Read More >>"> Annyeong Jimin (Bonus Part (6)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Annyeong Jimin
MENU
About Us  

Sebelumnya author mau ngucapin terima kasih untuk pembaca karena udah nyampe 1k yeayyy.....Gomawo โ˜บ

๏ฟผ


...

Karena kesalahpahaman itu Jungkook selalu menyalahkan dirinya sendiri. Ia mencoba sibuk dengan pekerjaan dan bermain dengan putranya dirumah. Jungkook bahkan enggan untuk makan. Ia kehilangan selera makannya.

"Appa...kemana Eomma telbang?"

Jungkook mengacak puncak kepala putranya. Pria itu terpaksa mengukir senyum dan menunjukan semuanya baik-baik saja.

"Hmm...entahlah? Sepertinya...ke  Amerika atau mungkin ke Meksiko?"

Jimin membentuk mulutnya bulat-bulat. Bocah kecil itu kemudian berlari mengambil mainan pesawat terbangnya yang berada jauh dari nya karena ia lempar.

Jungkook bersyukur, setidaknya Jimin tidak perlu memikirkan keberadaan Ra In yang entah ada dimana. Ponsel Ra In tidak bisa dihubungi. Jungkook juga telah memberitahu kepada orangtua dan mertuanya. Tapi, Ra In tidak ada disana.

Tiba-tiba bunyi dering ponselnya menyadarkan lamunan Jungkook. Ia segera menggeser tombol hijau dan menempelkan ponselnya ditelinga sebelah kanan.

"Kenapa, Mon?"

"Soal Ra In. Dia belum bisa dihubungi?Min Rae juga belum mendapat balasan apapun darinya"

Jungkook menghela napas. Mengusap wajahnya gusar. Wajahnya yang sudah sejak satu minggu ditinggal Ra In menjadi semakin pucat saja. Pria itu bahkan lupa kapan terakhir kali berkaca diri.

"Jungkook"

"Iya sudah. Gomawo Rapmon-ah"
Setelah itu baru Jungkook mematikan sambungan ponselnya. Ia berdiri dan hendak menghampiri Jimin yang sedang berada dipinggiran tangga. Namun, tiba-tiba kepalanya pening. Rasanya sangat berat sampai-sampai Jungkook harus berpegangan pada sofa.

"Appa...Jimin lapal" Jimin berlarian menghampiri Ayahnya setelah sembarangan melempar mainannya.

Jungkook yang baru saja tersadar dan merasa sudah lebih baik menghadap putranya. "Kita makan diluar atau ke rumah halmeoni?"

"Hmm...padahal Jimin mau makan di sini. Mian Appa Jimin lupa tidak ada eomma. Kita makan dilumah halmeoni saja"

Direngkuhnya kedalam gendongan tubuh mungil Jimin oleh Jungkook.Ia meninggalkan rumah yang sudah berantakan itu.

Begitu akan memasuki mobil. Tentu saja setelah mendudukkan Jimin dimobil.Jungkook melihat Minhyun menghampirinya.

"Maafkan Myeon Ji. Tolong...."

Jika saja Jungkook sedang dalam mood yang bagus, ia pasti akan langsung memalingkan wajah. Jungkook memang suka sensi pada Minhyun. Tapi percayalah itu semua hanya karena Jungkook merasa Minhyun tidak harus peduli pada Ra In.

"Bukan salahnya. Sudah ya.."

"Tunggu---hmm" Minhyun berdeham dan semakin mendekati Jungkook karena pria itu baru saja akan kabur.
"Ra In...belum pulang?"

Minhyun tahu pasti perasaan Jungkook. Tanpa ekspresi pun, Minhyun tahu berapa besar luka yang tengah diembannya. Mata Jungkook kosong. Meskipun tersenyum tapi,itu semua palsu.

"Ada Jimin.Sudah ya. Bye..."
Jungkook memasuki mobil dan membunyikan klakson saat meninggalkan Minhyun yang masih berdiri. Bahkan terlihat Jimin melambaikan tangan padanya. Minhyun jelas-jelas dapat membaca bagaimana Jungkook menolak membicarakan Ra In dengannya.

