Loading...
Logo TinLit
Read Story - BATAM HAIL BASKETBALL
MENU
About Us  

CHAPTER 9: PRETTY ONE


Di antara beberapa pilihan busana yang lain -dalam grosir di mall mana yang dikunjungi, Semen, Pekalongan dan Megamendung hanya pilihan yang Eloisa lewati semenjak dia terpana dengan stelan batik keraton modern bermotif paduan lima macam hewan bersayap  dengan kombinasi tiga warna sekunder pada dasar putih -yang dikenakan pada manekin wanita berpose sebelah tangan berkacapinggang di atas platform paling tinggi di antara empat model manekin wanita satu gengnya. Tidak menjaga reaksinya yang tertarik, Eloisa amati busana itu lebih dekat, tangannya ingin mengenali komposisi bahannya lewat sentuhan tekstur, tapi staf grosir yang naik ke platform mengurus busana itu kini mengurungkan maksud Eloisa.

"Saya penasaran sama yang ini, Sis," kata Eloisa sambil menunjuk.

"Maaf, Sis sudah dibeli. Coba lihat-lihat dulu model bagus yang lain masih banyak, kok," jawab staf grosir.

"Kamu mau yang itu, ya?"

Eloisa hadap kanan, rupanya pria mengenakan stelan jas gaya italian mendekat padanya itu yang mengajak bicara. Eloisa otomatis bingung menjawab, fokus matanya tidak tetap.

"Aku beli bukan buat sendiri, kok. Sementara aku beli meski pun belum ada yang mau pakai."

"Emm, maksudnya?"

"Entahlah," sambil mengangkat bahu, "Akhir-akhir ini aku ngerasa enggak tahu apa yang aku cari. Dan mulai sekarang aku pengen berhenti begitu, karena aku pikir aku udah temukan apa yang aku cari selama ini," katanya sambil pasang senyum lembut.

"Gombal, ya?"

"Aku Demiro!" mengulurkan jabat tangan sambil tersenyum lembut.

Menilai sikap pria itu, Eloisa yakin dengan kegentelannya. "Eloisa," membalas jabat tangan.
"Eloisa, kamu mau enggak jadi yang selama ini aku cari?"

Kedengarannya menggoda, Eloisa tidak berpikir Demiro sungguhan menembaknya.

"Kalau enggak mau?"

"Kalau enggak mau kamu jangan pergi, tetap di sini biar aku enggak nyari."

"Receh, deh!"

Demiro tahu gombalannya tidak mempan. "Boleh temenin kamu?"

"Udah enggak ada yang mau aku cari, sih."

"Um, kalau gitu mau temenin aku?" Segera Demiro pahami dua detik berpikirnya Eloisa. "Kasih aku kesempatan, kali ini aja please!"

Dengan cara memohon yang tetap terlihat elegan tanpa mengurangi karismanya, Eloisa pikir Demiro adalah jenis pria bucin terhormat. "Okay, jadi?"

Perasaan Demiro boleh melayang-layang sekarang, dopamine -hormon yang menstimulasi keceriaan- penuh pada sepasang bibirnya karena berhasil di tahap pertama, makan bersama seorang Eloisa -di suatu footcourt sebelah eskalator teratas, mungkin masih dalam mall yang sama dengan grosir busana tadi.

"Aku pikir kamu orang yang sibuk, gimana kamu bisa jalan ke mall hari ini?" tanya Eloisa.

"Kan sekarang sibuknya lagi sama kamu, karena hari ini aku enggak mau sibuk sama yang lain."
Demiro membuat Eloisa tersenyum mendengarnya, juga tidak membuatnya risih seperti yang sudah. Poin kenyamanan mulai Demiro dapat.

"Gombal terus, deh."

"Aku pikir, kayaknya kamu lagi liburan. Kalau boleh tahu kamu asal mana?"

"Medan."

"Owh. Kirain Kediri."

