Ruang Rahasia
“Putri, aku benar-benar sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan apalagi berlari” ujar Sara mengatur nafasnya.
“Aku Rasa mereka sudah tidak mengikutiku lagi” katanya juga yang terus mengatur nafasnya. “Maafkan aku karena aku telah memaksamu berlari bersamaku. Awalnya juga memang melelahkan, tai sekarang bagiku itu adalah hal yang biasa”
“Maksudmu?” Sara tidak mengerti jika Putri Ira juga tidak kalah liar darinya yang terus melarikan diri.
“Aku dilarang Kak Raska untuk mempercayai siapapun diistana ini tapi jika terpaksa aku disuruh Kak Raska untuk menemuimu” ujarnya membingungkan Sara.
“Mengapa harus aku?” Tanya Sara aneh.
“Selain Kak Addrin aku hanya percaya Kak Raska. Aku sudah terbiasa seperti ini selama 2 tahun lamanya hanya saja sekarang entah mengapa orang yang mengejarku seperti ada disetiap tempat dikerajaan ini” ujarnya sedih.
“Mengapa aku tidak mengadu saja” ujar Sara.
“Aku dilarang melakukan hal itu, kalaupun memang harus mengadu aku yakin kak Addrin dan Kak Raska yang akan mengetakannya” jelasnya lagi yang membuat Sara semakin menggunduk tanda Tanya di kepalanya. Ia tidak mengerti cara kerja diistana ini. bagaimanapun ini terlalu aneh, merasa terancam drumah sendiri.
Sara kembali berjalan mengikuti Ira, kaliini Ira berjalan normal tidak seperti sebelumnya hanya saja tempat yang ia pijaki sekarang tidaklah normal untuk seukuran Putri yang pastinya selalu menginjak keindahan. Sara menyusuri tempat tertutup dengan aliran sungai yang mengalir cukup deras. Kiri dan kanan dinding cukup kumuh dan hanya ada lampu obor, ini benar-benar diluar nalarnya seorang putri bisa tahu dan berada disini. Kini Sara mempunyai bnayak tanda Tanya dikepalanya, istana macam apa seberanya yang ia tempati sekarang ini, entah mengapa ia merasa aman berada didalam hutan ketimbang berada diistana. Rasanya ia seperti bisa kehilangan nyawa setiap saat. Ira yang merupakan sang putri merasa terancam nyawanya apalagi dirinya yang bukan siapa-siapa.
Ira berjalan mengikuti aliran sungai itu, tidak deras namun cukup lancar. Entah kemana Ira akan membawanya. Yang jelas ini cukup jauh dari kamar Sara ataupun dari Jalan yang yang Sara ketahui. Kini sudah dipastikan nia tidka bisa seorang diri untuk pergi kekamarnya. Setitik cahaya dari kejauhan melegakan pikiran Sara, akhirnya ia kan tahu kemana langkah kaki ini akan berhenti. Perlahan cahaya itu semakin memebesar, Sara bisa melihat dengan jelas pepohonan yang cukup besar, lebat dan juga banyak, disana ada bebatuan dan beberapa prajurit tidak lupa pelayan yang pernah Sara temui ketika ia menjadi Linn. Semuanya serba sepaket.
“Dimana ini?” ujar Sara.
“Ini berada dihutan diluar gerbang istana” ujarnya.
Sara terbelalak. “Bagaimana bisa?”
“Jalan ini hanya diketahui oleh Kak Raska dan aku, Kak Raska sengaja mencari jalan kabur untukkeluar dari istana ini?” ujar Ira semakin membuat Sara bingung.
“Tapi untuk apa kau kabur dari sana?” Tanya Sara
“Aku tidak diberikan rincian hanya Kak Raska yang mengetahui hal itu, aku hanya diberi tahu untuk keluar dari sini ketika ada bahaya yan mengintaiku”
Sara memang tidak mengerti maksud dari semua ini tapi ia bisa memastikan jika Ira sedang tidak berbohong, tapi ia juga semakin tidak mengerti kenapa ia harus dibawa kedalam masalah mereka yang jelas sara tidak mengetahuinnya. Saat ini Sara hanya bisa percaya apa yang dilihatnya sekarang, ia juga tidak melihat sesuatu yang aneh dari Raska. Bahkan ia tidak percaya jika Raska memiliki banyak Rahasia.
“Putri kau percaya padaku?” Tanya Sara menyakinkan.
“Setidaknya itu yang dikatakan Kak Raska dan aku melihat kau tidak seperti tunangan Kak Addrin yang lain dan pastinya kalung yang kau gunakan itu adalah kalung milik Kak Addrin. Kalung itu adalah pemberian kakek dan itu bisa menambahkan kepercayaanku padamu, mengingat sifat kak Addrin” Sara terbelalak melupakan sesuatu yang melingkar dilehernya, setidaknya itu bisa menolongnya untuk sekarang ini.
“Apa yang inginkau lakukan?” Tanya Ira melihat Sara mengambil selembar dedaunan dari tanaman didekatnya dan batang lalu menuliskan sesuatu.