Begitu kembali kerumahnya, Minhyun segera mencari Myeon Ji. Namun, gadis itu tidak terlihat dimanapun. Minhyun meraih ponselnya dan mencoba menghubungi nomor Myeon Ji.

"Kemana dia?" gumam Minhyun sembari menuruni tangga setelah menyambar asal kunci mobilnya.

...

"Appa mau makan siang apa hari ini?"

"Hmm..." lelaki yang sebagian rambutnya telah beruban itu terlihat seolah tengah berfikir.
"Apa aja deh. Semua masakanmu pasti enak"

"Baiklah...Appa duduk saja, nanti aku siapkan"

"Ra In..."

"Ne?"

Pria tua itu menggeleng saat Ra In menoleh. Tadinya ia berniat menanyakan soal keluarganya, tapi sepertinya bukan sekarang. Ra In kembali beranjak ke dapur.

Perempuan itu sibuk mengiris ini dan itu, dengan cekatan dan bahkan ia sampai tidak berhati-hati. Ra In menjatuhkan pisaunya karena mengiris jari telunjuknya.

"Aw..." Ra In meringis seraya menghampiri wastafel dan membersihkan darahnya. Selama melakukan hal itu, entah kenapa Ra In seperti merasa cemas. Ia seperti sedang gelisah.

"Ada apa denganku?" kata Ra In mengudara. Tidak ingin berlama-lama memikirkan hal aneh, perempuan itu segera melanjutkan memasaknya yang tertunda.

Tuan Park masih menciumi harum masakan Ra In. Perutnya sudah meronta ingin diisi.

"Masakanmu selalu enak. Padahal kau baru satu minggu disini, tapi Appa sudah sangat terbiasa dengan masakanmu" puji Tuan Park.

"Hei...tanganmu luka?"

Ra In segera menyembunyikan jarinya. Ia lantas segera menggeleng.
"Tidak, Appa. Ini hanya teriris sedikit. Aku..." satu tetes air mata jatuh mengenai pipi Ra In.

"Kau kenapa?"

Ra In menggeleng karena tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Tiba-tiba ia merasa bahagia atau tiba-tiba jadi mellow. Tangannya sibuk mengepal karena gugup.

"Ra In-ah..." lirih Tuan Park.

"Tidak apa-apa ko Appa. Mungkin orang hamil memang sensitif"

Tuan Park meletakkan sumpitnya dan beralih mendekati Ra In. wanita itu tengah mengelus perutnya. Perut yang bahkan masih rata.

"Kau pasti merindukan Jungkook. Kau menghawatirkan Suamimu dan anakmu" kata Tuan Park sembari menepuk pelan kepala Ra In.

"Untuk apa aku merindukan Jungkook yang bahkan tidak pernah mencariku, Appa. Kalau Jimin...iya aku merasa cemas pada putraku"

"Jungkook tidak mungkin berfikiran kau ada disini"

Ra In mendongak dan menatap wajah Tuan Park. Wajah yang sama yang telah menenangkan nya.

Ra In berjalan sembari mengusap kasar kedua pipinya yang basah dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya sibuk menarik  koper.

Dia tidak tahu akan pergi kemana. Jika ia pulang kerumah orangtua nya, Jungkook pasti akan menemukannya dan bahkan kedua orangtuanya menyuruhnya pulang. Ra In menggelengkan kepalanya dan lanjut berjalan.

Tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam berhenti dihadapannya. Setelah kaca pintu mobilnya terbuka dan Ra In melihat wajah orang yang ia kenal, tanpa berbicara Ra In segera masuk kedalam.

"Ra---"

"Appa...bawa aku bersamamu. Kumohon..."

Karena Ra In hanya menangis dan memalingkan wajah. Mau tidak mau Tuan Park menuruti permintaan wanita yang sudah ia anggap sebagai putrinya itu.

Tuan Park membantu Ra In berdiri dari kursinya.
"Istirahat saja ya"

"Aku mau menemani Appa menghabiskan makanannya" elak Ra In. Tuan Park menyunggingkan senyum tipisnya. Benar-benar mirip Jimin.

"Nanti Appa habiskan. Kau istirahat saja"

"Baiklah. Tapi, Appa harus habiskan. Ne??"

