Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kompilasi Frustasi
MENU
About Us  

KRIK. KRIK. KRIK.

 

Masih merdu jangkrik bersenandung. Kendati waktu pertunjukannya nyaris lenyap terhisap semilir pagi. Krik. Krik. Krik. Tak lelah rasanya ia bernyanyi. Meski tak ada yang peduli. Bahkan Fajar, yang baru saja ia lihat semenit lalu, tak menggubris. Tak seperti malam-malam sebelumnya, kali ini Fajar hanya terdiam. Menyapa dalam bahasa mata yang tak teruraikan. Kemudian melaluinya begitu saja.

 

Namun, jika seandainya jangkrik itu dianugerahi bakat membaca pikiran, tentu ia takkan merasa aneh. Jika saja jangkrik itu mampu menerawang benak Fajar, mesti ia kan membuang prasangka buruknya. Menggantikannya dengan rasa prihatin. Karena sesungguhnya Fajar tak sedang baik keadaan batinnya. Fajar sedang dilanda gundah berlimang gamang.

 

Dua menit yang lalu, Fajar baru saja memutuskan untuk bangun. Bangkit dari singgasananya di buaian gunung. Begitu riangnya ia saat itu, sampai-sampai burung hantu, kelelawar, dan petualang-petualang kegelapan lain yang turut bernaung dalam istananya, tersenyum. Mengerti akan kesenangan hatinya. Dengan sigap parasnya menyapa dunia. Menyapu sawah ladang lembah yang dilewatinya. Hatinya melambung, memanjatkan bermiliar tahmid pada Sang Khalik. Tidak, Fajar tak berdusta soal kata “bermiliar” itu. Ia memang melakukannya. Karena Sang Khalik telah menjanjikan sesuatu untuknya. Suatu hadiah yang belum pernah diterimanya, bukan hanya satu, dua, tiga tahun, melainkan sejak ia tercipta dan diamanahi tugas krusial oleh-Nya!

 

Meskipun begitu, sesungguhnya Fajar tak paham betul akan janji Sang Khalik ini. Sempat ia berpikir, kebaikan macam apakah yang telah dilakukannya, sampai mendapat kemuliaan sedemikian besar? Ya, ia tahu. Sang Khalik memang begitu. Maha Mulia, Dimuliakan, dan Memuliakan makhluk yang menurutnya berhati mulia. Namun tetap saja ia bingung. Selama ini ia hanya melaksanakan titah-Nya. Sekedar menunaikan alasan kenapa dahulu ia diciptakan. Apa yang dilakukannya selama ini memang sudah tugasnya, bukan? Tapi entahlah, ia hanyalah seorang makhluk. Apapun rencana pencipta akan selalu jadi rahasia baginya.

 

Akhirnya Fajar memutuskan untuk tak lagi penasaran. Terus bertanya pada diri sendiri soal kehendak Sang Khalik. Dengan hati lega, tak lagi terbebani keingintahuan, ia lanjutkan perjalanan kilatnya. Namun Sang Khalik Maha Pengasih. Di tengah perjalanannya itu, Sang Khalik memberinya karunia lagi. Sang Khalik menyingkap setitik tabir-Nya. Menunjukkan jawaban atas tanya yang tadi bergaung di kalbunya. Singkat. Cepat. Bahkan tak terhitung bilangan mili detik. Sang Khalik sudah menutup titik maha kecil dari rahasia-Nya itu. Menariknya dari pandangan Fajar. Namun, dalam waktu yang begitu pendek itu, pengertian mampu merasukinya. Menyilaukan bak kilat. Menggentarkan bak guntur. Mengguncang bak petir.

 

Dalam sekejap saja, Fajar teringat akan perbuatan yang dilakukannya beberapa tahun terakhir. Perbuatan yang ia laksanakan tanpa titah Sang Khalik. Hanya dengan welas asih yang tertanam di kalbu. Seketika saja, rasa senang yang meliputi Fajar sejak dua menit tadi luruh. Mengabur. Bertransformasi menjadi cahaya samar, yang menggantung diatas tanah pesakitan.

 

“Tuhanku, jika memang itu rencana-Mu, sungguh, apapun hadiah yang Kau janjikan, tiada gunanya lagi terhadapku.”