“Ambil ini dan berikan kepada Worri” ujar Sara kepada salah satu prajurit disana.
“Kau jangan gila, jangan sampai kau bertindak gegabah” ira khawatir.
“Karena itulah akubilang kau percaya padaku begitupun denganku. Aku tidak mungkin membiarkan orang yang didekatku terancam bahaya apalagi kau percaya padaku” ucap Sara menyakinkan Ira.
“Lalu untuk apa kau memanggil Worri” Ira masih ketakutan.
“AKu melihat prajuritmu tidak terlalu terlartih aku yakin kau tidak mungkin selamat, jangankan untuk melindungimu untuk melindungimu saja tidak mungkin bisa mereka lakukan” ujar Sara .
“Sara harap yang Mulia Sara bisa melindungi Nona, aku juga akan melakukan hal yang sama asal Yang Mulia Ira bisa selamat”Ujar salah satu pelayan.
“Mengapa harus Ira yang selamat jika kalian juga bisa menyelamatkan diri kalian” ujar Sara.
“Itu tidak mungkin” ujarnya kembali.
“Mengapa tidak, tidak ada yang tidak mungkin jika kalian mau belajar, tidak perlu sampai ahli yang terpenting kau cukup tahu” ujar Sara membat mereka mengangguk.
Tidak lama yang ditunggupun akhirnya datang. Prajurit suruhan Sara datang membawa Worri seperti yang diinginkan dengan tambahan Sara yang sebenarnya juga diharapkan. Tapi yang terpenting hanyalah peran Worri. Sara ingin mnegajarimereka untuk berlatih bertarung, Sara tidak mungkin untuk melatih Ira bagaimanapun yang ia kenal adalah Linn bukan lah Sara yang hanya Tunangan Kakaknya. Sara mulai mengerti mungkin ini adlah alasan kenapa Ira harus berlatih diam-diam didalam hutan. Dilihat dari wajah Addrin sebelumnya sepertinya ia tidka mungkin mengizinkan tapi jika itu Raska beda lain ceritanya lagi.
Disana ada 6 pelayan perempuan dan juga sekitar 10 prajurit. Sama seperti sebelumnya yang Sara lihat dari pelayan itu hanyalah ketakutan sedangkan dari prajurit itu kurang terlatih. Mereka hanya cocok sebagai penjaga tapi tidak mungkin untuk bertarung. Worri yang sudah mengucap sumpah setia itu kaget karena ada orang yang bisa mengetahui tempat latihan Rahasianya dengan Rawnie, apalagi orang itu adalah seorang prajurit kerajaan, jika ia tidka membawa pesan yang dipastikan dari Sara prajurit itu sudah hilang tidak berbekas.
Sara berbisik kepada Worri untuk tidak memberitahu siapa dirinya ataupun Rawnie. Kehadiran disini tetap sebagai Kapten yang akan mengajari Ira, pelayan dan prajurit untuk berlatih. Menerima pelajaran dari Sara saja itu merupakan sebuah kehormatan bagi dirinya apagi kini ia harus mengajari sang putri ini merupakan sebuah penghargaan dalam hidupnya.
“Worri aku ingin kau mengajari Putri Ira untuk bertarung dan juga pelayan pastinya prajurit yang ada dihadapanmu” suruh Sara.
“Sebuah kehormatan bagi Hamba Yang Mulia. Jika Anda tidak keberatan” lutut Worri pada Putri Ira.
“AKu mohon bantuannya” putri Ira hormat meminta bantuan Worri.
“Hamba mohon angkatlah kepala anda” ujar Sara. “Kau tidak perlu takut mereka adalah orang kepercayaanku”
Worri berkaca mengucapkan terima kasih berkali-kali, untuk pertama kalinya ada orang yang benar-benar butuh dan peduli pada dirinya. Worri terbawa suasana dan terharu.
“Rawnie, kau bawa Adia juga” titah Sara.
Sara dan Rawnie hanya duduk ditanah bearalaskan rumput, mereka dengan sigap mengikuti semua intrusksi yang diberikan oleh Worri. Sara yang baru melihat Worri setelah kejadian itu kini kemampuannya sudah berkembang daripada sebelumnya. Gerakannya dan cara ayunannya sangat baik, Rawnie ternyata cukup bisa diandalkan untuk mengajari walaupun pada awalnya ia menolak dan terus merajuk. Tidak hanya Worri yang serius mengajari mereka melainkan Putri Ira, Adia dan juga yang lainnya sungguh-sungguh mendengar ucapan Worri. Jelas sekali urat diwajah Ira yang menegaskan ia harus bisa melakuakn semua ini dan ingin mengalahkan sumber ketakutannya selama ini. sara yang cukup terkejut mendengar pernyataan Ira benar-benar tidak percaya. Sayangnya Sara tidak bisa mengikuti latihan ini, padahal ia juga ingin mengajari mereka sayangnya statusnya kini mengukungnya dengan sangat jelas.