"Tentu saja"

Ra In beranjak meninggalkan meja makan dan menaiki lantai dua tempat kamar Jimin berada.
Di rumah sebesar itu memang hanya ada dua kamar. Pertama kamar Tuan Park dan satu lagi kamar Jimin. Ra In merasa sangat tenang berada disana. Ia seperti merasakan kehadiran Jimin.

Setelah menutup pintu kamarnya,Ra In tidak langsung tidur. Ia membuka album foto keluarga Park. Disana banyak foto Jimin kecil dengan berjuta tingkahnya. Benar-benar mirip Jimin nya. Ra In jadi merindukan putra kecilnya.

Satu lagi air mata mengguyur pipinya. Seakan tidak ingin menyakiti kandungannya, Ra In menutup album foto tersebut dan kembali meletakkannya ke tempat semula. Setelah itu barulah ia membaringkan diri di ranjang.

Ra In fokus menatap langit-langit kamar Jimin. Sungguh pemandangan yang sangat indah. Jimin memasang kan sticker 'glow in the dark' disana. Menurut cerita Tuan Park, Jimin suka melihat cahaya bintang.

Ra In mengelus perutnya.
"Eomma minta maaf ya? Eomma suka menyusahkan mu"

"Eomma akan tidur supaya kau tenang, anakku"

Ra In mulai memejamkan matanya. Baru saja beberapa detik tiba-tiba ia melihat bayangan Jungkook tengah tertidur dirumah sakit. Ra In sontak kembali membuka matanya.

"Kookki..."

...

Jungkook terlihat tidak fokus sekali. Saat Suga dan Amel datang membawa makanan dihadapannya ia malah sibuk melamun. Bahkan Rapmon dan J-Hope yang sejak tadi bergurau saling mengejek karena belum segera menikah saja Jungkook tidak tertarik ikut bergabung. Biasanya Jungkook akan langsung memanas-manasi mereka. Jungkook akan langsung menyambar makanan yang dibawa Suga dan melempari Taehyung dengan makanan itu. Tapi, saat ini Jungkook hanya diam. Membatu dan tak bergeming.

Suga menyenggol lengan J-Hope dan dibalas gelengan kepala. Mereka tengah berkumpul dirumah Orangtua Jungkook. Mereka sering diminta oleh orangtua Jungkook untuk menemani menghibur Jungkook. Tapi, tetap saja suasananya malah canggung begini.

"Ada banyak oleh-oleh aku bawa loh" kata Suga mengawali perbincangan sambil sesekali menatap Jungkook yang masih diam ditempat.

"Mana? Aku aja belom dikasih ini" protes Taehyung. Dia diam-diam langsung beringsut menjauhi Suga. Takut kena tampol.

"Buat yang udah ngasih tiket aja. Iya nggak, Kook!"

Meskipun sudah menaikkan volumenya, Jungkook tetap tidak berkomentar. Mereka juga jadi pada diam saja. Berbeda dengan para perempuan yang tengah berkumpul dan sibuk membicarakan ini itu bersama ibu Jungkook.

Minsu, Amel dan Min Rae mengajak Jimin bermain dengan mereka. Supaya Jimin tidak memikirkan Ibunya. Meskipun semuanya sepakat jika Jimin tidak boleh tahu kalau ibunya kabur dari rumah.

"Kook mau kemana?" tanya ibunya yang mengetahui putranya hendak meninggalkan tempat. Semuanya jadi fokus menatap Jungkook.

"Ada urusan dikantor, Eomma" ujar Jungkook seraya menunjukkan ponselnya.

"Appa..." Jimin berlari memeluk kaki jenjang Ayahnya. Wajah anak itu terlihat murung.
"Jangan pelgi..."

Jungkook menggendong putranya demi menenangkannya.
"Jimin...Appa harus ke kantor. Nanti Appa pulang lagi ko. Appa cuma sebentar"

"Tapi...Jimin takut Appa pelgi. Jimin--"

"Jimin ayo main lagi sama Tante Min Rae" Min Rae hendak mengambil Jimin, namun anak itu malah mengeratkan pelukannya ke leher Jungkook.