 

Mengeluh. Andaikan kau adalah Fajar, mungkin kau akan mengeluh seperti itu. Mendapati kau diingatkan akan satu kebaikan yang tak pernah kau sadari. Satu kebajikan yang kau lakukan bukan karena perintah. Hanya karena kemurahan hati. Namun kemudian, setelah keikhlasan itu tumbuh menjadi kebahagiaan diri, seseorang berkata bahwa cukuplah sudah tanggunganmu atas kebaikan itu. Tibalah waktu kau harus melepaskannya. Pahala, hadiah, upah, tergenggam di tanganmu sebagai balasan. Namun, hatimu lara karena terpisah dari kecintaan. Batinmu sesak sebab kehilangan hal yang pernah lahir dari ketulusan.

 

Tapi tidak dengan Fajar. Sungguh, sedikitpun ia tak mengeluh. Meski dirundung sedih, ia tetap tafakur. Khusyuk mengucap dzikir walau perasaannya teriris hingga luka. Karena ia hanyalah seorang makhluk. Apapun rencana pencipta memang rahasia baginya. Namun Sang Khalik Maha Memaknai. Ia percaya, selalu ada hikmah yang tersirat di dalam rencana-Nya. Oleh karena itu, di hari perpisahan dengan “kebaikan-tanpa-perintah”-nya ini, ia bertekad akan memberikan pertunjukannya yang terbaik. Persembahan terindah yang dapat diberikannya.

 

Fajar melewati bukit perkampungan sunyi itu dalam diam. Melalui jangkrik yang mengerik dalam diam. Bertengger di teras sebuah rumah, terujung dari perkampungan itu, dalam diam. Menatap pintu kayu tua di hadapannya, juga dalam diam. Ia termenung. Terpekur dengan pandang tak beralih dari pintu itu. Oh, ingin sekali ia mengetuknya. Atau bahkan membukanya. Namun Sang Khalik hanya memberi izin untuk menyentuhnya. Hanya itu. Bahkan meski ini adalah hari terakhirnya bermain di depan pintu itu, Sang Khalik tak berkehendak mengubah kodratnya. Menyentuhnya saja sudah cukup.

 

Fajar pun pasrah. Ia memutuskan bergerak ke samping. Ke sebuah jendela yang juga berkusen renta. Tempat khususnya di rumah itu. Tempat dimana paling sering ia beradu. Diintipnya kaca berupa keruh itu. Dan kekecewaan pun menderanya. Kaca itu sama sekali tak memuaskan inginnya. Kaca itu tak menembuskan pandangannya ke dalam. Terhalang gorden kusam yang tergerai sempurna. Hingga menyentuh batas bawah kusen jendela.

 

“Tuhanku, limpahkanlah rahmat-Mu sekali lagi padaku. Berikanlah sedikit lagi keajaiban untukku. Sungguh, kesempatanku membahagiakannya tinggal sekejap.”

 

Memohon. Andaikan kau adalah Fajar, mungkin bukan itu yang akan kau lakukan. Mungkin kau akan merengek. Meledak marah. Mendapati tujuanmu tak kunjung terlaksana. Padahal waktumu nyaris tak bersisa. Tapi tidak dengan Fajar. Sungguh, sedikitpun ia tak merengek. Pun meledak marah. Karena ia hanyalah seorang makhluk. Apapun rencana Pencipta bukanlah kuasanya. Namun Sang Khalik Maha Mengetahui. Ia yakin, semua yang sudah, sedang, atau akan terjadi telah tertata dalam rencana-Nya. Termasuk soal dikabulkan atau tidak panjatan doanya.

 

Sang Khalik Maha Penyayang. Tak tega melihat Fajar, hamba setia-Nya, berkalang duka, Sang Khalik menggerakkan hati seorang anak laki-laki kecil, yatim piatu yang sedang meringkuk kedinginan di balik gorden, menyingkap kain kelam itu untuknya! Dan Fajar pun menahan napas. Memenuhi batinnya dengan ungkapan syukur pada pencipta. Sang Khalik mewujudkan pintanya di waktu yang tepat!