Dalam tiga detik pertama setelah mendengarnya, Eloisa gagal menyembunyikan ekspresi terkejutnya saat potongan daging merah yang kehitaman tekstur permukaannya itu sejenak tertahan dalam gigitan.

Merasa berhasil, Demiro tersenyum gemas melihat reaksi Eloisa. "Sorry! Aku enggak ada maksud apa-apa, kok. Aku pikir selama ini aku follow kamu di PG," maksud Demiro PG adalah Pictagram -aplikasi media sosial. "Aku suka lihat foto-foto kamu yang polosan di zaman yang serba filter-an. Ternyata kamu cantiknya emang beneran."

"Oh, ya? Makasih udah follow aku." 

Lalu bunyi sebuah nada dering mereka berdua dengar, nada dering itu... Eloisa ambil ponsel dari dalam dompetnya. Nama Alter yang nampang dalam panggilan, Eloisa terima, "Halo!... Lagi di Nagoya... Iya, tunggu ya, setengah jam, okay?"

"Kayaknya aku enggak bisa lebih lama sama kamu, deh. Ada yang nyariin," kata Eloisa.
"Okay," Demiro maklumi, "Aku udah seneng, kok kamu udah mau ngisi waktu buat aku."

"Sama-sama."

"Oh, iya. Aku minta tolong satu hal lagi."

"Apa?"

"Sebenernya aku harus segera dapat customer hari ini. Kamu mau COD sama aku, sebelum pergi?"

"COD?"

"Iya," Demiro ambil tas karton dari sebelahnya duduk, sodorkan ke Eloisa. "Khusus pembeli pertama, delapan ratus triliyun, harga pas kalau mau beli. Tapi kalau enggak mau beli, harus dibawa pulang plus garansi tukar item kalau enggak suka."

"Ehm!?" sejenak Eloisa tinjau benaknya sendiri yang tidak pasti dalam memberi reaksi -harus bagaimana menanggapi. "Apaan, sih kamu?"

"Sebelumnya aku bilang, aku cuma beli tapi enggak tahu siapa yang mau pakai. Enggak mungkin kalau aku, kan?"

Melihat sikap manis Demiro yang meyakinkan, "Aku nawar, deh. Masak harganya delapan ratus triliyun, yang bener aja?"

"Inget aku bilang, harga pas. Beli atau bawa pulang. Penawaran khusus buat customer pertama aja. Customer berikutnya harus beli dengan harga pas. Kamu enggak kasihan sama aku, pasti enggak akan ada yang sanggup beli dagangan aku, kan?"

 Eloisa masih ragu, mungkin merasa gengsi atau malu.

*


"Asalamualaikum!" sapa Eloisa saat buka pintu -baru sampai rumah- melihat Alter di ruang tengah, -Eloisa terkejut- berdua dengan... 

"Walaikumsalam!" balas Alter. "Kak ada Ribka, nih."

Tidak terlihat masam, sih tapi Alter tahu bahwa Eloisa berusaha menyembunyikan suatu hal dalam benaknya, begitu pula Ribka.

"Nih, double box-nya," kata Eloisa sambil meletakkan sekotak wadah makanan ala cepat saji, lalu mengambil duduk menyilang di sebelah kiri Alter.

"Makasih." Alter buka kedua slot kotaknya, pizza pada slot atas dan sepuluh macam nuget pada slot bawah. "Mau minum apa?" tanya pada dua perempuan yang sedang menemaninya.

"Shoju," jawab Eloisa.

"Ribka?"

"Samain kamu, deh."

Dalam beberapa saat selama momen tanpa Alter, ada yang saling dijaga dan tidak diungkapkan oleh kedua perempuan yang saling canggung, jangankan menolak keheningan, saling bertatap muka pun tidak. Alter intip dari dapur sambil senyum menertawakan, pikirannya memberi ide supaya berlama-lama.
Masih dalam keheningan itu, sebenarnya Eloisa tahu kalau posisi duduknya langsung menghadap Ribka yang perlu menoleh kiri untuk menatap lawan bicara, rasanya tidak akan Ribka lakukan lebih dulu.