"Jimin...Appa harus pergi. Hanya sebentar nanti Appa pulang lagi. Pekerjaan Appa ada di kantor. Appa harus menandatangani sesuatu. Hmm...gimana kalau pulangnya nanti Appa belikan Jimin sesuatu?" bujuk Jungkook.

Jimin mulai melepas tangannya. Anak itu menatap wajah Jungkook yang tengah tersenyum.
"Jimin mau...mainan pesawat yang walna hitam. Jimin punyanya yang walna putih. Appa janji?" Jimin mengangkat jari kelingkingnya kearah Jungkook.

"Janji" Jungkook menggamit kelingking putranya.

...

Minhyun menepikan mobilnya dan segera memasuki kantor Ayahnya. Ia melihat Myeon Ji juga hadir disana. Wajah keduanya terlihat datar.

"Kenapa kau kemari?" tanya Tuan Hwang.

"Abeoji--"
Belum sempat selesai dengan kalimatnya, Minhyun melihat Myeon Ji berdiri dari duduknya dan hendak pergi.

"Aku pamit, paman" kata Myeon Ji.Saat melewati Minhyun, mereka sempat berpandangan. Minhyun mendapati ekspresi ceria Myeon Ji hilang setelah kejadian itu.

"Ada apa?" tanya Tuan Hwang kembali.

"Aku sebenarnya mencari Myeon Ji. Aku akan menyusulnya--"

"Minhyun"

Minhyun kembali ke tempat semula dan menatap Ayahnya.
"Iya Abeoji"

"Myeon Ji sudah membatalkan perjodohannya. Kau bisa memilih calonmu sendiri. Dia akan kembali ke Jepang setelah urusannya dengan selingkuhan nya selesai"

"Selingkuhan?" kening Minhyun sontak berkerut. Selingkuhan yang dimaksud Myeon Ji pastilah Jungkook. Jadi sekarang gadis itu sudah menyerah?

"Aku pergi dulu, Abeoji" Minhyun berlari keluar ruangan Ayahnya. Ia mencari Myeon Ji melalui ekor matanya. Gadis itu berada jauh didepannya. Minhyun terburu-buru mengejar Myeon Ji sampai tidak melihat jalan. Hingga tanpa sadar malah menabrak seorang petugas kebersihan.

Brak!

Myeon Ji yang mendengar suara itu berbalik dan membulatkan mata kala mendapati Minhyun pingsan dengan beberapa alat kebersihan yang mengenai tubuhnya.

"Oppa!" teriak Myeon Ji. Gadis itu meninggalkan kopernya dan menghampiri Minhyun. Mengikuti beberapa orang yang tengah membawa Minhyun.

"Kau mau kemana?" Myeon Ji tertarik kebelakang dan menabrak dada bidang seseorang yang suaranya begitu ia hapal. Saat mendongak ia membelalakkan mata melihat Minhyunlah yang menarik tangannya.

"O-O-Oppa...!" pekik Myeon Ji.

"Wae?"

Myeon Ji menatap kepergian orang-orang yang tadi membawa orang yang ia kira Minhyun tengah keluar dari pintu.

"Kalau yang pingsan itu bukan kau lalu siapa?"

Minhyun memang menabrak petugas kebersihan. Tapi ia tidak kenapa-kenapa. Orang-orang berhamburan mendekat karena ada seorang lelaki yang pingsan.

Rambut pink? Myeon Ji melihat sekilas rambut orang pingsan itu berwarna pink. Entah kenapa gadis itu terasa mengingat sesuatu.

"Dia Jungkook!"

...

Ra In mengucek matanya saat cahaya mentari pagi menyoroti wajahnya. Ia menggeliat diatas ranjang dan kembali memeluk gulingnya.

Begitu matanya terbuka, Ra In melihat senyum Jimin.
"Hai...Ra In. Lama tidak bertemu"

Ra In tercengang sembari mengerjapkan mata berulang kali. Ia kira dengan begitu Jimin akan menghilang. Tapi, nyatanya Jimin tertidur disampingnya.

"Ji...Jimin-ah.."

Jimin tersenyum lebar sekali. Tangannya meraih tangan Ra In dan mengelusnya. Dapat Ra In rasakan tangan Jimin yang begitu dingin menyentuh kulitnya. Apa dia adalah arwah Jimin?

