chapter 13: Brenda Versus the Twins (part 2)
Tak lama kemudian, pintu masuk membuka. Hadirlah Chester dengan keterkejutan besar yang menyergap dirinya.
Cheryl dapat menebak dengan tepat—benaknya masih mengingat jelas kejadiannya—dia sendiri yang berada di belakang Chester.
Memang benar, sesaat setelah mendapati Brenda, Chester menjadi kebingungan. Hanya, sewaktu peristiwa itu terjadi, Cheryl tidak bisa melihat bagaimana ekspresi wajahnya. Mereka berdua baru saja pulang dari kantor ERBI.
Cheryl pada masa lalu bergerak maju, berusaha mengetahui apa yang disaksikan saudaranya di ruang rahasia ini. Dia tidak mampu melihat Chester lagi sejak detik-detik itu. Karena begitu dilihatnya Brenda, kemampuan indigonya menyeret semua indra fisiknya kembali ke masa lalu sang bibi—keluarga Cherlone dengan rumah tangga Archer dan Freyna.
Baru sekali ini seumur hidupnya, Cheryl menyaksikan seperti apa dirinya sendiri terlihat orang lain ketika merasakan kemampuan indigo. Namun, teristimewa untuk momen spesial ini, sepasang mata indahnya harus menyaksikan gerak-gerik Chester dan Brenda.
Chester terdiam bagaikan patung. Sepasang matanya kemudian perlahan-lahan meredup—dia mulai mengantuk.
Rupanya di seberang sana, sepasang mata Brenda memandang tanpa beranjak sedetik pun dari wajah Chester. Jika diperhatikan lebih teliti lagi, yang ditatap sang bibi tak lain dari kedua mata serta daerah di sekitarnya.
"Tarik keteganganmu, Sayangku," ujar Brenda dengan lembut. "Tenangkan pikiranmu... santailah barang sejenak. Chester, beristirahatlah dalam ketenangan. Tidurlah, Anakku."
Chester langsung tertidur meski dia masih dalam posisi berdiri. Membuat Cheryl terenyak—ternyata bibi mereka juga mempunyai bakat istimewa.
Pantas saja, Brenda-lah sosok pertama yang mengetahui bahwa Chester punya bakat membaca pikiran orang. Dia sendiri yang memberitahu Landon.
Tatapan Brenda beralih pada Cheryl yang sudah terbaring di lantai. Dengan gerakan perlahan yang terkesan hati-hati, dihampirinya keponakan perempuan dari saudara kembarnya, yang selama ini memang sengaja disembunyikan.
"Apa yang dirimu sedang lihat, nak?" tanyanya dengan bodoh pada orang yang sudah pasti tidak bisa menjawabnya.
"Aku sudah menyaksikan bakatmu ini kemarin siang di kamar mandimu. Kau mampu melihat menembus ruang dan waktu. Masa lalu dan masa depan. Sialnya, aku sama sekali tidak memilikinya," ujarnya dengan rasa kesal sekaligus iri.
Kemudian, Brenda terkejut seperti baru menyadari dan merasakan ada sesosok lain yang hadir di sini menemani mereka bertiga.
"Kau pasti ada di sini!" katanya terguncang. "Cheryl, dirimu dari masa depan pasti hadir di sini—pada detik ini, dan menyaksikan semua aksi perbuatanku pada kalian."
Kemudian, dia tertawa keras sambil bersorak, "Bagus! Inilah momen yang sangat kuinginkan. Kau memang orang yang pantas menyaksikan pertunjukan terakhir kejahatanku, Cheryl. Inilah performa puncak diriku, yaitu terhadap kalian sendiri."
Perhatiannya beralih kembali pada Chester. "Sekarang, giliran dirimu yang menyempurnakan mahakaryaku. Kau tinggal meneruskan perannya Landon. Sesudah itu, hapus semua yang sudah kau saksikan, dan telah terjadi di tempat ini. Seluruh perkataan dan perintah dariku. Tidak ada satu pun yang tersisa di dalam benakmu."
"Oh ya, satu hal lagi," katanya menambahkan, seolah ada yang terlewat, "Jika saudari kembar brengsekmu ini menanyakannya. Memang kau tidak ingat apa pun yang berlangsung sekarang di ruangan ini, selama aku berada di sini."
Selanjutnya, Brenda membungkuk di hadapan Cheryl, yang tengah mengalami sendiri bakat indigonya. Satu tangannya mengelus lembut rambut dan wajah keponakan perempuannya ini.
"Cheryl, kau menyaksikan sedemikian banyaknya masa laluku. Asal kau tahu, tidak pernah kurasakan penyesalan sedikit pun telah melewati semua momen itu. Aku bangga mendapatkannya—semua yang membentuk diriku sekarang ini. Sebentar lagi, kau juga akan mengalami saat-saat menggembirakan menjadi pasangan kembar keluarga Cherlone," ujarnya dengan nada yang mampu membuat bulu kudukmu otomatis berdiri.