Eloisa maklumi. "Ribka!"

Baru Ribka menatapnya, "Iya," tapi ragu untuk senyum.

"Apa kabar!" jadi senyum Eloisa memancing senyum balasan yang Ribka berikan.

"Baik. Kamu?"

"Baik, dari kapan kamu sama Alter?"

"Dari sore habis dia pulang kerja."

Sampai sudah terucap belasan kalimat obrolan, kedua perempuan itu pikir Alter terlalu lama di dapur, sampai Eloisa teriaki.

"Sabar, bentar lagi!" jawab Alter. 

Setelahnya, ternyata urusan Alter di dapur masih tidak sesebentar yang mereka berdua pikir. Eloisa mulai mengerti maksud dari sikap Alter yang menyebalkan itu.

"Ribka!" Suasana yang mulai hangat sebelumnya, Ribka dengar nada suara dan tampak sorot mata Eloisa seperti akan membawa suasana menuju dramatis. "Maafin aku waktu itu. Yang udah aku lakuin sama Jo... dan nusuk kamu dari belakang. Dan ngerusak tim kamu. Aku menyesal."

Ribka yakin Eloisa tidak sedang berpura-pura. "Aku maafin. Aku udah lama lupain itu."

"Kamu beneran maafin aku, kan?"

Ribka beri senyum dan mengangguk.

"Sorry, ya agak lama!" Alter kembali ke mereka berdua sambil membawa dua botol shoju.
Hubungan ketiganya jadi lebih baik, Alter pikir keakraban Ribka dengan kakaknya dimulai kembali -setelah setahun lamanya- dengan makan dan minum bersama, menikmatinya sampai potongan terakhir dan tidak ada sisa.

"Aku ke belakang dulu!" Ribka beranjak.

"Alter, kamu tahu enggak tadi di Nagoya aku diajak makan sama siapa?" kata Eloisa.

"Siapa?"

"Kayaknya dia orang yang pernah kamu ceritain waktu kamu berurusan sama Arex."

"Siapa, sih?"

"Demiro."

"Demiro!?" terkejut Alter mendengarnya."

"Demiro?"

"Hu-um, dia cool banget, high-class, gentle banget orangnya."


Mendengarnya, justru Alter tampak tidak yakin. "Emh, bukannya waktu itu..." mengingat, "Belum ada kejelasan..." lebih cermat mengingat, "Apa yang Arex lakuin ke dia dan dua temen nigga-nya. Analisis polisi bilang foto bukti mereka dibunuh dipastikan fiktif. Jadi, dia di mall? Ngajak makan bareng?" serius Alter menanyakan.

Setelahnya deru kendaraan Alter dan Eloisa dengar dari luar rumah. Alter pikir seseorang akan berkunjung ke rumahnya. Eloisa memastikan, membuka pintu depan. Ternyata... pria yang keluar dari mobil SUV putih di depan rumah itu, tidak disangka, -Eloisa cukup tercengang- ternyata... 

"Hai, Eloisa! Selamat malam!"

Batin Eloisa, gimana dia tahu? 

"Demiro!?" Eloisa yakin tidak salah tanya.

"Maaf, ya malem gini aku datang ke rumah."

"Emh, iya."

"Boleh aku masuk?"

"Um, iya silakan!"

Kehadian orang keempat di rumahnya itu, Alter tercengang -lebih dari yang sempat Eloisa tunjukkan.

"Apa kabar, Alter! Boleh aku bertamu ke rumah kamu, kan?" sapa Demiro.

"Demiro!?" Alter yakin tidak salah ingat.

"Iya, aku juga masih ingat kamu." Demiro duduk, lalu perhatikan kondisi meja kaca di hadapannya. "Kayaknya aku melewatkan waktu makan malam kalian, nih."