 

“Akan kutunjukkan sebuah keindahan untukmu, kekasih Sang Khalik. Keindahan yang belum pernah kau lihat selama kau mengagumiku, di malam-malam saat kau terjaga! Malam-malammu yang penuh cobaan dan siksa!”

 

Fajar berkata tanpa suara. Menangis tanpa suara. Namun ia tetap menegarkan dirinya. Dan memulai atraksi estetisnya yang luar biasa. Detik-detik terukur. Fajar masih terus berpendar. Cahaya hijaunya menari gemulai di tepi cakrawala. Mencipta kesima di mata sang yatim piatu. Sebuah senyum terukir pelan di wajah polosnya. Fajar tergugu. Berterima kasih pada Sang Khalik atas kesempatan yang diberikan untuknya. Bersyukur atas keberhasilan mengusaikan “kebaikan-tanpa-perintah” yang pernah dimulainya. Kini, yatim piatu yang bersandar di kusen jendela rapuhnya itu, yang hanya memiliki paman yang tak menyayanginya itu, dan yang didera setiap malam karena tak berhasil mendapatkan uang itu, sedang tersenyum. Memandanginya dengan kagum, tanpa tertepis sehelai pun penghalang.

 

“Tuhanku, terima kasih atas karunia-Mu. Atas kesempatan untukku menunaikan ini, tugas terakhirku untuk menghibur yatim piatu yang nestapa itu. Sungguh, apapun hadiah yang Kau janjikan, takkan sebanding dengan anugerah yang kau berikan ini.”

 

Fajar bersujud pada Sang Khalik. Melampiaskan suka tiada tara. Tugasnya pada sang yatim piatu tuntas sudah. Runtuh segala pedih yang memberati hatinya tiga menit terakhir. Kini, mampu ia relakan Sang Khalik menjalankan rencana-Nya. Rencana yang tadi tampak dari setitik tabir-Nya. Ia ikhlas, Sang Khalik mengirim salah satu utusan setianya, mendatangi sang yatim piatu.

 

Bersamaan dengan itu, jauh di bawah angkasa, sang yatim piatu masih tersenyum lebar.  Kendati diatas sana, Fajar mulai tampak bagai garis-garis samar. Ia bahagia. Meski hidupnya keras, tubuhnya berbalut luka dan lebam, Sang Khalik masih memberinya kesempatan untuk mengagumi Fajar. Mengagumi kilau indahnya setiap subuh terpecah. Bahkan saat subuh ini, saat tubuhnya lebih sakit dibanding subuh-subuh sebelumnya, sang yatim piatu masih bisa melihat Fajar, jauh lebih mempesona dari biasanya.

 

“Tuhanku, terima kasih atas rahmat-Mu. Kau buatku kagum dengan keindahan Fajar, dan menjadikannya sebagai pelipur lara untukku…”

 

Menggigil. Sang yatim piatu…mengakhiri ucapan syukurnya dengan menggigil. Giginya bergemeletuk. Semakin detik semakin keras. Kepergian Fajar disambung dengan rasa sakit yang datang melanda tubuhnya. Menutup mata…Sang yatim piatu menutup kedua mata. Mencari sisa-sisa keindahan Fajar dalam pelupuknya. Sedetik, dua detik, tiga detik, ia berhasil menemukan pendar hijau yang dicarinya. Perlahan, bayangan Fajar menari lagi dalam khayalnya. Membentuk kembali kekaguman dalam benak sang yatim piatu. Saat itulah, sebuah salam merdu menyapanya. Entah bagaimana menyelipkan pesan ke dalam pikirannya.

 

“Sebentar...lagi, aku akan…dihadiahkan…pada Fajar…Melihat…keindahannya…untuk selamanya…”

 

Terbata-bata, dengan nafas satu-dua, sang yatim piatu mengulang pengertian yang baru didapatnya. Kembali, bibir pucatnya bergetar melukis senyum. Senyum bahagia, damai, tenang…Dan saat jingga bersemburat darimana Fajar berasal, Sang Khalik telah mengabulkan janjinya pada Fajar. Juga janjinya pada sang yatim piatu…Bersatulah dua hamba berbeda dunia, yang sama ikhlas pada suruh dan kehendak-Nya…

