Queenie merasa kepalanya sudah mengepulkan asap dan hampir meledak karena pelajaran kimia. Bayangkan saja, pelajaran kimia yang diajarkan oleh gurunya benar-benar tidak ada yang dia mengerti. Sementara Sagara sedang sibuk membaca novel bergenre fiksi remaja yang sedang terkenal saat ini.
"Queenie, kanu tau gak bedanya es krim sama aku?" tanya Sagara, tatapan matanya terarah pada Queenie yang menoleh dan menatap Sagara dengan ekspresi datar.
Queenie mengernyit dengan wajah jijik. "Geli, ih, geli."
"Si tolol, tanya dong apa bedanya!" suruh Sagara kesal.
"Apa?" tanya Queenie.
"Kalo es krim meleleh karena panas, kalo aku meleleh karena kamu." Sagara mencolek dagu Queenie yang sontak membuat Queenie bergidik.
"Jijik, geli, najis!" sentak Queenie.
"Satu lagi, satu lagi," kata Sagara dengan tangan yang masih memegang novel yang dia baca.
"Profile picture kamu bagus deh, boleh aku simpen gak?" tanya Sagara.
"Boleh," jawab Queenie masih dengan raut wajah jijik.
"Bego, tanya dong buat apa!" maki Sagara.
"Najis, maksa," balas Queenie kesal. "Buat apa?" tanya Queenie malas.
"Buat aku kirim ke NASA, biar mereka tau ada yang lebih cantik dari bintang." Sagara mengedipkan sebelah matanya.
"Tau kok gue cantik, makasih," jawab Queenie tersenyum lebar.
"Dih, najis."
"Lo yang najis, gombalan menjijikan gitu pake acara dipraktekin segala," ketus Queenie.
"Jadi cewek jangan kasar-kasar, cewek tuh lebih cantik kalo gak ngomong kasar," ucap Sagara yang membuat Queenie mengernyitkan dahinya. "Atau jangan ngomong kasar sama gue bisa gak?"
"Ngaca dong! Sendirinya juga kasar," balas Queenie sembari menutup buku kimianya menyerah karena terus gagal paham.
"Lo cewek. Dikasih tau malah ngeyel." Sagara menoyor kepala Queenie.
"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?" tanya Queenie dengan nada menantang.
"Your boy friend," jawab Sagara dengan senyum manis.
"Terus Aurora lo kemanain?" tanya Queenie dengan ekspresi datar.
"Si tolol! Boy friend, pake spasi. Jangan kepedean, lagian kagak demen gue sama cewek yang omongannya kasar kayak lo," oceh Sagara panjang lebar.
"Dih, siapa juga yang mau jadi pacar lo! Kagak ada bagus-bagusnya."
"Ganteng gini."
"Jangan menjijikan gitu, sat." Queenie berkata dengan ekspresi datarnya.
"Ya ampun, Queenie. Sehari aja kaga ngomong kasar, bisa gak? Cewek tuh lebih cantik kalo gak ngomong kasar!"
"Gue sih udah cantik dari sananya," ucap Queenie percaya diri sambil mengibaskan rambutnya.
"Queenie dan Sagara! Kalian dari tadi saya jelasin malah ribut sendiri. Awas ya kalo ulangan kalian remedial, gak ada remedial untuk kalian!" tegur Bu Ina, guru kimia mereka.
"Kan, gara-gara lo sih!" oceh Queenie pada Sagara. "Kalo mau gak naik kelas jangan ngajak-ngajak gue dong," gerutu Queenie kesal.
"Tenang aja, nilainya kagak bakal merah." Sagara menjawab dengan tampang santai.
"Gue gak akan ngomong kasar sampe ulangan kimia, tapi kalo misalnya ulangannya merah, kata kasarnya bakal balik."
wow queenie galak dan mau bunuh diri, hmhh apa sebabnya ya?
Comment on chapter 02seru nih ceritanya.gayamu menceritakan juga asyik. tapi, sebagai pembaca, aku merasa tiap chapternya spti tanggung. padahal udah bagus dri atas. kurang klimaks aja. tapi mungin, kalau aku selesaiin bacanya, bakalan 'ngeh ni critanya.
mampir2 juga ya ke Three boys and a man punya ku, :D