Sagara sibuk memainkan pulpen yang dia pinjam dari Queenie. Dari tadi pagi Queenie sibuk protes untuk membatalkan taruhannya sampai sekarang sibuk mengganggu Sagara. Lalu pelajaran fisika di depannya sangat membosankan, terlebih lagi ini adalah pelajaran terakhir. Siapapun yang menyusun jadwal pelajarannya mungkin tidak pernah sekolah karena jam terakhir adalah jam malas.
"Ayolah, Gar. Kemaren gue marah-marah sama dia, mana mungkin dia gak dendam sama gue," protes Queenie sambil menarik-narik lengan seragam Sagara.
"Dih. Siapa suruh lo langsung setuju, bego."
"Lo gak bilang seleksinya sama dia," oceh Queenie.
"Ye, anjing. Lo juga main setuju aja," balas Sagara, matanya menatap lurus pada rumus-rumus fisika yang baru saja ditulis oleh gurunya di papan tulis, sementara tangannya sibuk memainkan pulpen dan tidak menghiraukan Queenie yang masih menarik-narik lengan seragamnya. "Kalo batal, lo harus ngerjain tugas gue selama sebulan."
Queenie berhenti menarik lengan seragam Sagara, matanya menatap Sagara kesal. "Dih, ogah," tolak Queenie cepat. "Ya udah gue ikut, tapi kalo gak masuk gue gak perlu ngerjain tugas lo kan?" tanya Queenie.
Sagara menoleh, pulpen yang dari tadi dia mainkan ditaruh di atas meja. "Ya udah, nggak."
"Gue harus belajar kagak tau malu nih," gumam Queenie sambil menutup buku fisikanya padahal pelajarannya baru akan berakhir lima belas menit lagi.
"Lah, tolol. Kapan lo tau malu sih?" tanya Sagara heran.
"Terserah."
"Lagunya Glenn Fredly?"
"Dih, gak jelas."
"Apa yang kurang jelas?" Sagara mengambil buku fisika Queenie dan mulai menggambar di salah satu halamannya.
"Lo. Lo gak jelas." Queenie memutar bola matanya malas.
"Jelas gini anjir. Ini gue di sini kaki gue masih napak di lantai, bukan setan yang gak jelas bentuknya," balas Sagara tapi masih fokus menggambar di buku Queenie.
"Lo ngapain sih? Jangan coret-coret buku gue lah," protes Queenie sambil mendekatkan kepalanya untuk melihat apa yang dilakukan Sagara.
"Punya mata kan?"
"Wih! Ternyata jago gambar," ujar Queenie terkagum-kagum. "Mata gue ya itu? Tau kok mata gue bagus. Makasih-makasih, udah banyak yang muji."
"Percaya diri amat. Mata kucing ini, lo kucing?" tanya Sagara santai sambil menyelesaikan gambarnya
"Udah gak usah malu-malu kalo mau muji gue," balas Queenie menyenggol lengan Sagara pelan.
"Gue gak malu-malu, lo malu-maluin!" ketus Sagara.
"Tolong ngaca ya." Queenie menjawab sambil membereskan barang-barangnya.
"Ada muka gue yang ganteng."
"Najis!" ujar Queenie ketus. "Sekarang siapa yang malu-maluin, sat?" tanya Queenie kesal.
"Cewek tuh gak boleh kasar-kasar, bego." Sagara menutup buku fisika Queenie dan menaruh pulpen diatasnya.
"Peduli amat."
wow queenie galak dan mau bunuh diri, hmhh apa sebabnya ya?
Comment on chapter 02seru nih ceritanya.gayamu menceritakan juga asyik. tapi, sebagai pembaca, aku merasa tiap chapternya spti tanggung. padahal udah bagus dri atas. kurang klimaks aja. tapi mungin, kalau aku selesaiin bacanya, bakalan 'ngeh ni critanya.
mampir2 juga ya ke Three boys and a man punya ku, :D