Read More >>"> Throwback Thursday - The Novel (22.) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Throwback Thursday - The Novel
MENU
About Us  

Awal bulan Juli yang panas – dimana liburan masih berlangsung – murid-murid SMA III yang sudah dinyatakan lulus sibuk mencari universitas yang diinginkan untuk melanjutkan perjuangan mereka mencapai cita-cita.

Katarina sedang berbaring di ranjangnya. Laptop di depannya membuka laman daftar universitas di Jakarta. Ia masih mencari-cari jurusan apa yang ingin di tekuninya dan di universitas mana. Ayah masih bersikukuh memasukkan Katarina ke jurusan Ekonomi, mengikuti jejak kakaknya, namun jurusan itu yang malah dihindarinya. Ia tidak mau lagi berkutat dengan angka yang bukan miliknya. Pekerjaannya nanti bukanlah urusan tiga tahun lulus, namun sesuatu yang akan dijalaninya seumur hidup.

Selain dipusingkan dengan masalah universitas, Katarina juga memikirkan Josh yang minggu-minggu terakhir ini seperti hilang kabar – tidak ada telepon darinya, bahkan berkunjung juga tidak lagi – padahal liburan panjang masih berlangsung. Katarina menarik nafas panjang dan membenamkan kepalanya dalam boneka besar kesayangan yang diberikan sahabatnya sebagai kado sweet seventeen tahun lalu. Huft! Ia merindukan Josh.

Pernah Katarina meneleponnya, namun Josh menolak teleponnya. Kemudian pesan singkatnya masuk, mengatakan dia sedang berada di tempat pembuatan visa. Apakah mungkin Josh sedang pelesir ke luar negeri bersama keluarganya dan tidak ingin Katarina tau? Mungkin Josh ingin memberikan kejutan pada Katarina dengan membawa oleh-oleh dari sana?

Katarina mencoba menghibur diri sendiri dengan memikirkan hal-hal baik untuk mengusir rasa galau yang menyelimutinya sekarang mengenai hubungannya dengan Josh. Kemudian dengan sabar, ia menunggu kabar dari Josh sambil browsing calon universitas yang akan ditandanginya esok lusa.

Telepon genggamnya berbunyi, dengan antusias Kataruna menjawab teleponnya, "Josh?"

"Aku ke sana ya, Kat."

"Gak usah Josh. Kita ketemuan di mall yuk, aku bosan di rumah terus."

"Mau kujemput?"

"Ya udah. Tapi tunggu aku 30 menit ya untuk berberes."

25 menit kemudian Josh sudah sampai di rumah Katarina. Buru-buru Katarina menuruni tangga rumahnya untuk menyeret Josh pergi, hatinya sudah bengkak menahan rindu. Ketika ia menjejakkan kakinya di lantai bawah, Katarina menemukan ayah sedang berbicara dengan Josh di ruang tamu mengenai Katarina yang masih belum menentukan jurusan apa yang diinginkannya. Ia memutar bola matanya tak percaya. Bokap aneh banget, untuk apa ya bokap ngadu sama Josh? Itu kan keputusan gue.

Tapi gak papa deh, untung bukan Bunda yang ketemu Josh, batinnya. Bunda kemarin menanyakan apakah hubungannya dengan Josh serius atau tidak, mengingat Josh terlahir di keluarga dengan status sosial jauh diatas mereka. Bunda meminta agar Katarina memutuskan hubungannya jika salah satu dari mereka tidak serius.

Katarina tidak menjawab pertanyaan Bundanya. Jika Bunda hanya bertanya padanya, maka ia akan menjawab ya, dia serius; namun ia tidak tau apakah Josh juga sama seriusnya menjalani hubungan ini. Josh bisa saja berpaling darinya dengan mudah dan menemukan barisan perempuan sudah menunggunya. Katarina tidak memungkiri bahwa pikiran itu terkadang membuatnya khawatir.

"Yah, aku pergi dulu ya. Ayo, Josh!" Katarina berjinjit mencium pipi Ayah dengan sayang, kemudian ia menarik tangan Josh dengan cepat, khawatir Ayah akan menghentikan dan menguliahinya di depan Josh.

Tidak seperti biasanya, Josh belum bicara sepatah katapun sejak mereka meninggalkan rumahnya. Lelaki itu diam sepanjang perjalanan, raut wajah tampak serius tanpa senyuman. "Josh cemberut terus, ada apa?"

