TERIMAKASIH RINDU [FINA DAN RAIHAN]
"Kamu tak pernah lagi menghubungiku via telepon. Tak lagi pernah ku dengar suaramu lagi. Namun hingga saat ini, sesekali aku masih selalu menatap posnselku sambil berharap ia berbunyi dan kubaca namamu disana." Ucap Fina dalam hati.
Di pagi hari Fina terlihat berdiri di depan jendela kamar sambil menatap tetesan hujan. Hari ini Fina tak sedang ada jadwal di kampus, kedua orangtuanya sejak pagi tadi telah berangkat kerja. Ayahnya adalah seorang pegawai negeri sedangkan Ibunya adalah seorang guru. Di rumah hanya ada Fina seorang diri.
Di tempat yang berbeda, Raihan yang sejak beberapa hari yang lalu tidak pernah lagi menemui Fina merasa rindu ingin menemuinya. Namun ia merasa begitu bimbang karena ia takut jika rasa ikhlasnya untuk melepaskan Fina tak akan berhasil. Tapi tetap saja rindu kali ini tak bisa terbendung maka dengan segera Raihan menuju ke tempat Fina berada.
Di rumah Fina, tepatnya di dalam kamar. Fina yang telah berpakaian setelah mandi duduk di sebuah kursi yang menghadap cermin sambil menyisir rambutnya.
"Apakah salah jika aku masih merindukanmu? Dan apakah aku salah jika aku sebenarnya menyimpan rasa kepada seseorang selain Raihan?" Kata Fina yang menatap wajahnya di cermin.
Saat itu Raihan yang telah berada di tempat Fina mendengarkan perkataan Fina. Dari belakang Fina Raihan hanya tersenyum menatap Fina yang sedang berbicara dengan bayangannya sendiri. Namun disaat yang sama pandangan mereka saling bertatap di dalam cermin. Raihan tetap tersenyum dan tetap menganggap Fina tak dapat melihatnya namun lain halnya dengan Fina. Ia merasa dirinya melihat dengan jelas jika orang yang ia tatap di dalam cermin adalah Raihan. Fina yang awalnya bersuara tiba-tiba terdiam menatap Raihan yang berada di dalam cermin.
"Apakah ini nyata? Wajah itu, senyum itu, dia adalah... Raihaaann!"
Tanpa sadar Fina meneteskan air mata sambil berbalik dan tanpa rasa takut sedikitpun ingin memeluk Raihan namun seketika Raihan hilang dari pandangannya.
"Raihaann..." Ucap Fina yang menangis.
Dengan posisi berdiri di tempat yang sama, Raihan begitu heran dengan yang terjadi. Ia juga menyadari jika dirinya terlihat oleh Fina namun disaat Fina berbalik ke arahnya ia tak nampak lagi di mata Fina. Dengan merasa sedih Raihan menuju ke arah Fina.
"Bisakah untukku bertemu denganmu sekali saja? Aku hanya ingin bertemu dan berbagi rindu denganmu, kamu dimana?" Ucap Fina dengan lembut yang saat ini duduk di lantai dengan air mata di pipi.
Tanpa sadar Raihan membalas perkataan Fina, "Aku selalu disini, selalu berada di dekatmu walau kamu tak pernah bisa melihatku." Kata Raihan sambil meletakkan tangannya di bahu Fina.
Fina yang tertunduk tiba-tiba terdiam mendengar suara Raihan dan baginya sentuhan tangan yang ada di bahunya begitu sangat nyata. Ia menganggap itu hanya ilusi atau perasaannya saja. Ia tak mau lagi percaya dengan yang terjadi seperti yang baru saja ia alami.
"Raihan... Apakah benar itu kamu? Apakah kamu bisa mendengarku? Kali ini jawablah aku." Ucap Fina dengan lembut kemudian ia menutup matanya.
"Apakah kamu juga bisa mendengarku? Iya ini aku Raihan, aku disini selalu bersamamu Fina." Jawab Raihan.
Perlahan Fina membuka mata sambil mengangkat kepalanya ke arah Raihan. Fina terdiam sambil terharu mengeluarkan air mata. Tak sedikitpun ia merasa takut saat melihat Raihan. Rasa rindu yang ia rasakan selama ini terbayar lunas dengan kehadiran Raihan tepat di depan matanya. Fina sangat menyadari jika ini adalah nyata, ia tak peduli jika yang ada di depannya itu adalah hantu, yang ia tau itu adalah benar Raihan yang ia kenal.
Belum dapat berkata apa-apa, mereka hanya saling bertatap wajah.
"Wajahnya begitu bersih, senyumnya begitu tulus, tatapannya tak berubah, dia adalah Raihan yang ku rindukan." Ucap Fina dalam hati sambil menatap wajah Raihan.
"Ini nyata kan? Kamu bisa melihatku kan? Hey jangan menatapku seperti itu!" Kata Raihan yang tersenyum memandang Fina.
Fina menatap, tak lama kemudian ia menangis keras, "Kamu jahat! Jaahaat!! Dimana kamu selama ini? Aku sendiri!"