"Tidak rindu pada Jungkook?"

Ra In hanya diam saja tidak ingin menjawab.

"Ya sudah tidak apa-apa. Kau disini saja"

Jimin menarik Ra In kedalam dekapannya hingga bisa tiduran di dada Jimin. Ra In memejamkan mata dan merasa begitu nyaman. Namun, saat ia kembali membuka matanya, Ra In tidak lagi menemukan Jimin. Hanya ada guling yang ia peluk.

Ternyata semua hanya halusinasinya. Tapi terasa begitu nyata. Apa Jimin sedang menemuinya? meski hanya sebentar saja.

"Apa kau tidak merindukan Jungkook?"

Jungkook? Ra In meraih telunjuknya yang kemarin terluka. Perasaan aneh itu,apakah semua ada hubungannya dengan Jungkook. Berarti genap delapan hari Ra In kabur dari rumah.

...

"Kapan Appa bangun, Halmeoni?"

"Sabar Jimin sayang. Appa kan kecapekan. Mungkin Appa sedang tidur"

Jimin mengguncang lengan Jungkook yang terpasang selang infus berharap Ayahnya akan segera sadar. Tapi, Jungkook tidak bergerak sedikitpun.

Ibu Ra In mendekat dan menggendong Jimin.
"Kita beli ice cream buat Appa juga ya, Jimin. Katanya Appa mau bangun kalau ada ice cream"

Ibu Jungkook tersenyum kearah besannya. Ia melihat Jimin mau diajak keluar bersama Ibu Ra In.

"Kookki...kapan kau bangun?"
Perempuan tua itu mengusap kening putranya.

"Apa karena kau begitu merindukan Ra In?"

Tanpa sadar Nyonya Jeon menangis. Ia menggenggam tangan putranya dan menciuminya. Tidak menyangka hidup Jungkook begitu berat.

"Kookki...sadar, nak"

Ceklek!
Suara pintu terbuka membuat Nyonya Jeon buru-buru menghapus air matanya.

"Minhyun ya? Dan---" Nyonya Jeon menatap perempuan disebelah Minhyun yang tengah menunduk saja.

"Dia calon istri ku, Bibi. Namanya Myeon Ji" ujar Minhyun. Sontak gadis itu melirik Minhyun disebelahnya meminta penjelasan.

"Wah...kapan menikah?"

Baru saja Myeon Ji akan buka suara namun Minhyun kembali menyela. Bahkan dengan kalimat yang sukses membuat Myeon Ji mematung.

"Besok"

Minhyun menarik telapak tangan Myeon Ji dan membawanya menghampiri Jungkook.

"Kenapa Jungkook belum sadar juga, Bi?" tanya Minhyun.

"Entahlah. Dokter bilang Kookki kelelahan. Dia kurang tidur dan jarang makan. Hanya itu, tapi kenapa dia belum bangun juga"

"Dia mungkin sedang tidur, Bi. Jangan khawatir" kini Myeon Ji membuka suaranya.

Jungkook tidak mau bangun mungkin karena merindukan Ra In. Myeon Ji berusaha melepas pergelangan tangannya. Tapi, Minhyun malah semakin mengeratkan. Lewat sorotan matanya Minhyun seolah berkata 'Diam saja'. Padahal gadis itu sudah akan pergi dan mencari Ra In.

Setelah menengok Jungkook, begitu sampai diluar Myeon Ji segera menepis pergelangan tangannya. Ia menatap tajam Minhyun seolah menuntut penjelasan.

"Apa-apaan itu Oppa? Jangan memberi harapan padaku. Aku sudah memutuskan perjodohannya. Kau bebas memilih yang lebih baik, Oppa"

Minhyun sibuk saja memperhatikan kemarahan Myeon Ji. Ia seperti merindukan ocehan gadis itu.

"Aku ini seorang perempuan jahat yang sudah membuat sebuah keluarga hancur. Aku tidak tau diri dan begitu kurang ajar. Aku--" Myeon Ji akhirnya berhenti berceloteh karena Minhyun malah tersenyum.

"Wae?" tanya Myeon Ji heran.

"Sudah bicaranya?" Ujar Minhyun balik bertanya.