"Demiro!" Alter tidak peduli basa-basi dia, "Gimana kamu bisa jalan-jalan? Aku kira kamu udah mati."

Demiro tersenyum mendengarnya. "Gue nyata, kok. Dan status gue masih sama."

"Terus... " seketika Demiro potong sebelum Alter selesai.

"Justru bajingan yang bunuh temen kamu udah mati. Kamu enggak usah dendam lagi," Demiro meyakinkan.

Alter mau pun Eloisa saling terdiam, seperti dalam ketidakjelasan, bingung menyimpulkan. 
"Emh, gue datang ke sini, ada yang mau gue omongin ke kakakmu."

Pernyataan Demiro itu menambah pertanyaan dalam benak Eloisa, bagaimana Demiro bisa tahu ke mana untuk mencarinya? Bagaimana bisa tahu kalau dirinya kakak Alter?

Alter sendiri tidak tampak sebingung Eloisa, mungkin karena nalarnya cukup memahami jangkauan yang bisa Demiro lakukan dengan mudah bagi seorang elitis sekelas "Yang Terlarang Paling Dicari". 

Eloisa duduk di sebelah Alter. "Ada apa?"

"Aku minta kamu rileks dulu, jangan terlalu serius!" Demiro yakinkan dengan senyum dan sikap santainya yang keren.

Seperti yang Demiro minta, Eloisa -begitu juga Alter- bawa dirinya rileks. 

"Nah. Tapi kalau kamu mau serius, aku juga mau seriusin kamu."

Eloisa pikir, cara Demiro mengatakannya tidak sebercanda senyumnya itu.

"Eloisa, aku butuh pendamping hidup. Dan aku mau kamu orangnya."

Terkejutlah Eloisa, begitu juga adiknya.

"Demiro, aku pikir enggak secepat itu. Kamu masih baru kenal kakakku, dan belum benar-benar kenal," Alter coba memberi pertimbangan, mungkin -dalam bentuk lain- rintangan.

"Maaf, Alter. Aku cuma pengen denger dari kakakmu langsung," lalu menatap Eloisa.

"Kita emang baru kenal, Demiro. Aku pikir juga, enggak secepat itu."

"Baiklah, tapi aku mau, kamu kasih aku kesempatan."

Dari cara Eloisa menatap, tidak menunjukkan kalau dirinya tidak menyukai Demiro, hanya saja dirinya tidak yakin. "Maaf, Demiro."

"Kasih aku kesempatan buat buktiin kalau kamu enggak perlu ragu sama sekali."

"Maaf, Demiro! Bukan aku yang kamu cari," Eloisa tegaskan.

Demiro paham, dirinya ditolak pada kesempatan awal. "Okay. Kalau begitu, kita tentukan secara lebih fair."

"Maksudnya?" tanya Eloisa.

"Enggak akan!" seketika Alter tekankan, seperti memahami maksud Demiro dengan cepat. "Kamu enggak bisa beli keputusan orang seenaknya lewat battle," sambil Alter berdiri.

Begitu juga Demiro -berdiri, "Okay. Bukan berarti lu takut, kan?"

"Bukan soal berani atau takut. Ini soal gimana kehidupan kita enggak akan pernah bersimpangan lagi," jawab Alter sedingin tatapan matanya ke Demiro dan... 

Cara Alter merangkul Eloisa, Demiro pahami sebagai isyarat perlindungan. "Lu pernah, lebih dulu mengusik hidup gue," sambil menatap dingin balik. "Bahkan secara enggak langsung gue udah bales dendam lu atas kematian Trea, ke Arex."

"Aku ucapin makasih untuk itu. Dan tolong, ini untuk terakhir kalinya! Kita enggak akan pernah lagi saling mengusik."