Kemudian tanpa kata Raihan langsung memeluk Fina. Tangis Fina semakin tak tertahankan lagi. Raihan mengajak Fina berdiri sambil memeluknya. Sebisa mungkin Raihan ingin terlihat tetap ceria di depan Fina maka ia mencoba menenangkan Fina sambil merangkulnya.
"Kamu duduk dulu, tenangkan dirimu dan jangan takut." Bujuk Raihan.
Fina mencoba menghapus air matanya kemudian mencoba untuk tenang agar ia bisa berbicara kepada Raihan. Fina pun duduk di atas kasur sambil memegang sebuah bantal.
Sambil menghela nafasnya Fina berkata, "Aku tak pernah merasa takut tapi kenapa kamu bisa ada disini?"
"Aku juga tak mengerti kenapa aku bisa ada disini, ini semua berkaitan dengan doa yang pernah ku ucapkan."
Kemudian Raihan menceritakan awal ia berada di dunia yang ia tak pernah ia ketahui hingga ia bisa berada di dunia yang ia tempati bersama Fina. Ia juga bercerita tentang awal bertemu Fina keseharian Fina dan juga ia sedikit bercerita tentang Hanifa. Fina begitu antusias mendengar cerita Raihan tak jarang pula air matanya menetes dengan sendirinya ketika melihat dan mendengar suara Raihan.
"Selama ini kamu berada di sekitarku tapi aku tak pernah menyadarinya, selama ini aku mengharap rindu dari orang yang rindunya tak pernah aku jawab. Maafkan aku." Kata Fina dengan suara sedikit bergetar.
"Apakah kamu juga mengetahui semua tentang Kak Firman dan Kak Hanifa? Bahkan kamu ketemu dengan Kak Hanifa?" Lanjut Fina.
"Aku bahkan tau jika kalian punya rasa yang sama." Jawab Raihan tersenyum menatap Fina.
Kemudian Raihan melanjutkan,
"Selama ini aku juga sangat merindukanmu, semua kenangan tentang kita juga masih tergenggam erat di ingatanku. Setiap hari aku juga memikirkanmu hingga aku berusaha mencari cara agar bisa terlihat dan berbicara denganmu. Aku bertemu dengan Kak Hanifa disaat kamu juga pertama kali bertemu dengan suaminya. Saat itu banyak kejadian aneh yang aku alami hingga akhirnya ia mengajarkan banyak hal kepadaku. Aku pun tak mengerti kenapa hari ini aku bisa muncul dan terdengar olehmu. Jujur ku akui aku juga sangat merindukanmu namun harus kamu pahami bahwa ada rindu yang tak bisa sembuh kecuali dengan mengikhlaskan. Aku belajar banyak tentang keikhlasan, aku lebih banyak memahaminya sekarang dibanding disaat aku masih hidup. Kamu tak perlu memaksakan kehendak pikiranmu, ikuti kata hatimu, kendalikan perasaanmu jangan biarkan perasaan yang mengendalikanmu seperti saat ini. Aku akan baik-baik saja dan aku akan merasa tenang dan bahagia jika kamu juga bisa ikhlas dan bahagia. Sekarang aku sudah seperti motivator yah? Sudah lama yah kita tak berbincang seperti ini. Hahaha..."
"Raihan... Aku rindu disaat berbicara berdua denganmu, meskipun tak penting apa yang kita bicarakan namun aku selalu merasa bahagia dan selalu tertawa jika aku di dekatmu mendengar segala curhatanmu, kamu selalu berhasil menghapus sedihku dan membuatku tertawa. Kali ini kamu bisa membuatku tertawa namun air mataku tak dapat ku hentikan. Rinduku terjawab oleh kehadiranmu." Kata Fina yang terus menghapus air matanya.
"Ceritakan padaku tentang Kak Hanifa?" Lanjut Fina.
Raihan menceritakan tentang Hanifa yang menurutnya begitu cantik, ia juga berkata jika sifat dan karakter serta tingkahnya mirip dengan Fina. Mendengar itu membuat Fina kembali tersenyum meskipun sebenarnya ia sedikit cemburu tiap kali mendengar kisah Hanifa.
"Fina, Jika seandainya hari ini adalah terakhir bagiku untuk bisa bertemu denganmu maka izinkanlah aku menghabiskan sisa waktuku bersamamu." Kata Raihan.
"Aku sangat merindukan saat-saat seperti ini Raihan, saat dimana kita bisa bersama menghabiskan waktu." Kata Fina.
Secara bersamaan mereka mengucapkan kata "Terimakasih Rindu" Di dalam hati mereka.
Setelah mereka saling bertemu, Fina dan Raihan akhirnya menghabiskan waktu bersama, mereka pergi ke tempat-tempat yang biasa ia kunjungi bersama sambil menceritakan kisah-kisah disaat mereka terpisah.
@Rifad ohh, oke...oke
Comment on chapter FINA [DUA]sama ya, dengan ceritaku yang Rahasia Toni, tokokhku juga terserang leukimia.
mampir2 juga ya, ke cerita terbaruku :D