Disela latihannya Ira beristrihat dan menceritakan ketakutannya selama ini yang tidak berani ia katakan pada siapapun termasuk Addrin. Selama ini Addrin tahu jika adiknya sedang dalam bahaya namun ia tidak tahu jika masalah itu sudah ada diranah istana. Ira hanya berani menceritakan kepada Raska karena hanya ia yang hampir mengetahui segala seluk beluk yang ada diistana dengan caranya sendiri, hanya ia yang bisa Ira andalkan secara keseluruhan dan karena hanya Raska satu-satunya pangeran yang jarang masuk ke ranah peperangan. Namun kini lain lagi ceritanya setelah ia mendengar jika Raska akan ikut bersama ayah dan kakaknya. Dan ia hanya bisa medengar kata-kata Raska untuk mempercayai Sara
Sara hanya mengangguk mengiyakan apa yang Ira katakan, meski ia tidak tahu alasan dibalik Raska menaruh kepercayaannya kepada Sara begtupun dengan Addrin yang telah memberikan kalung yang cukup berharga kepadanya, awalnya ia pikir ini hanyalah sebatas hadiah ulang tahun, sesuatu yang tidak berharga bagi Addrin tapi berharga baginya. Sara berterima kasih karena Addrin mau memberikan hadiah di ulang tahun pertama ia di istana. Itu sangat membahagikan. Sama seperti halnya kalung yang disematkan Addrin dilehernya, ia juga akan menyematkan keselamatan untuk Ira adiknya. Tanpa diperintahpun Sara pasti akan melindungi Ira karena ia melihat langsung adegan Ira yang terancam bahaya. Rasanya sungguh tragis sekali merasa terancam dirumah sendiri. Bagaikan hiduo diantara dinding jarum yang sedikit saja lengah akan langsung melukai.
Sara sudah mulai melihat perkembangan Ira yang baru 2 hari belajar tapi ia bisa dnegan mudah memperlajari apa yang Worri intruksikan. Tekad dalam hatinya menguatkannya untuk bisa mengayun, menangkis dan menyerang. Semenjak Sara berada didekat sara tidak ada lagi yang mengusik ketenangan Ira setidaknya ira merasa nyaman berada didekantya bahkan kini Ira sering tidur bersama dikamar Sara. Semenjak kesibukan didalam istana Ira tidak berani tidur dikamarnya, karena tidak ada Raska yang menemaninya sampai terlelap dan kamar mereka yang berdekatan membuat Ira merasa tenang. Sedangkan Sara disibukkan dengan pikirannya mengenai peperangan. Sebentar lagi Raja dan calon suaminya akan pergi ke medan perang. Sara terpuruk karena tidak bisa membantu, laporan dari Rawnie membuatnya semakin runyam. Kini Sara sadar mungkin ini maksud dari Rawnie yang tidak ingin memberitahunya, memang benr-benar tidak nyaman sekali.
Lagi-lagi sara bertengger di bibir jendela, sesekali ia mendongak ke atas langit malam yang begitu menenangnkan namun terasa mencekam. Sara teringat kembali danau yang pernah ia singgahi diistana ini dan berakhir tidur diranjang Pangeran Addrin. Entah mengapa malam ini Sara ingin bertemu dengan Addrin tapi ia tidak ingin bertemu dikamarnya. Sara berjalan menuju Danau, ia juga tidak ingin bermimpi bertemu dengannya setidaknya ia bisa meringankan pikirannya didanau seperti ketika itu. Sara tidak mengetahui jika Addrin sering pergi kedanau setiap malam tepatnya ketika bulan berada dipuncaknya. Ia akan menatap bulan itu dibatas pohon yang tidak jauh dari pinggir danau yang sekarang Sara pijaki. Ia menyilangkan tangannya dibawah dada mendekap tubuhnya yang kedinginan, ia mendongak keatas langit melihat blan yangsedang indah-indahnya, ia menutup mata menikmati hawa malam yang begitu menenangkan. Danau ini memang tidak sebesar danau yang berada dihutan namun ia lebih menyukai danau yang berada disini.
Tidak jauh berbeda dengan Sara, beberapa hari ini Addrin tidak kuasa menahan rindunya kepada Sara. Selama itu pula ia sengaja tidak ingin bertemu dengannya, karena hal itu akan membuatnya sakit. Ia lebih memendam semuanya sampai urusannya selesai walau ia tidak yakin hal itu akan terjadi. Kini sosok yang diinginkan ada dihadapannya, Addrin masih ragu untuk menghampirinya atau membiarkannya berdiri menikmati bulan yang ingin dikalahkan oleh Addrin. Addrin tidak ingin melewatkannya, biarkan malam dan bulan menjadi saksi cinta tak tersampaikan Addrin pada Sara.
Konsep ceritanya menarik dengan sudut pandang istana sentris. walaupun banyak typo. Aku suka, sukses untuk ceritanya. Kunjungi ceritaku juga ya... yang RARANDREW.
Comment on chapter 01. SI BUNGSU