Read More >>"> 1 Kisah 4 Cinta 2 Dunia (SEPERTI YANG DULU [FIRMAN DAN HANIFA]) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - 1 Kisah 4 Cinta 2 Dunia
MENU
About Us  

SEPERTI YANG DULU [FIRMAN DAN HANIFA]

"Terkadang disaat aku menutup mata aku masih bisa melihat senyum mu, terkadang aku membayangkan dirimu mengulurkan tangan ke arahku, dirimu masih sangat jelas di khayalanku" Ucap Firman yang mengendarai mobil setelah mengantar Nana ke sekolah.

Hari itu sehabis mengantar Nana, Firman ke kantor namun hanya mengisi absen finger yang berada di samping pintu kaca kantor. Hari ini sistem operasional seluruh komputer di kantor sedang dalam masalah tak ada yang dapat di kerjakan. Beberapa karyawan kantor memilih untuk keluar kantor menuju ke cafe dan beberapa yang lainnya pulang, hanya beberapa orang saja yang memilih tetap di kantor. Firman pun memilih untuk pulang ke rumah sambil menunggu Nana pulang sekolah.

Firman segera menuju ke rumah, sementara Firman di jalan, hari itu Hanifa juga berada di rumah.

"Rumahnya sunyi kalau sudah pagi begini, wajar sih kalau suatu hari orang bilang rumah ini berhantu, kalau pagi begini cuma ada aku." Kata Hanifa yang berjalan di sekitar rumah.

Tak lama kemudian terdengar suara mobil di depan rumah dan suara pagar pun berbunyi. Hanifa menatap ke arah luar rumah dan ternyata itu adalah Firman.

"Firman? Tidak seperti biasanya dia pulang jam begini? Jangan-jangan dia bersama Fina dan ingin berduaan di rumah? Hmm... Takkan ku biarkan kalian." Ucap Hanifa sedikit curiga.

Namun berbeda dengan yang dipikirkannya, Firman masuk ke dalam rumah sendiri tanpa ada seorang pun ikut bersamanya. Setelah membuka dan meletakkan sepatunya Firman menuju ke kamarnya dengan tujuan mengganti pakaian. Saat itu Hanifa ikut di belakang Firman, setelah di dalam kamar Hanifa duduk di atas kasur tepatnya di sebelah kiri dekat tembok, itu adalah tempat atau posisi kesukaan Hanifa saat tidur yaitu dekat tembok. Sambil duduk bersandar di tembok ia menatap Firman yang sedang membuka lemarinya.

"Lagi-lagi perasaan ini? Aku merasa kehadiran Hanifa disini, sedikitpun aku tak merinding namun firasatku berkata ia ada disini." Ucap Firman dalam hati.

Masih dalam posisi mencari pakaian Firman mendengar suara tempat tidur bergoyang.

"Hanifa? Kamu membuatku kaget, bagaimana kabarmu?" Kali ini Firman yakin jika itu adalah Hanifa.

Seolah tak pernah terjadi apa-apa, Hanifa pun menjawab, "Aku baik-baik saja, kok kamu pulangnya cepat mas?"

"Di kantor...." Firman tak sabar kemudian berbalik untuk melihat Hanifa.

Akhirnya mereka bertemu untuk pertama kalinya sejak 7 tahun berpisah. Mereka saling bertatap dan saling tersenyum tanpa ada tangis. Firman sadar jika yang ia lihat adalah Hanifa yang sudah tak bernyawa di dunia ini.

"Hey, Sejak kapan kamu disini? Kamu sudah bertemu dengan Nana? Anak kita cantik seperti kamu, cerewet dan juga banyak tanya, kalau kalian bertemu entah apa yang terjadi disini mungkin rumah ini akan ramai oleh teriakan kalian, kamu harus tau sebenarnya aku rindu ingin bercerita banyak padamu, hahahaha..." Sambil tertawa Firman mengeluarkan air mata.

Hanifa tersenyum menatap Firman yang berbicara begitu banyak.

"Kalau rindu kok berdiri disitu? Kesini dong biar aku bisa mendengar dengan jelas cerita-ceritamu mas." Ajak Hanifa.

Firman menuju ke arah Hanifa, mereka berdua kini berada di tempat tidur yang dulu menjadi saksi kemesraan mereka.

"Meskipun kini kita bisa bertemu tapi dunia kita berbeda mas, kita tak bisa dan tak boleh lagi melakukan beberapa hal salah satunya yaitu berhubungan layaknya sepasang suami istri." Kata Hanifa tersenyum.

"Aku mengerti itu, tapi untuk memelukmu apakah masih boleh?" Tanya Firman.