Demiro tidak bermaksud membawa dirinya untuk berlebihan. "Selamat malam!" Demiro beranjak keluar, sempat diketahui Ribka dari ruang belakang.

"Siapa?" tanya Ribka -penasaran- saat baru muncul di sebelah kiri Eloisa.


[Bersambung ke CHAPTER 10: ROOF-COURT] 

----------------

Apa, sih yang terjadi pada Eloisa dan Ribka saat itu? Jawabannya ada di prekuel -Antologia: Ankle Breaker (©2018 Intishar Publishing) 

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (10)
  • Ardhio_Prantoko

    @CandraSenja ehm, ternyata mengganggu dan tidak match ya. Makasih, tanggapannya. Aku perbaiki

    Comment on chapter BLURB
  • CandraSenja

    Heem. Saya kok agak terganggu dengan bahasa dialognya, ya. Menurut saya kurang masuk dengan WS narasinya. Karena, menurut saya, bahasa lo gue dan mix B Ing itu cocoknya untuk novel teenlit dg badboy2 atau marie suenya. Pendapat saya ini mah ya.

    Comment on chapter BLURB
  • Gladistia

    @Ardhio_Prantoko Siap Dhio ^^
    Semangat terusss....

    Comment on chapter CHAPTER 10: ROOF COURT
  • Chaelma

    @ShiYiCha iyup betul banget Jess..

    Comment on chapter BLURB
  • Chaelma

    Deg2an tegang bacanya hehee, πŸ˜„

    Comment on chapter BLURB
  • Ardhio_Prantoko

    @Gladistia tunggu last chapter ya, Glad 😊. Makasih suportnya. Suport buat kamu juga!

    Comment on chapter CHAPTER 10: ROOF COURT
  • Gladistia

    Ngaduk2 emosi ya, Dhio. Ceritanya bikin nagih, lanjut lagi yaaa. Semangka ^^

    Comment on chapter CHAPTER 10: ROOF COURT
  • Gladistia

    Halo kak, ceritanya seru. Padahal aku baru baca sebagian. Nagih buat baca next-nya ini mah...
    Nanti aku lanjut baca dan nunggu next-nya....
    Semangat dan sukses terus ya kak. ^^

    Comment on chapter CHAPTER 6: BATAM CENTER HAIL BASKETBALL [Hot Chapt
  • Ardhio_Prantoko

    @ShiYiCha makasih Jessie. Sebenernya udah italic di ms. Word pas dicopy jadi normal 😁
    Iya, soal beberapa model dialog tag belum begitu mendalami.

    Comment on chapter CAHPTER1: GO GET IT
  • ShiYiCha

    Ceritanya seru. I love it😍. Cuma ada dikit krisar. Kalo pake istilah asing/bahasa Inggris aturan biasanya itu di-italic. Terus beberapa penggunaan tanda baca di dialog tag dan dialog aksi ada yang salah. But, so far ini seru, kok. Semangat lanjutin, yaa Kak

