Betapa terkejutnya aku kalau Xukun sudah berdiri di depan apartemenku. Kalau Woojin tau bisa-bisa perang dunia ketiga,apalagi sekarang Woojin sudah menjadi cowok yang romantis,aku nggak mau Woojin kembali ke sifat awalnya.
“Hai Lu,bengong aja. Boleh gua masuk?”,tanyanya
“Ehhh,gimana kalau kita ngobrol di luar aja,kebetulan di bawah ada kafe,kita ke sana aja ya”,sahutku cepat sambil menutup pintu apartemenku. Semoga nanti aku tidak bertemu Woojin di lift.
“Ada apa Lu? Sepertinya loe nggak nyaman dengan kehadiran gua?”,tanya Xukun curiga di dalam lift
“Nggak kok,biasa aja”,sahutku
Akhirnya kami sampai juga di dalam lift. Dalam hati aku berdoa semoga tidak bertemu Woojin.
“Lu,gua mau ngomong sesuatu”
“Mau ngomong apa?”
“Lu,apakah mungkin kalau kita bersama lagi seperti dulu?”
“Maksudnya?”,tanyaku balik. Jujur pikiranku sekarang hanya tertuju kepada Woojin.
“Iya,gua mau loe jadi pacar gua lagi”
“Hmm,Xukun maaf sepertinya gua nggak bisa jadi pacar loe seperti dulu”
“Kenapa? Apa karena kehadiran cowok waktu itu? Tapi khan loe sama dia dipaksa tunangan,itu khan bukan keinginan loe”
“Iya,awalnya gua sangat benci dengan dia,apalagi dengan kelakuannya.Gua terpaksa bertunangan dengan dia,karena keluarga gua bangkrut dan keluarga gua ada hutang sama keluarga dia”
“Terus? Ya udah,loe batalin aja pertunangannya”
“Ngomong emang gampang,terus hutang keluarga gua siapa yang bayar?”
“Emang hutang keluarga loe besar banget?”
“Sangat besar,kalau nggak besar gua pun bisa melunasinya”
“Maafin gua nggak bisa bantu Lu”
“Nggak apa-apa,gua pun nggak mau ngerepotin orang lain juga”
“Terus,sekarang apa yang akan loe lakuin? Loe khan nggak cinta sama dia,masa sampai nikah loe mau bersama dengan dia?”
“Kalau itu sudah menjadi takdir gua,sebisa mungkin gua akan menerimanya. Gua akan berusaha mencintai dia”
“Sepasrah itu Lu? Kemana Lulu yang gua kenal pantang menyerah”
“Mau gimana lagi,bukan karena gua pasrah,tapi mau gimana lagi,kalau semua itu adalah takdir Tuhan. Gua harus balik ke apartemen,nggak apa-apa khan gua balik duluan”,sahutku. Jujur perasaanku sangat tidak nyaman. Aku merasa kalau Woojin sudah menunggu di apartemen,apalagi aku sampai ketinggalan membawa hp.
“Iya,tapi Lu gua tidak akan menyerah. Gua akan merebut loe lagi”
“Terserah,gua duluan ya”,jawabku. Aku tidak mau mempercayai kata-kata Xukun begitu saja,aku takut disakitin seperti dulu lagi
Sesampainya di apartemenku,ternyata tidak ada tanda-tanda Woojin di sana. Aku langsung masuk ke dalam dan betapa terkejutnya kalau ada 30 missed call disana. Sesuai dugaanku kalau semua itu dari Woojin. Langsung saja aku menelponnya kembali.
“Halo Lu.kemana aja sih loe”,ujar Woojin dengan nada kesal
“Maaf,maaf tadi gua lagi buang sampah ke bawah,handphone lupa kebawa. Loe sekarang dimana?”,ujarku berbohong
“Maaf Lu,gua nggak jadi ke apartemen loe,gua sekarang lagi di bandara”
“Hah? Bandara? Emang loe mau kemana? Kok nggak bilang-bilang”
“Iya,gua harus ke Jepang. Gua berangkat bentar lagi. Maaf ya gua kasih taunya mendadak,karena gua harus ketemu klien disana”
“Hati-hati,begitu di Jepang loe harus langsung nelpon gua”
“Iya iya,siap. Ya udah gua tutup telponnya”
Setelah menelpon Woojin,aku bergegas siap-siap ke butik. Apalagi aku harus melanjutkan pekerjaanku yang sedikit lagi masih menumpuk. Sesampainya di butik aku langsung sibuk dengan pekerjaanku.
“Pokoknya semuanya harus beres hari ini”,ujarku dalam hati
Ketika aku sedang sibuk dengan pekerjaanku,tiba-tiba handphoneku berbunyi. Dan itu ternyata dari Lala. Tumben Lala jam segini nelpon, ada apa ya.
“ Halo La”
“Lu,loe dimana?”
“Di kantorlah,emang kenapa?”
“Loe udah nonton berita belum?”,tanya Lala dengan nada panik
“Berita? Emang ada apa di berita?”
“Lu,Woojin hari ini terbang ke Jepang khan?”
“Iya,loe kok tau. Tadi Woojin nelpon gua pas di bandara”
“Loe nonton berita sekarang”
“Ada apa sih La”
“Loe harus kuat ya,gua lagi ke butik loe sekarang. Udah ya”
Saking penasarannya,aku menyetel televisi yang ada di ruanganku. Betapa kagetnya aku mendengar berita yang disampaikan pembawa berita. Sebuah pesawat dari Indonesia menuju Jepang hilang kontak. Seketika badanku lemas. Itu khan pesawat yang dinaikin Woojin. Apa yang terjadi dengan Woojin,apakah aku harus kehilangan Woojin.