Episode 10
Tidak membutuhkan waktu lama, menunggu kehadiran Pak Ali pagi itu. Karena sebelumnya, aku dan Panji sudah meminta janji terlebih dahulu dengan beliau saat masih di rumah. Seorang pria setengah tua dengan jas putih khasnya, muncul di balik pintu ruang komputer.
“Assalamu’alaikum,” sapa Pak Ali.
“Wa’alaikumsalam, Cikgu. Ape kedatangan kami, mengganggu masanye?” balasku, begitu Pak Ali duduk di hadapanku dan Panji.
“Tak lah. Saye sudah diberi tahu oleh Pak Agus tadi pagi, jike korang sudah [1]berjaye dengan [2]rancangan tuh. Cume ....” Pak Ali menghentikan ucapannya, seraya duduk di hadapanku dan Panji serta membuka laptop miliknya.
“Cume ape, Cikgu? Ape hal, dengan rancangan kami tuh?” balasku penasaran.
“Begini, Satria. Menurut saye, perihal rancangan korang tuh, merupakan rancangan peretas jalur perbankan. Jadi hal macam tuh, same saje kita sebagai [3]perompak, keh? [4]Tak elok jike korang nak gune rancangan tuh, sebagai bahan skripsi nanti. Lebih baik korang ubah rancangan tuh sesuai dengan keperluan sosial media saje. Mmm ... macam Facebook, tuh?”
“Memang, Cikgu. Rancangan tuh yang diminte Pak Agus, pun. Ada pun nantinye nak guna ape? Kami orang tak tahu, hal selanjutnye. Sebab beliau sangat membutuhkan rancangan tuh, gune keperluan politik negara sahaja. Lepas tuh, kami orang tak tahu. Sebab sekedar merancang sistem je, macam programernya,” jelasku.
“Tapi, saye dah buat satu rancangan lain dari My Bank ini untuk kegunaan sosial media, Cikgu. Namanya yaitu My Diary,” sambungku seraya memberitahu program kedua, yang difungsikan untuk kepentingan media sosial layaknya Facebook itu.
“Macam tuh. keh? Tapi ... jike rancangan korang sampai jatuh ke tangan yang salah, takutnye akan di salah gune oleh pihak yang tak bertanggung jawab, Satria. Jadi, korang mesti hati-hati dengan rancangan tuh, paham?” pinta Pak Ali, dengan perasaan yang menunjukkan kekhawatiran atas program yang aku dan Panji buat selama ini.
“Nah ...! Jike rancangan My Diary ni, saye setuju, Satria. Itu bisa kita fungsikan sebagai media sosial anak bangsa dan bernilai lebih positif gune negare, bukan macam rancangan My Bank, tuh.” Pak Ali begitu antusias dengan program keduaku, begitu kutunjukkan skema programnya ke hadapan beliau.
“Iya, Cikgu. Oleh sebab tuh, kami orang mesti segera pulang ke Indonesia, gune memberi laporan hal ni. Supaye rancangan My Bank tak diketahui oleh pihak yang tak bertanggung jawab, dalam hal dunia Cyber Crime. Sementare rancangan My Diary, nak saye gune untuk keperluan media sosial kreasi anak bangsa dengan fungsi silaturahmi antar pelajar dan pekerja.”
“Bagus tuh, saye setuju. Baiklah. Saye nak buat surat penerangan macam hal dua rancangan korang ni. Semoge sahaja, Pak Agus paham [5]pasal nih. Sebentar, saye nak buat dulu suratnye. Lepas tuh, saye sudah tak tahu pasal korang lagi, cem mana?” tanya Pak Ali masih sedikit khawatir.
“Saye takut terseret, dengan problem korang semua. Terkecuali rancangan bernama My Diary tuh, saye lebih setuju dan nak gune sebagai salah satu rancangan pribadi nanti. Dan Insya Allah jike memang sudah sempurna korang buat, nak saye sebar ke semua kawan sejawat saye mengenai rancangan My Diary, tuh,” sambung Pak Ali seraya mengetikkan sesuatu di laptop miliknya, kemudian mencetaknya.
Program My Bank yang aku dan Panji buat ini, memang merupakan program untuk meretas sistem nasabah perbankan. Sebab dalam dunia bawah atau sering disebut underground world, khususnya dunia jaringan internet. Di mana kecanggihan tekhnologi dimanfaatkan untuk kepentingan pasar gelap, pencucian uang, dan kasus korupsi dalam skala nasional maupun internasional yang merugikan negara sampai hitungan triliun.
Sedangkan program My Diary yang aku buat satu lagi, merupakan program tandingan Facebook dan My Bank yang dipadu untuk penggunanya sebagai sarana mendapatkan uang tambahan dari setiap informasi yang di posting. Sesuai dengan namanya My Diary atau catatanku. Setiap postingan yang bersifat informasi, akan dihubungkan dengan nomor rekening milik si pemosting.
Dengan sistem perpostingan dari program My Diary ini, aku hubungkan programnya dengan bank milikku di Malaysia. Sehingga pengguna program harus registrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan pin, yang nantinya bisa ditukar dengan nilai mata uang si pengguna setelah postingannya terpampang pada program.