    Comment on chapter CAHPTER1: GO GET IT
Similar Tags
Iskanje
5532      1508     2     
Action
Dera adalah seorang mahasiswa pindahan dari Jakarta. Entah takdir atau kebetulan, ia beberapa kali bertemu dengan Arif, seorang Komandan Resimen Mahasiswa Kutara Manawa. Dera yang begitu mengagumi sosok lelaki yang berwibawa pada akhirnya jatuh cinta pada Arif. Ia pun menjadi anggota Resimen Mahasiswa. Pada mulanya, ia masuk menwa untuk mencari sesuatu. Pencariannya menemui jalan buntu, tetapi ia...
The Last Mission
615      375     12     
Action
14 tahun yang silam, terjadi suatu insiden yang mengerikan. Suatu insiden ledakan bahan kimia berskala besar yang bersumber dari laboratorium penelitian. Ada dua korban jiwa yang tewas akibat dari insiden tersebut. Mereka adalah sepasang suami istri yang bekerja sebagai peneliti di lokasi kejadian. Mereka berdua meninggalkan seorang anak yang masih balita. Seorang balita laki-laki yang ditemuka...
Anata no sonzai
3202      955     2     
Romance
Hidup Yomaguchi Rin semakin berwarna karena kehadiran sosok Ishikawa Jiro. Begitu juga sebaliknya. Mereka saling memberi warna di bumi Sakura yang indah. "Aku selalu di sini. Jadi, jangan berniat pergi kalau kau masih ingin melihat senyumku." Yomaguchi Rin "Senyum mu sudah menjadi candu untukku. Jadi, jangan hilangkan senyum itu dari wajahmu. Aku tidak menyukainya." Is...
Ternyata...
927      555     1     
Short Story
Kehidupan itu memang penuh misteri. Takdir yang mengantar kita kemanapun kita menuju. Kau harus percaya itu dan aku akan percaya itu. - Rey
The Eternal Witch
23499      3634     6     
Fantasy
[Dunia Alternative] Perjalanan seorang pengembara dan petualang melawan dan memburu entitas Penyihir Abadi. Erno Orkney awalnya hanyalah pemuda biasa: tak berbakat sihir namun memiliki otak yang cerdas. Setelah menyaksikan sendiri bagaimana tragedi yang menimpa keluarganya, ia memiliki banyak pertanyaan-pertanyaan di benaknya. Dimulai dari mengapa ia menerima tragedi demi tragedi, identitasnya...
Dramatisasi Kata Kembali
710      370     0     
Short Story
Alvin menemukan dirinya masuk dalam sebuah permainan penuh pertanyaan. Seorang wanita yang tak pernah ia kenal menemuinya di sebuah pagi dingin yang menjemukan. \"Ada dalang di balik permainan ini,\" pikirnya.
EDEN dan Sepatu Tuhan
759      553     4     
Short Story
Cerpen ini merupakan sebuah cerita pendek tentang jerih payah seseorang yang bernama Eden untuk mendapatkan secuil Impian dalam menuntut Ilmu. Dia terus berusaha sampai pada titik kulminasi. Dengan pengalaman yang unik yang dilaluinya melalui \"sepatu Tuhan\" akhirnya dia bisa mendapatkannya. Dan sekarang dia akan menjalani perjalanan hidupnya dengan Rahmat Tuhannya.
Lady Cyber (Sang Pengintai)
2462      964     8     
Mystery
Setiap manusia, pasti memiliki masa lalu. Entah itu indah, atau pun suram. Seperti dalam kisah Lady Cyber ini. Mengisahkan tentang seorang wanita bernama Rere Sitagari, yang berjuang demi menghapus masa lalunya yang suram. Dibalut misteri, romansa, dan ketegangan dalam pencarian para pembantai keluarganya. Setingan hanya sekedar fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, peristiwa, karakter, atau s...
KASTARA
458      363     0     
Fantasy
Dunia ini tidak hanya diisi oleh makhluk hidup normal seperti yang kita ketahui pada umumnya Ada banyak kehidupan lain yang di luar logika manusia Salah satunya adalah para Orbs, sebutan bagi mereka yang memiliki energi lebih dan luar biasa Tara hanya ingin bisa hidup bebas menggunkan Elemental Energy yang dia miliki dan mengasahnya menjadi lebih kuat dengan masuk ke dunia Neverbefore dan...
Dunia Gemerlap
20931      3115     3     
Action
Hanif, baru saja keluar dari kehidupan lamanya sebagai mahasiswa biasa dan terpaksa menjalani kehidupannya yang baru sebagai seorang pengedar narkoba. Hal-hal seperti perjudian, narkoba, minuman keras, dan pergaulan bebas merupakan makanan sehari-harinya. Ia melakukan semua ini demi mengendus jejak keberadaan kakaknya. Akankah Hanif berhasil bertahan dengan kehidupan barunya?