Tanpa kata Hanifa pun menjawabnya dengan pelukan. Mereka saling berpelukan. Firman merasakan kehangatan seperti yang dulu ia rasakan. Berbeda dengan cerita hantu di film yang jika memegangnya begitu terasa dingin.

"Bolehkah aku menangis?" Bisik Firman, kemudian ia pun mengeluarkan air mata kerinduannya.

Tidak lama Firman kembali seperti semula. Ia mencoba untuk lebih banyak bercerita dengan Hanifa.

"Selama tujuh tahun aku masih bisa membayangkan dirimu, kamu begitu nyata di ingatanku, sampai saat ini aku masih tak percaya jika ini benar-benar nyata." Ucap Firman.

"Akhh... Aduhh... Sakiit..!!" Teriak Firman.

Hanifa memberi bukti jika yang terjadi saat ini adalah nyata. Ia mencubit pipi Firman dengan sangat keras.

"Kalau sakit berarti ini nyata kan mas?" Kata Hanifa bercanda.

Firman begitu senang bisa bertemu dengan Hanifa. Ia bercerita cukup banyak, kebanyakan yang ia bicarakan tentang Nana. Meskipun senenarnya sebagian dari kisah kehidupan Nana sudah diketahui oleh Hanifa namun tetap saja ia mendengarkan dan tetap merahasiakan cerita tentang hubungan dia dan anaknya yang sebenarnya.

Di ruang tamu terdapat beberapa album foto masa kecil Nana. Mereka membuka lembar demi lembar foto tersebut sambil tertawa mereka bercerita dan berandai-andai.

"Mas apakah kamu tidak pernah berpikir untuk mengajakku jalan- jalan seperti dulu lagi?" Gombal Hanifa.

"Heh? Memang kamu mau kemana? Baiklah ayo kita keluar!" Jawab Firman dengan semangat.

"Kamu yah... Masih seperti yang dulu, masih tak pernah peka! Hahaha.." Tawa Hanifa.

Mereka berencana untuk pergi bersama namun sebelum mereka berangkat, Hanifa memilihkan baju buat Firman, layaknya pasangan suami istri mereka saling bercanda meski dalam memilih pakaian.

"Nah sekarang bolehkah kita berangkat? Andai Nana bisa ikut dengan kita." Kata Firman.

"Baiklah sekarang kita berangkaat!! Kalau masih ada waktu kita boleh menjemput dan mengajak Nana kok mas." Kata Hanifa tersenyum.

Kemudian mereka menuju garasi bersiap naik ke mobil dan berangkat.

"Apakah perlu aku membuka pintu? Atau kamu bisa menembus pintu mobil? Hahaha..." Tanya Firman meledek Hanifa.

"Ihh... Perlakukan aku sebagai istri dong jangan sebagai hantu!" Jawab Hanifa pura-pura ngambek.

"Baiklah ratukuu... Silahkan naik." Firman membuka pintu mobil buat Hanifa.

Merekapun memulai perjalan bersama. Selama perjalanan Firman banyak bercerita, hampir setiap jalan dan tempat ia ceritakan pada Hanifa. Hanifa hanya menatap mendengar sambil tersenyum kepada Firman.

Tak lama mereka jalan Hanifa bertanya, "Mas apakah selama ini hanya aku yang ada di hatimu? Apakah kamu tidak pernah berpikir untuk menikah lagi?"

"Entah harus bagaimana cara membahasakannya padamu. Selama ini aku tak pernah menyimpan perasaan kepada wanita selain dirimu namun di satu sisi aku juga kasihan dengan anak kita yang terus tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu." Jawab Firman.

"Apakah kamu tidak ingin mencari ibu buat Nana? Katanya kamu kasihan sama anak kita yang tumbuh tanpa seorang ibu?" Tanya Hanifa.

"Entahlah, untuk saat ini aku belum menemukan yang tepat." Jawab Firman singkat.

"Belum menemukan orang yang tepat atau belum menemukan waktu yang tepat untuk mengatakan kepadaku? Ayo ngaku mas, hehehe.." Tanya Hanifa yang menggoda Firman.

"Serius, aku belum menemukan yang tepat." Jawab Firman tersenyum.

"Apakah menurutmu Fina bukan orang yang tepat mas?" Tatap Hanifa.

"Heh? Darimana kamu tau Fina?" Firman begitu heran.

"Nah... Ayo ngaku mas! Hahaha..." Tawa Hanifa.