Dalam menanggulangi berbagai kasus pencucian uang, atau pencurian dana nasabah perbankan, bahkan sering terjadinya kasus korupsi di berbagai negara berkembang ini. Munculnya dunia cyber internet yang dibagi menjadi beberapa sistem, di antaranya ada sistem cyber bangking yang menjadi tugasku dan Panji saat ini. Demi mencegah atau setidaknya mengurangi kasus korupsi, para oknum negara yang nakal. Seperti itulah gambaran yang pernah diceritakan oleh Pak Agus kepadaku juga Panji, sebelum kami meneruskan pembuatan program My Bank ini.
Sementara untuk program My Diary. Aku rancang sebagai penanggulangan penyalah-gunaan fasilitas sosial media, dari setiap postingan informasi atau sekedar status yang mengandung unsur sara dan perpecahan. Sehingga setiap penggunanya akan dirangsang mendapatkan tambahan uang, dari postingannya yang bersifat informasi. Seperti itulah sedikit gambaran program My Diary dan My Bank yang kubuat sebagai bahan pengalihan kasus penggelapan uang dana nasabah yang kian marak akhir-akhir ini.
“Kejahatan bisa muncul di mana saja, Satria. Ada peluang, fasilitas memadai, dan kesempatan berbuat curang bisa dilakukan siapa saja jika sudah berbicara tentang uang. Zaman sekarang, uang seakan menjadi Tuhan bagi sebagian orang yang imannya lemah. Sehingga dengan cara apa pun yang penting perut kenyang, tanpa berpikir resiko yang diakibatkan oleh sebuah kerakusan. Adanya tugas yang kuberikan ini, setidaknya bisa meminimalkan berbagai kejahatan dunia internet dan salah satunya cyber bangking.” Aku teringat dengan penjelasan Pak Agus tempo hari, sebelum berangkat ke Malaysia guna menyempurnakan program My Bank ini.
“Lantas, kenapa harus dengan cara meng-hecker sistem perbankan, Pak? Bukankah itu, termasuk salah satu kejahatan juga?” tanyaku saat itu, dengan penasaran.
“Sistem yang kamu kerjakan itu, salah satunya hanya diperuntukkan bagi beberapa nasabah yang kuberikan nama-namanya saja, Satria. Untuk kemudian mengambil kembali uang negara yang telah mereka korupsi, dengan menggunakan program kalian itu. Mereka adalah para koruptor negara yang sangat merugikan, dan program kalian nantinya khusus untuk keperluan negara saja. Sedangkan untuk bisa meretas sistem perbankan dunia, kamu harus bisa melewati sistem keamanan yang dipantau oleh jaringan komputerisasi pihak CIA di Amerika. Apa kamu sanggup untuk berbuat jahat, dan berhadapan dengan agen internasional?” Kembali penjelasan Pak Agus membuatku bergidik.
“Saya percaya dengan pribadimu, Satria. Ada pun jika sampai kamu berkhianat. Urusannya bukan dengan saya, tapi dengan pihak yang berwajib, dalam hal ini dunia Cyber Internasional dalam pantauan pihak CIA. Untuk itu ... jika programnya sudah selesai, segeralah melapor agar segera saya buat surat kuasa tentang keberadaanmu nanti. Itu pun kalau kamu tidak sampai menyalahgunakan programnya, demi kepentinganmu sendiri.”
Sedang melamunkan apa yang Pak Agus tugaskan sejak awal, Pak Ali berkata, “Ini surat kuase saye untuk korang serahkan ke Pak Agus nanti, Satria. Saye harap, korang bisa segera terbebas dengan tugas ni. Sebab jika terdeteksi oleh pihak Internasional, korang berdua akan masuk data pencarian perompak sistem dunia dalam pantauan CIA, paham?”
“Ouh iya. Untuk rancangan My Diary, korang bisa percayakan kepada saye sebagai pengesahnya. Biar nanti nak saye gune sebagai fasiliti sosial media baru,” lanjut Pak Ali sebelum membereskan laptop miliknya, setelah mengkopi program My Diary untuk dipelajarinya.
“Baik, Cikgu. Kami segera menyampaikan surat berikut program ini kepada Pak Agus, agar digunakan oleh beliau untuk kepentingan negara kami nanti. Terima kasih banyak atas bantuannya, Cikgu. Kami mohon pamit, untuk segera kembali ke Indonesia sekarang.”
Setelah mendapat surat kuasa dari Pak Ali, aku dan Panji segera berlalu meninggalkan beliau di ruang komputer, dan bergegas mengantarkan Panji ke bandara sementara aku masih ada urusan dengan Nouna di KLCC perihal wisudanya hari itu.
*****
[1] Berjaye: Berhasil.
[2] Rancangan: Program.
[3] Perompak: Perampok.
[4] Tak elok: Tidak baik.
[5] Pasal: Masalah.
NB:
Terima kasih untuk yang sudah sudi mampir di episode ini.
Bila berkenan, ditunggu ulasan, saran, masukan, juga kritikannya. Agar cerita ini lebih baik lagi.
Selamat membaca, dan sukses selalu. :)
@Ardhio_Prantoko Wih ... terima kasih, Mas Dhim. Alhamdulillah karya ini sudah terbit, tinggal nunggu lounching saja, nih. Hehehe
Comment on chapter Info Novel IMPIANKU