Lalu disibaknya rambut yang menutupi satu telinga Cheryl, sebelum membisikkan sesuatu ke dalamnya, "Aku benci apa itu pasangan kembar. Kita ini perempuan mandiri—sama sekali tidak membutuhkan sosok kembar laki-laki. Bencilah Chester."
Cheryl mendekap mulutnya menyaksikan pemandangan memilukan di hadapannya ini. Dia tidak tahu harus merasa marah dan memberontak pada siapa.
Brenda bangkit berdiri, lalu menyuruh Chester berbuat sesuatu. Selama pemuda malang ini melakukannya—dengan suaranya, dia mematikan layar komunikasi, dan bersiap-siap meninggalkan ruangan. Termasuk menyiapkan sebuah botol berisi sedikit air, yang sengaja ditaruhnya di atas meja kerjanya.
"Chester, luapkan saja kekesalanmu pada Cheryl. Perempuan modern itu telah menginjak-injak harga dirimu selama seharian kemarin."
Tentu saja, laki-laki yang sebenarnya baik hati ini memukul-mukul kedua tangan saudari kembarnya sendiri yang tengah tak berdaya dengan sekencang-kencangnya. Tak luput kata-kata umpatan meluncur dari mulutnya, "Brengsek kau, Cheryl! Kaulah perempuan yang telah menjatuhkan harga diriku di mata Tristan Fryer."
Sesudah dirasa cukup puas, Brenda kembali menyuruhnya, "Ingat, santai saja. Istirahatkan pikiranmu. Tidurlah dengan nyaman dan nyenyak di sofa empukku. Kau pasti menyukainya."
"Bagus sekali!" soraknya dengan teramat girang, sambil bertepuk tangan. "Kalian akan saling menyalahkan."
"Dimulai dari dirimu—," sambungnya sambil mengarahkan satu telunjuknya pada Cheryl, lalu menghampiri dan menendang kedua kaki perempuan malang itu, "—berkat rasa sakit ini."
"Aku sudah imun terhadapnya. Justru itulah kekuatan dahsyat yang kumiliki sekarang—kebanggaan diriku," ujarnya lagi sambil menepuk-nepuk dada sendiri.
Dia kembali membungkuk, lalu menasihati, "Jika si Chester laki-laki yang tidak bertanggung jawab, terlebih kalau dia tampak nyaman sekali dalam tidurnya, sudah kusiapkan botol di atas meja."
"Intuisimu yang akan bilang sendiri dalam benakmu ini—," katanya sambil mengentak-entakkan satu telunjuknya ke dahi samping Cheryl, "—apa yang harus kau lakukan untuk menyadarkan dirinya dari mimpi yang kelewat indah."
Sebagai perpisahan, Brenda bergantian menampar pelan pipi si kembar yang sedang tanpa daya untuk melawan kejahatannya.
"Sampai kita bertiga bertemu lagi pada kasus-kasus kriminal yang akan kalian tangani di masa mendatang," katanya senang sambil melambaikan tangan, "karena sudah kurencanakan dengan matang, beberapa konsep karya mutakhirku lainnya."
Setelah semua itu dilakukannya, Brenda membuka pintu kayu yang menjadi jalan ke ruangan bawah tanah—lokasi penyekapan Don asli pada malam sebelumnya.
Sekali lagi, Cheryl tidak menduga itulah jalan masuk sekaligus jalan keluar yang dipakai sang bibi, sebagai akses menuju dan meninggalkan ruangan rahasia.
Buyar kembali masa lalu yang dimasukinya ini.
Akhirnya, Cheryl mendapati dirinya bersandar di bawah sofa, di dalam pelukan hangat saudara kembar lelakinya.
Tanpa banyak kata, dirinya segera memeluk erat Chester sekuat mungkin. Rasanya tak ingin lagi melepaskan pelukan itu—hatinya teramat sangat merasakan tak ingin kehilangan sosok laki-laki kembarannya ini seumur hidup. Bagi dirinya, Chester-lah sang superhero yang sesungguhnya di dunia nyata, yang telah sekian lama diidam-idamkannya.
Tanpa disadari, air mata keharuan menetes dari sepasang mata Cheryl yang memang terlihat indah.
Chester dan Cheryl berjanji dalam hati jika mereka tidak akan dapat dipisahkan untuk selamanya.
@yurriansan saya luruskan ya.. judul sebelumnya, The Cherlones Mysteries. Kalo seri, saya baru masukin Duo Future Detective Series yang cerita pertamanya ya dwilogi The Cherlone Mysteries dan The More Cherlone Mysteries ini.
Comment on chapter #3 part 2Oh ya, kalo mao nulis cermis ya harus baca jenis cerita ini terlebih dulu. Dwilogi ini lahir setelah saya getol baca serinya Sherlock Holmes dan punya si ratu cermis Agatha Christie