"Aku dan Fina tidak ada hubungan apa-apa. Dia itu anak yang baik dan sangat akrab dengan Nana. Ehh... Dia juga sedikit mirip dengan kamu yang dulu dan sebenarnya ia juga telah kehilangan kekasihnya." Kata Firman.

"Nah kan? Kamu bahkan tau tentang kisah kehidupannya. Dia juga sebenarnya suka sama kamu loh mas!" Senyum Hanifa.

"Hah? Darimana kamu tau semua itu?" Tanya Firman.

"Akhir-akhir ini aku memperhatikan kalian. Aku sih setuju jika kamu juga mau dengan dia mas. Hehehe..." Tatap Hanifa ke arah Firman.

"Tapi... Akuu..."

"Tak usah pedulikan aku mas, bahagiamu itu bahagiaku juga. Bangkitlah dari kesedihanmu, ikhlaskanlah aku, izinkan cinta kembali hadir di hatimu. Meski kita tak lagi bisa bersama, meski kita tak bisa lagi bertemu tapi diantara kita akan selalu ada cinta meski kita berada di dunia yang berbeda. Selama ini aku melihat Fina itu anak gadis yang baik, dia juga sangat menyayangi Nana dan dia juga menyayangimu loh mas." Senyum Hanifa.

"Tapi bagaimana bisa aku melupakanmu? Kamu pun hadir disaat aku mulai mencoba membuka hati untuk Fina." Ucap Firman.

"Kalau kamu tak bisa melupakanku maka ikhlaskanlah aku, begitu pula sebaliknya mas. Kamu jangan egois seperti yang dulu lagi nanti kamu menyesal loh. Pikirkan masa depan anak kita juga mas." Hanifa mencoba meyakinkan.

"Hmm... Baiklah kali ini akan kucoba." Tegas Firman.

"Nah begitu dong, ehh mas aku mau bertanya sesuatu lagi, boleh?" Tanya Hanifa.

"Iya boleh." Jawab Firman.

"Jika seandainya ini adalah hari terakhir kita bertemu, mau kah kamu mengabulkan beberapa permintaan ku?" Hanifa penuh harap menatap Firman dengan manja.

"Aku selalu berharap tidak akan pernah lagi mendengar ucapan yang sama seperti sebelum kamu meninggal." Kata Firman dengan lembut.

"Tapi kan aku sudah meninggal? Mau yah mas? Selama ini kamu sudah berhasil mengabulkan beberapa permintaan terakhirku sebelum aku meninggal." Bujuk Hanifa.

"Baiklah, kalau begitu kali ini aku akan mengabulkan permintaanmu setelah kamu meninggal, hahaha..." Firman pun tertawa.

"Yess!! Tapi kali ini banyak loh mas, ini permintaan untuk selamanya." Hanifa tersenyum.

Sambil memiringkan badannya menatap Firman ia pun memulai menyebutkan beberapa permintaannya.

"Berjanjilah padaku untuk membesarkan dan mendidik Nana dengan lembut, jangan pernah biarkan pekerjaan menjadi penghalang antara kalian, jangan pernah meletakkan handuk di atas kasur setelah kamu mandi, kembalilah seperti Firman yang dulu, yang penuh canda dan tawa, jangan lagi menutup diri dari orang, jangan selalu serius mas perbanyak senyum, dan berjanjilah padaku jika suatu saat antara kamu dan Fina punya rasa yang sama maka menikahlah dengannya, aku akan merasa sangat senang jika kamu bisa menyayanginya seperti kamu menyayangiku, karena dialah yang tepat untukmu dan Nana."

Firman begitu fokus sambil membayangkan semua yang dikatakan Hanifa, termasuk permintaannya untuk menikah dengan Fina.

"Dan satu lagi mas, tolong rahasiakan pertemuan kita ini dari siapapun termasuk Nana, jadikanlah ini rahaisa antara aku, kamu dan Tuhan." Lanjut Hanifa.

"Baiklah aku akan berusaha untuk mengabulkannya, tapi ku mohon jangan pergi dulu... Tinggallah untuk beberapa jam lagi..." Pinta Firman.

"Lah? Memang aku mau kemana mas? Aku tak pernah mengatakan mau pergi kan?" Tanya Fina bercanda.

Kemudian suara tawa pecah di dalam mobil, mereka kembali saling mengejek dan tertawa.

"Sebenarnya aku ingin mengajakmu makan di tempat kita dulu sering makan tapi apakah kamu bisa merasakan lapar? Kamu masih makan nasi atau sekarang sudah makan darah Hanif? Gombal Firman bercanda.

"Memang aku nyamuk makan darah? Hahaha... Aku tak pernah dan tak butuh makan lagi, sekarang semua telah berbeda, sulit menjelaskannya padamu." Jawab Hanifa.