"Aku akan menikahimu besok"

Betapa terkejutnya Myeon Ji mendengar kalimat itu. Ia hampir saja akan melompat dari seoul ke jakarta. Minhyun yang berhati batu dan terpuruk dengan cinta Ra In baru saja melamar nya?

"Dan kau bukan orang jahat, Myeon Ji"

Minhyun menarik lengan Myeon Ji dan merengkuhnya. Gadis itu pun balas memeluk punggung Minhyun. Jadi, seperti ini ya rasanya memeluk dan dipeluk orang yang kita cintai. Baik Minhyun maupun Myeon Ji baru saja merasakannya.

"Kita akan membuat mereka kembali bersatu"
 

TBC

Gimana sama Jungkook dan Ra In???๐Ÿ˜

Tunggu di part selanjutnya....

Jangan lupa Vote dan Komen yaa
๐Ÿ˜€

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (6)
  • indriyani

    @yurriansan Iyaa ya, haha๐Ÿ˜. Soalnya aku mikirnya kata-kata yg itu kayanya sering deh didenger, wkwkw. But, thanks masukannya. ๐Ÿ˜Š

    Comment on chapter Dia-ku
  • yurriansan

    aku ada masukan nih, untuk istilah asing baiknya dikasih footnote. untuk orang yang udah lama gk ke korea (drama, maksudnya) gk tau artinya. so far bagus. kental korea,

    Comment on chapter Dia-ku
  • indriyani

    @aisalsa09 Okee oke.. Makasih ya sarannya ๐Ÿ˜˜

    Comment on chapter Lukisan Dia
  • indriyani

    @ShiYiCha makasih yaw hehe

    Comment on chapter Lukisan Dia
  • aisalsa09

    Aku sukanya Jung Soek dong, wkwk
    Btw untuk bagian deskripsi, yang cerita tentang, C nya kapital aja gimana? Hwaiting eonni :))

    Comment on chapter Dia-ku
  • ShiYiCha

    Korea-nya kental sekaleh. Good FF

    Comment on chapter Lukisan Dia
Similar Tags
Let it go on
1082      763     1     
Short Story
Everything has changed. Relakan saja semuanya~
Dear Diary
453      278     1     
Fantasy
Dear book, Aku harap semoga Kamu bisa menjadi teman baikku.
Taarufku Berujung sakinah
5679      1565     1     
Romance
keikhlasan Aida untuk menerima perjodohan dengan laki-laki pilihan kedua orang tuanya membuat hidupnya berubah, kebahagiaan yang ia rasakan terus dan terus bertambah. hingga semua berubah ketika ia kembai dipertemukan dengan sahabat lamanya. bagaimanakah kisah perjuangan cinta Aida menuju sakinah dimata Allah, akankah ia kembali dengan sahabatnya atau bertahan degan laki-laki yang kini menjadi im...
Putaran Waktu
572      388     6     
Horror
Saga adalah ketua panitia "MAKRAB", sedangkan Uniq merupakan mahasiswa baru di Universitas Ganesha. Saat jam menunjuk angka 23.59 malam, secara tiba-tiba keduanya melintasi ruang dan waktu ke tahun 2023. Peristiwa ini terjadi saat mereka mengadakan acara makrab di sebuah penginapan. Tempat itu bernama "Rumah Putih" yang ternyata sebuah rumah untuk anak-anak "spesial". Keanehan terjadi saat Saga b...
A - Z
2490      847     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
Maroon Ribbon
450      314     1     
Short Story
Ribbon. Not as beautiful as it looks. The ribbon were tied so tight by scars and tears till it can\'t breathe. It walking towards the street to never ending circle.
Warna Rasa
10510      1839     0     
Romance
Novel remaja
THE WAY FOR MY LOVE
412      317     2     
Romance
Dibawah Langit Senja
1316      786     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
Percikan Semangat
840      445     1     
Short Story
Kisah cinta tak perlu dramatis. Tapi mau bagaimana lagi ini drama yang terjadi dalam masa remajaku. Cinta yang mengajarkan aku tentang kebaikan. Terima kasih karena dia yang selalu memberikan percikan semangat untuk merubahku menjadi lebih baik :)