalahkan. Perempuan dingin dengan segala kelebihan; Taekwondo • Karate • Judo • Boxing. Namun, seperti kebanyakan gadis pada umumnya Velove juga memiliki kelemahan. Masa lalu. Satu kata yang cukup mampu melemahk...
CAMERA : Captured in A Photo
1187      577     1     
Mystery
Aria, anak tak bergender yang berstatus 'wanted' di dalam negara. Dianne, wanita penculik yang dikejar-kejar aparat penegak hukum dari luar negara. Dean, pak tua penjaga toko manisan kuno di desa sebelah. Rei, murid biasa yang bersekolah di sudut Kota Tua. Empat insan yang tidak pernah melihat satu sama lainnya ini mendapati benang takdir mereka dikusutkan sang fotografer misteri. ...
Cecilia
493      270     3     
Short Story
Di balik wajah kaku lelaki yang jarang tersenyum itu ada nama gadis cantik bersarang dalam hatinya. Judith tidak pernah menyukai gadis separah ini, Cecilia yang pertama. Sayangnya, Cecilia nampak terlalu sulit digapai. Suatu hari, Cecilia bak menghilang. Meninggalkan Judith dengan kegundahan dan kebingungannya. Judith tak tahu bahwa Cecilia ternyata punya seribu satu rahasia.
FaraDigma
1015      550     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...