“Behind every mask, there is a face and behind that a story.”
-Masquarade Mask Quote-
Anna.
“Singapore Sling?” seseorang menawariku saat aku duduk sendiri di bar stool.
Aku hanya mengangguk sekilas lantas menoleh ke belakang. Pandanganku menerawang jauh di seberang sana, sekumpulan pria-pria yang tengah asyik mengobrol dan bercanda tawa. Sebenarnya mataku hanya tertuju pada seorang pria yang memakai kemeja merah dengan jas hitam membalutnya. Wajahnya tertutup sebagian oleh titanium grey masquarade mask yang dipakainya.
Malam ini adalah masquarade party yang diadakan seorang pengusaha di sebuah hotel bintang lima. Dan aku datang dengan Harrys, CEO perusahaan multinasional, yang sekarang tengah berbicara dengan rekan-rekan bisnisnya. Sebagai seorang sekretaris, aku hanya bisa terpojok sendirian ketika si bos sudah bertemu dengan rekan-rekan bisnisnya. Aku juga tidak terlalu mengenal mereka karena sebagian besar aku temui hanya sebatas saat mendampingi Harrys dalam rapat-rapat tertentu atau pesta seperti ini.
“Miss, this is your singapore sling.”
Suara pria mengagetkanku dan membuatku langsung berpaling dari pandanganku pada Harrys. Bartender yang tadi menawariku minum sudah berdiri di depanku dan satu tangannya meletakkan segelas singapore sling.
“Thanks.” Jawabku singkat sambil mencoba tersenyum pada bartender di depanku. Dari balik topeng masquarade warna hitam yang dipakainya, aku berusaha memperhatikan bartender yang masih berada di depanku dan menatapku. Bartender itu seolah sedang menungguku untuk meminum Singapore Sling yang ia sajikan.
Pria dengan gladiator mask itu masih menyunggingkan senyum di bibirnya. Ia terlalu menarik untuk menjadi seorang bartender menurutku.
“Tidak ingin segera mencicipinya? That’s special for the beautiful peacock here.” Lanjut pria itu saat melihatku tidak juga meraih gelas singapore sling yang sudah ada di depannya.
Sekali lagi, aku tersenyum padanya sebagai jawabanlalu tanganku meraih gelas di depanku dan mencicipinya.
“Taste good.” Jawabku singkat. Sebenarnya aku tidak terlalu bisa membedakan berbagai macam cocktail yang pernah ku rasakan. Selama ini, aku hanya sebagai pengikut Harrys saja kalau ada acara- acara pesta seperti ini.
“Nathan.” Pria itu mengulurkan tangannya tiba-tiba. Senyumnya semakin lebar saat tangannya menjabat tanganku.
“Anna.” Balasku seraya membalas senyuman pria itu. Aku sedikit heran dengan pria ini. Benarkah ia bartender yang bekerja di sini? Tetapi apakah seorang bartender akan mengajak berkenalan pelanggan yang datang? Pertanyaan itu hanya cukup aku simpan di dalam hati.
“Sendirian, Ann?” tanya Nathan masih dengan setia berdiri di depan ku.
“With my boss over there.”
Aku menunjuk pada Harrys yang masih berbincang dengan teman-temannya. Dan sepertinya semakin banyak yang bergabung. Sekarang bertambah dengan komunitas wanita-wanita kaya yang bergabung dengan mereka. Aku terpaku tidak percaya saat mataku menangkap sikap mesra yang Harrys tunjukkan pada seorang wanita dengan gaun warna putih serta topeng warna campuran putih dan emas. Dan tanpa aku sadari, Nathan mengetahui perubahan ekspresi wajahku.
“You look prettier than that girl.” Ucapnya yang membuatku berpaling dari tatapanku. Aku mencoba tersenyum mendengar ucapan Nathan, meskipun hatiku terusik dengan pemandangan tadi.
“Selama aku di sini tadi, cuma kamu yang menarik perhatian Anna. Seharusnya pria itu tidak sungkan membawamu kesana.” Lanjut Nathan yang membuat hatiku semakin berkecamuk.