Mereka hanya menghabiskan waktu cerita dan bercanda di dalam mobil.

"Mas sudah jam berapa? Kamu harus menjemput Nana." Tanya Hanifa.

"Iya ini aku sudah menuju ke sekolahnya, andai ia tau dan bisa melihatmu pasti ia sangat senang." Kata Firman.

"Iya, tapi aku selalu melihatnya bahkan aku sering berada di dekatnya meski ia tak bisa melihatku." Hanifa tersenyum seolah ia tak pernah bertemu dengan Nana.

Beberapa menit kemudian mereka telah tiba di depan sekolah Nana.

"Mas boleh aku izin padamu?" Pinta Hanifa.

"Jangan-jangan kamu mau pergi?" Tanya Firman.

"Maafkan aku mas, waktuku tidak bisa lama, jika suatu saat kita masih bisa bertemu lagi ku harap kamu mengingat perkataan ku dan ku harap kamu telah mengabulkan permintaanku. Terimakasih mas, tetaplah menjadi Firman yang ku kenal seperti yang dulu."

Belum selesai Hanifa berbicara Firman juga mengucapkan beberapa kata,

"Tapi.... Hanifaa... Aku berjanji akan berusaha mengabulkan permintaanmu, aku akan selalu menjadi Firman seperti yang dulu. Ku mohon kembalilah disaat aku bisa mengabulkannya." Ucap Firman.

Perlahan bayangan Hanifa menghilang. Wajahnya begitu ceria tersenyum menatap Firman, mereka saling menatap membalas senyum dan terdengar kata terakhir sebelum ia benar-benar menghilang, "Aku pasti akan kembali lagi."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • yurriansan

    @Rifad ohh, oke...oke
    sama ya, dengan ceritaku yang Rahasia Toni, tokokhku juga terserang leukimia.

    mampir2 juga ya, ke cerita terbaruku :D

    Comment on chapter FINA [DUA]
  • Rifad

    @yurriansan di Fina Bagian II dijelaskan kok, dia sakit akibat penyakit leukimia ☹️

    Comment on chapter FINA [DUA]
  • yurriansan

    wah udah sampai end.
    aku baru baca sampi chapter 6. aku lagi mencari sebab kematian Raihan, aku miss atau memang belum dijelasin, ya? :D

    Comment on chapter RAIHAN [DUA]
Similar Tags
The Red Haired Beauty
414      279     1     
Short Story
Nate Nilton a normal senior highschool boy but when he saw a certain red haired teenager his life changed
6 Pintu Untuk Pulang
574      313     2     
Short Story
Dikejar oleh zombie-zombie, rasanya tentu saja menegangkan. Apalagi harus memecahkan maksud dari dua huruf yang tertulis di telapak tangan dengan clue yang diberikan oleh pacarku. Jika berhasil, akan muncul pintu agar terlepas dari kejaran zombie-zombie itu. Dan, ada 6 pintu yang harus kulewati. Tunggu dulu, ini bukan cerita fantasi. Lalu, bagaimana bisa aku masuk ke dalam komik tentang zombie...
Awal Akhir
650      404     0     
Short Story
Tentang pilihan, antara meninggalkan cinta selamanya, atau meninggalkan untuk kembali pada cinta.
Cinta dan Rahasia
383      285     0     
Short Story
Perasaan tak mudah untuk dipendam. Ketahuilah, manusia yang ‘kuat’ adalah manusia yang mampu mengekspresikan perasaanya. Itu semua wajar. Manusia akan merasakan senang bila mendapatkan kebahagiaan dan sedih bila harus kehilangan.
Coldest Husband
1178      616     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
Senja Belum Berlalu
3462      1241     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
SALAH ANTAR, ALAMAKK!!
759      530     3     
Short Story
EMMA MERASA BOSAN DAN MULAI MEMESAN SESUATU TAPI BERAKHIR TIDAK SEMESTINYA
Isi Hati
404      280     4     
Short Story
Berawal dari sebuah mimpi, hingga proses berubahnya dua orang yang ingin menjadi lebih baik. Akankah mereka bertemu?
Jangan Datang Untuk Menyimpan Kenangan
457      322     0     
Short Story
Kesedihan ini adalah cerita lama yang terus aku ceritakan. Adakalanya datang sekilat cahaya terang, menyuruhku berhenti bermimpi dan mencoba bertahan. Katakan pada dunia, hadapi hari dengan berani tanpa pernah melirik kembali masa kelam.
Sanguine
4408      1445     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...