Betapa bahagianya aku mendapat lukisan dari Aunty Sarah,dari awal melihat lukisan ini,aku sudah langsung jatuh hati dan ingin rasanya cepat-cepat bertemu dengan pelukisnya untuk berkenalan dan mengetahui makna dari lukisannya ini.
“Hoi,senang amat loe mandangin lukisan itu La,dari dikasih sama aunty loe tidak pernah lepas dari mandang lukisan itu”,ujar Lulu tiba-tiba yang sudah duduk di sampingku ikut memandang lukisan
“Iya,entah mengapa dari awal liat lukisan ini,gua langsung jatuh hati,lukisan ini seperti menggambarkan perasaan gua saat ini”
“Udah deh,jangan mulai lagi,gua bosan liat loe kayak gini terus,kita khan ke Yogya buat senang-senang,taunya loe tetep kayak gini aja,ayo ah kita keluar dan jalan-jalan”,ujar Lulu sambil menarik tanganku
“Mau kemana sih?!”,sahutku nada nada sedikit tinggi agak kesal
“Kemana kek,ke mal kek,yang penting loe punya nyawa dan bahagia lagi,percuma kita sudah jauh-jauh ke Yogya,loe nya masih kayak gini aja”
“Iya,iya,gua ganti baju dulu”,ujarku dengan malas-malasan. Jujur aku capek kalau berdebat dengan Lulu,tidak akan pernah menang yang ada dia akan merengek terus sampai aku menyetujuinya.
Kemudian kami pergi dengan menggunakan taksi online ke salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Yogyakarta.
“Lu,ingat ya,gua paling ogah diajak beli kain untuk butik loe”,ujarku di dalam taksi online
“Ihh,kok gitu sih,tapi hebat deh loe bisa baca pikiran gua,kalau emang gua ada rencana untuk beli beberapa bahan kain”
“Taulah,khan emang itu kebiasaan loe dan pasti nanti gua yang disuruh bawa-bawa plus kerepotan,ogah”,sahutku ngambek
“Nggak deh,gua janji,lagipula gua nggak akan beli banyak kain kok,hanya beberapa aja”
“No”
Ketika aku dan Lulu lagi berdebat soal masalah pembelian kain tiba-tiba handphone Lulu berbunyi tetapi dia tidak mengangkatnya
“Siapa?Kenapa nggak loe angkat?”,tanyaku curiga
“Woojin”,jawabnya dengan ketus
“Park Woojin?Adiknya Wonshik?”,tanyaku kaget
“Iya,emang ada nama Park Woojin lain yang loe kenal. Sumpah ya kenapa orang tua kita harus ada hutang sama orang tua mereka”,sahutnya dengan ketus
“Mau gimana lagi,perusahaan papa lagi bangkrut dan yang bersedia membantu adalah orang tua mereka”,sahutku sambil menarik napas
“Lagian loe sih La,dulu disuruh melanjutkan perusahaan papa nggak mau”,ujarnya sambil mendorongku
“Ya kali gua yang lanjutin perusahaan papa,harusnya Mas Farel bukan gua”,ujarku tanpa sadar menyebut kakak laki-laki kami yang entah kemana. Sebenarnya kami mempunyai kakak laki-laki tapi dia pergi dari rumah setelah berkelahi hebat dengan papa,karena papa tidak mengijinkan Mas Farel untuk melanjutkan kuliah ke jurusan seni tetapi malah menyuruhnya kuliah di jurusan manajemen
“Loe kangen nggak sama Mas Farel La?”
“Kangen banget,kemana ya kira-kira Mas Farel pergi? Apakah dia masih ingat sama kita?”,ujarku sambil meneteskan air mata
“Entahlah,tapi kalau dia ingat sama kita ketika kita sedang kesulitan begini Mas Farel harusnya datang”,sahut Lulu dengan nada agak kecewa
“Jangan begitu,gua rasa Mas Farel masih ingat sama kita cuma dia takut pulang karena papa”,sahutku
“Bisa jadi sih,apalagi saat itu papa marah besar dan mengancam akan mengeluarkan nama Mas Farel dari kartu keluarga,loe ingat itu khan La?Nah saat itu juga Mas Farel langsung angkat kaki dari rumah dengan hanya membawa baju-bajunya saja”,ujarku sedih kalau mengingat kembali kejadian tersebut. Mas Farel sama sekali tidak membawa mobil,semua kartu kredit dan atm pemberian papa pun dia tinggalkan. Aku masih ingat dengan jelas kalau uang Mas Farel saat itu di dompet tinggal beberapa lembar,bahkan Mas Farel menolak uang pemberianku. Kemanakah Mas Farel,aku berharap kakakku baik-baik saja.
Akhirnya kami sampai juga di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Yogyakarta. Perasaanku sih biasa saja,tetapi aku dapat melihat kalau Lulu sangat bahagia.
“Inget ya jangan ke toko kain”,ujarku
“Ihhhh,Lala,justru gua mau ke toko kain dulu”
“Nanti ah,gua lapar,kita makan dulu,nggak mau tau!”
“Iya,iya,loe mau makan apa?”,tanyanya
“Bebas,tapi gua mau ditraktir”
“Owkay,tapi habis makan loe anterin gua beli kain”,ujarnya dengan nada memohon
“Iya”
Lalu kami masuk ke salah satu rumah makan yang ada di pusat perbelanjaan ini yang tidak terlalu rame.
“Silahkan tuan putri mau makan apa?”,tanya Lulu padaku sambil menyodorkan buku menu
“Gua mah baik hati,gua pesan menu paket A”
“Serius?Cuma ini aja?”,tanyanya seakan tidak percaya
“Hahahahaha,kata siapa? Gua mau dessertnya juga,untuk dessert gua pilih ini”,ujarku sambil menunjuk dessert paling mahal di buku menu
“Aishh,gua kira itu aja,ternyata ada buntutnya juga”
“Hahahahaha,tentu saja harus ada buntutnya”,ujarku sambil tertawa keras
Kami tidak perlu menunggu lama,pesanan kami pun sudah datang.
“Hai,kalian berdua”,ujar seseorang menyapa kami dan betapa terkejutnya kalau orang yang dihadapan adalah Wonshik. Dia tidak sendiri melainkan bersama dengan Woojin.
“Wonshik!”
Catatan Penulis:Maaf ya,chapter ini sedikit soalnya author lagi banyak kerjaan di kator. Jangan lupa likesnya ya,terima kasih ^^