“Aku hanyalah sekretaris Nate, apa pentingnya membawaku kesana?” jawabku sekenanya. Aku meraih gelas singapore sling dan menenggaknya langsung hingga habis. Setelah itu, aku memutuskan untuk pergi dari pesta yang membosankan ini.
-00-
Nathan.
Keisenganku untuk menjadi bartender di acara temanku, membuatku bertemu dengan seorang wanita cantik yang membuat hatiku bergetar lagi setelah sekian lama. Aku bisa melihat kecantikannya tanpa ia harus melepas peacock mask yang dipakainya. Gaun warna hitam dengan hiasan burung merak di sisi kirinya sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Rambutnya yang berwarna kecoklatan ditata ala french twist namun sedikit berantakan yang justru membuat ia terlihat semakin seksi.
Sebenarnya, aku sudah memperhatikannya sejak ia masuk ke dalam ruangan ini tadi. Wanita cantik dengan tinggi sekitar 167cm, kulitnya kuning sedikit putih yang terlihat di area pundak yang sengaja dibiarkan terbuka karena gaun yang ia kenakan hanya sebatas dada hingga lutut saja. Kakinya yang jenjang dibalut dengan strappy sandals yang tingginya sekitar 10cm. Dan dari jarak dekat seperti ini, aku bisa tahu seberapa cantik wanita bernama Anna ini.
Sayangnya, ketika Anna menunjuk seorang laki-laki di seberang sana dan menyebutnya sebagai bosnya, aku menyadari ada sesuatu yang berusaha ia sembunyikan. Ya, Anna sedang cemburu pada wanita-wanita di sekitar orang yang ia sebut bos itu.
“Thanks for singapore sling-nya Nate. Sepertinya, aku lebih baik pulang.” Ucap Anna lalu ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar.
Aku hanya bisa menatap punggung Anna yang semakin menghilang dalam kerumunan orang-orang. Hingga sesuatu kemudian menggerakkan tubuhku untuk berlari mengejarnya.
Sesampainya di lobi hotel, aku mengedarkan pandanganku untuk mencari sosok Anna. Rasanya sangat tidak tega membiarkan Anna harus pulang sendiri dengan taksi dalam balutan kostum seperti itu. Hingga, akhirnya mataku menemukan seseorang yang tengah berdiri di depan pintu hotel sedang menunggu taksi. Aku berlari ke arahnya.
Anna.
Aku seketika menoleh saat seseorang mencengkeram pundakku. Dan aku menemukan Harrys berdiri di belakangku.
“Kamu mau ke mana, Ann?” tanya Harrys pelan.
Matanya menyorot tajam padaku. Mungkin ia marah saat melihatku keluar begitu saja dari pesta.
“Aku mau pulang, Rys. Dan aku bisa pulang sendirian kok. Kamu tidak perlu mengantarku.” Jawabku tegas.
Hatiku sudah terlanjur terluka setelah melihat pemandangan tadi.
“Aku antar kamu pulang, Ann. Tidak mungkin kamu akan pulang dengan baju seperti itu dengan taksi.” Harrys menggandengku kembali memasuki lobi hotel dan berjalan menuju lift. Cengkeraman tangannya begitu kuat hingga membuatku meringis kesakitan. Aku tahu persis saat ini Harrys sedang marah padaku, karena secara tidak langsung aku telah memaksa Harrys untuk pulang di tengah-tengah pesta. Dan aku juga tahu betapa Harrys sangat menyukai pesta dimana ia bisa bertemu teman-teman bisnisnya.
Sebenarnya kejadian seperti tadi sudah sangat biasa bagiku. Di setiap pesta yang aku dan Harrys datangi berdua, aku selalu merasa ditinggalkan. Ia selalu asyik untuk berkerumun dengan rekan-rekan bisnisnya. Namun, ketika aku memilih menolak untuk menemaninya ke pesta, Harrys selalu memaksa hingga aku tidak bisa menolak lagi. Sesungguhnya, aku sudah bosan jika harus selalu diabaikan seperti itu, namun aku terlalu lemah untuk bisa menolak setiap permintaannya, termasuk malam ini.
Sepintas mataku menangkap sepasang mata yang tengah menatapku dari kejauhan. Aku mencoba tersenyum pada pria pemilik mata itu, yang kemudian juga membalas senyumku.
-00-