"Pulang hari kan?" Sylvia berusaha mengangkat ranselnya yang berat, kemudian menyerah. Ia lalu menyeret-nyeret ranselnya di atas pasir.
"Iya, takut amat diculik? Kalau mau culik lo mah udah dari dulu kali." Hendra menghampiri Sylvia, menatapnya lekat dan tersenyum. Katarina mengintip dari samping tubuh Hendra, rona semu tampak di pipi Sylvia, ia terkikik sendiri.
"Bukan gitu, Hen, gue mesti belajar untuk Ujian Saringan Masuk Kedokteran Atma Jaya. USMnya lusa." Sylvia membuntuti Hendra yang dengan mudah mengangkat dan membopong ranselnya.
"Apa rasanya ya punya pacar dokter?" Goda Hadi. Hendra menengok pada Hadi dan menggeram, ia melemparkan semua ransel di tangannya, kemudian kedua lelaki itu berkejaran menjauh.
Katarina mendekati Cyanne dan berbisik, "Dia bilang gue ba'al, Cyan, tapi dia sendiri keknya lebih ba'al dari gue. Anehnya gak ada yang complain sama dia."
"Iya lah ... mau cari mati?" Katarina dan Cyanne cekikikan.
"Eh, ngomongin gue ya?" Syl menghardik mereka. Katarina tidak dapat menahan tawanya, dirangkulnya bahu Sylvia, bersama mereka berjalan mendekati sebuah bale-bale yang telah disewa Josh.
Para gadis tidak membuang waktu dan segera menumpahkan isi tas mereka. Berbagai ramuan kecantikan dalam botol berwarna-warni berserakan dengan bunyi berdenting di atas dasar kayu. Tanpa membuang waktu, Sylvia membalurkan lotion anti-UV ke wajah dan kulitnya yang terpapar sinar matahari, bergantian dengan Cyanne dan Katarina.
"Idih ... senyum-senyum sendiri. Kesambet lo ya, Josh?" Ledek Sylvia ketika dilihatnya Josh sesekali menyeringai dari sudut bale-bale.
"Lo orang lucu. Memang begini ya pakainya?" Josh menyeret duduknya mendekati Katarina dan menunjuk pada wajahnya. "Muka kamu putihnya gak rata, Kat. Sini kubantu."
Tanpa diminta, tangan Josh langsung bekerja di atas wajah Katarina, meratakan bagian yang terlalu putih. Hmm ... enak banget ya, batinnya. Kemudian matanya melirik kepada Sylvia dan Cyanne yang sedang menelan ludah, kemungkinan merasa iri dan berharap seseorang juga melakukan itu pada mereka, ia menyeringai geli.
"Ngapain senyum-senyum? Jangan bikin aku gemes." Josh membelakakkan matanya dengan galak yang malah membuat Katarina tertawa.
Pagi itu dihabiskan untuk bermain air, bermain pasir, bercanda, berkejaran dan tertawa hingga perut terasa sakit.
Ketika matahari mulai naik jauh ke atas pohon kelapa, dimana di bawahnya – dalam bale-bale beratap jerami – Katarina dan sahabatnya sedang bersantai sambil menikmati es kelapa muda setelah menyantap makan siang yang dibawa dari rumah Josh.
"Lo daftar kemana, Kat?"
"Belom tau nih, Di. Bokap mau gue masuk ekonomi, tapi gue gak mau. Kalau lo Cyan?"
"Gue udah daftar ke Binus jurusan Sistem Informatika."
"Sama dong kita, Cyan! USM nanti mau gue jemput gak, biar barengan?" Cyanne langsung mengiyakan ajakan Hendra untuk menjemputnya. "Kalau lo kemana, Di?"
"Kalau gue si Marketing Communication, tapi belum tau mau di universitas mana."
"Lo? MarCom? Pantes si, Di, lo kan bawel." Hendra nyeletuk dari seberang Hadi.
"Sial. Bawelan lo kali, Hen. Kalau lo kemana Josh?" Tanyanya pada Josh yang duduk di sebelahnya.
"Gue udah diterima di UI, teknik kimia." Semua mata terkesima. "Jalur PMDK."
"Beruntung banget lo Kat, ditaksir Josh yang udah baik, ganteng, pinter, tajir melintir pula." Hendra mengatakannya dengan gamblang, membuat semuanya tertawa.
Katarina tidak tau harus menjawab apa pada candaan Hendra, hatinya sedang berbunga-bunga. Menurutnya Josh ya Josh, tanpa embel-embel lain yang melekat padanya. Tangan Josh melingkar di bahunya, meremasnya lembut. Katarina menoleh pada Josh, namun tidak menemukan rasa bahagia yang sama dalam manik mata hitamnya, seakan ada pikiran yang mengganggunya.
Sore itu menjadi pemandangan yang indah dan patut disyukuri. Angin sepoi-sepoi berhembus semilir menandai datangnya senja dimana semburat warna orange teraduk tidak rata dengan birunya langit.
Dari yatch yang membawa mereka kembali ke Jakarta, mereka sama-sama melihat matahari yang turun ke garis bumi dan tenggelam ke kedalaman laut. Dalam diam, mereka sadar bahwa hari ini adalah hari terakhir kebersamaan mereka, karena memasuki dunia perkuliahan dan dunia kerja akan sangat jauh berbeda dengan masa sekolah.