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Woozi's Hoshi
8866      2056     7     
Fan Fiction
Ji Hoon dan Soonyoung selalu bersama sejak di bangku Sekolah Dasar, dan Ji Hoon tidak pernah menyangka bahwa suatu hari Soonyoung akan pergi meninggalkannya...
Perahu Jumpa
248      207     0     
Inspirational
Jevan hanya memiliki satu impian dalam hidupnya, yaitu membawa sang ayah kembali menghidupkan masa-masa bahagia dengan berlayar, memancing, dan berbahagia sambil menikmati angin laut yang menenangkan. Jevan bahkan tidak memikirkan apapun untuk hatinya sendiri karena baginya, ayahnya adalah yang penting. Sampai pada suatu hari, sebuah kabar dari kampung halaman mengacaukan segala upayanya. Kea...
Antara Depok dan Jatinangor
331      221     2     
Romance
"Kan waktu SMP aku pernah cerita kalau aku mau jadi PNS," katanya memulai. "Iya. Terus?" tanya Maria. Kevin menyodorkan iphone-nya ke arah Maria. "Nih baca," katanya. Kementrian Dalam Negeri Institut Pemerintahan Dalam Negeri Maria terperangah beberapa detik. Sejak kapan Kevin mendaftar ke IPDN? PrajaIPDN!Kevin × MahasiswiUI!Maria
Rumah Buat Tamu-Tamuku
595      339     3     
Short Story
\"Tenanglah darah-darah di dinding rahimku. Aku tahu kalian ingin keluar sebab tak ada sperma yang membuahi kalian. Kumohon, mengelupaslah dengan santun. Aku masih di jalan...\"
Broken Wings
1284      769     0     
Inspirational
Hidup dengan serba kecukupan dan juga kemewahan itu sudah biasa bagiku. Jelas saja, kedua orang tuaku termasuk pengusaha furniture ternama dieranya. Mereka juga memberiku kehidupan yang orang lain mungkin tidak mampu membayangkannya. Namun, kebahagiaan itu tidak hanya diukur dengan adanya kekayaan. Mereka berhasil jika harus memberiku kebahagian berupa kemewahan, namun tidak untuk kebahagiaan s...
ANSWER
704      432     6     
Short Story
Ketika rasa itu tak lagi ada....
April; Rasa yang Tumbuh Tanpa Berharap Berbalas
1486      628     0     
Romance
Artha baru saja pulih dari luka masa lalunya karena hati yang pecah berserakan tak beraturan setelah ia berpisah dengan orang yang paling ia sayangi. Perlu waktu satu tahun untuk pulih dan kembali baik-baik saja. Ia harus memungut serpihan hatinya yang pecah dan menjadikannya kembali utuh dan bersiap kembali untuk jatuh hati. Dalam masa pemulihan hatinya, ia bertemu dengan seorang perempuan ya...
the Overture Story of Peterpan and Tinkerbell
13980      9125     3     
Romance
Kalian tahu cerita peterpan kan? Kisah tentang seorang anak lelaki tampan yang tidak ingin tumbuh dewasa, lalu seorang peri bernama Tinkerbell membawanya kesebuah pulau,milik para peri, dimana mereka tidak tumbuh dewasa dan hanya hidup dengan kebahagiaan, juga berpetualang melawan seorang bajak laut bernama Hook, seperti yang kalian tahu sang peri Tinkerbell mencintai Peterpan, ia membagi setiap...
Ruas-Ruas Kisah
253      185     1     
True Story
Semua kisah yang terjadi dalam hidup memang tidak melulu tentang kesenangan, adakalanya yang duka juga menghampiri. Namun, yakinlah semua itu ada pelajaran yang dapat kita petik. Ruas-ruas kisah hanya berisi tentang perang batin dalam memahami arti ujian kehidupan yang hadir.
Dunia Tiga Musim
3445      1342     1     
Inspirational
Sebuah acara talkshow mempertemukan tiga manusia yang dulunya pernah bertetangga dan menjalin pertemanan tanpa rencana. Nda, seorang perempun seabstrak namanya, gadis ambivert yang berusaha mencari arti pencapaian hidup setelah mimpinya menjadi diplomat kandas. Bram, lelaki ekstrovert yang bersikeras bahwa pencapaian hidup bisa ia dapatkan dengan cara-cara mainstream: mengejar titel dan pre...