"Nanti kuceritakan sampai di mall ya, Kat." Josh berkata-kata tanpa menatapnya. Katarina terdiam, perasaannya memberikan signal buruk.

Jalanan yang lengang mengantarkan mereka sampai di Mall cukup cepat. Setelah memarkirkan mobilnya dan mematikan mesin, Katarina menarik tangan Josh yang hendak keluar. "Josh, cerita. Disini, sekarang."

Josh menatapnya lekat, kemudian ia menarik nafas berat dan terdiam. Katarina menarik tangan Josh dan menggenggamnya sambil mencoba membuka pembicaraan, "Kemarin dua mingguan jalan-jalan kemana? Ada souvenir untuk aku, ya?" Katarina tersenyum manis.

Manik mata Josh masih menatapnya tanpa senyum. "Kat, aku ... aku gak bisa cerita. Ini, bacalah, kutuliskan semuanya disini." Josh memajukan tubuhnya dan meraih ke sisi dashboard di depan Katarina. Dikeluarkannya ... sebuah amplop? Bukan oleh-oleh seperti yang diharapkan Katarina.

Terheran-heran, Katarina menerima surat itu dan membuka amplopnya perlahan sambil matanya menatap Josh. Ia membacanya, kemudian membacanya lagi, dan sekali lagi. Matanya kemudian menatap Josh tidak percaya.

"Kat, aku minta maaf."

"Gak papa, Josh. Gak papa."

"Kat ... aku ...," Kata-kata Josh menggantung di udara. Katarina menatap lelaki di depannya, menunggu kata-kata selanjutnya. Namun tidak ada sepatah kata lainnya yang keluar.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Palette
3918      1575     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
Kare To Kanojo
5373      1480     1     
Romance
Moza tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah setelah menginjak Negara Matahari ini. Bertemu dengan banyak orang, membuatnya mulai mau berpikir lebih dewasa dan menerima keadaan. Perbedaan budaya dan bahasa menjadi tantangan tersendiri bagi Moza. Apalagi dia harus dihadapkan dengan perselisihan antara teman sebangsa, dan juga cinta yang tiba-tiba bersemayam di hatinya. DI tengah-tengah perjua...
It's Started in Osaka
83      74     0     
Romance
It is a story about a girl and a boy
Ibu
493      286     5     
Inspirational
Aku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli saja rasanya. yaa walaupun tidak menyakiti secara fisik, tapi tetap saja itu membuatku jengkel padanya. Dan perlahan mendatangkan kebencian dalam dirik...
Right Now I Love You
390      291     0     
Short Story
mulai sekarang belajarlah menyukaiku, aku akan membuatmu bahagia percayalah kepadaku.
Aku Biru dan Kamu Abu
573      326     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
KAU, SUAMI TERSAYANG
612      416     3     
Short Story
Kaulah malaikat tertampan dan sangat memerhatikanku. Aku takut suatu saat nanti tidak melihatku berjuang menjadi perempuan yang sangat sempurna didunia yaitu, melahirkan seorang anak dari dunia ini. Akankah kamu ada disampingku wahai suamiku?
HEARTBURN
349      254     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
Photobox
4310      1143     3     
Romance
"Bulan sama Langit itu emang bersama, tapi inget masih ada bintang yang selalu ada." Sebuah jaket berwarna biru laut ditemukan oleh Langit di perpustakaan saat dia hendak belajar, dengan terpaksa karena penjaga perpustakaan yang entah hilang ke mana dan Langit takut jaket itu malah hilang, akhirnya dia mempostingnya di media sosialnya menanyakan siapa pemilik jaket itu. Jaket itu milik Bul...
Koude
3045      1102     3     
Romance
Menjadi sahabat dekat dari seorang laki-laki dingin nan tampan seperti Dyvan, membuat Karlee dijauhi oleh teman-teman perempuan di sekolahnya. Tak hanya itu, ia bahkan seringkali mendapat hujatan karena sangat dekat dengan Dyvan, dan juga tinggal satu rumah dengan laki-laki itu. Hingga Clyrissa datang kepada mereka, dan menjadi teman perempuan satu-satunya yang Karlee punya. Tetapi kedatanga...