Suga keluar dari kelasnya bersama Taehyung dan Jin. Mereka berjalan menuju parkiran melewati koridor-koridor kelas.
Ditengah Jalan, Jin melambaikan tangan pada Suga dan Taehyung karena harus berpisah lebih dulu. Sesampainya didepan parkiran, Suga dan Taehyung melihat Jungkook tengah berbincang dengan Ra In.
"Pacaran mulu tuh orang" ujar Taehyung mendekati motornya.
Suga hanya menggeleng-geleng saja menanggapi kalimat Taehyung. Baru saja mereka membicarakan Jungkook. Tiba-tiba dia menghampiri mereka sendirian.
"V ikut pulang ya? aku gak jadi jalan sama Ra In. Dia mau main ke Min Rae. Aku bosen di rumah nggak ada siapa-siapa juga" pekik Jungkook. Ia masuk kedalam mobilnya dan mengabaikan jawaban Taehyung.
"Cuss...Kook. Party dong kita bareng Baekhyun Hyung" ucap Taehyung sambil menyalakan mesin motornya.
Jungkook melirik Suga yang tengah berdiri saja didepan motornya tanpa pergerakan.
"Suga!" bentak Jungkook. Suga menoleh dan mengangkat dagunya.
"Ikut kita nggak?"
"Nggak bisa deh, pacarku liburan kesini. Baru aja sampe, dia di rumah sakit" jelas Suga murung. Pantesan dia lebih banyak diam sejak tadi.
Taehyung menepuk pundak Suga.
"Amel? Ya sudah kalau begitu. Duluan ya?"
"Hmm"
Taehyung dan Jungkook berlalu masing-masing dengan kendaraannya. Suga memakai helm nya dan menyalakan mesin motornya.
Ia melaju begitu cepat hingga sampai di rumah sakit hanya beberapa menit saja. Jangan tanya Suga tidak takut jalanan, hanya saja tidak ada yang bisa menghalanginya. Amel sedang sakit dan dia harus ada disana.
Suga menaiki lift dan menekan tombol empat. Begitu sampai Suga segera berlari dan menghampiri ruang rawat Amel.
"Suga~~"
Hap!
Tanpa mengucapkan apa-apa dahulu Suga langsung mendekap tubuh mungil kekasihnya. Kekhawatirannya membuncah sampai ubun-ubun. Suga tidak pernah merasa serapuh ini. Hubungan jarak jauh selalu membuatnya khawatir pada Amel. Ditambah saat mendengar bahwa gadisnya sampai di korea tapi kecelakaan dijalan.
"Suga aku baik-baik aja"
Suga melepas pelukannya dan menangkup wajah Amel.
"Harusnya kamu minta aku untuk jemput kamu. Aku seneng banget waktu kamu bilang mau liburan kesini. Tapi tau betapa aku ketakutan saat mendapat pesan dari Daddy kalau kamu kecelakaan? Oh ya Tuhan, Amel"
Gadis bernama lengkap Amel Kim itu tersenyum kikuk dimarahi Suga. Meskipun cinta mereka berawal dari perjodohan, Amel dan Suga dapat membuktikan bahwa cinta pada pandangan pertama juga bisa terjadi pada keduanya.
"Mian, Suga. Kau pasti khawatir" Amel menunduk mengalihkan pandangannya pada Suga.
Namun, demi menenangkan Amel, Suga memeluk kembali gadis itu dan membantunya berbaring. Suga duduk disamping ranjang gadisnya dan meraih telapak tangan Amel.
"Kamu datang sendirian dari Indonesia?"
Amel mengangguk,
"Ne. Grandma nelpon kalau dia sedang sakit. Berhubung sekolahku disana sedang libur. Aku minta liburan ke korea sekaligus nemenin grandma dan bisa ketemu sama kamu"
Ini yang selalu Suga rindukan dari Amel. Seorang gadis yang ceria dan begitu lugu.
"Ya sudah kamu istirahat"
Amel Kim mengangguk dan memejamkan matanya begitu Suga mengelus kepalanya.
Beberapa menit setelahnya, Suga keluar dari kamar rawat Amel. Ia ingin membeli sesuatu di kantin rumah sakit. Begitu sampai didepan kantin, Suga melihat seseorang yang begitu ia kenali tengah berjalan keluar rumah sakit. Awalnya Suga tidak peduli. Tapi, begitu melihat wajah Ra In yang disamping J-Hope menangis, rasa penasaran Suga memuncak. Tanpa pikir panjang ia masuk kedalam lift dan turun kelantai dasar.
Beruntung Suga bisa mengejar mobil J-Hope. Mereka berhenti di sungai Han. Berdiri dengan tangan yang mengait besi pembatas. Satu hal yang membuat Suga tidak mendekati mereka adalah alasan kenapa Ra In menangis.
Ia berfikir kalau J-Hope telah melakukan apa-apa pada kekasih Jungkook. J-Hope berbuat tidak senonoh. J-Hope yang mengkhianati sahabatnya. Begitulah pikiran-pikiran negatif mendarat di otak Suga.
Namja itu berdiri tidak jauh dari J-Hope dan Ra In. Ia sama sekali tidak mendengar jelas percakapan keduanya. Hanya isakan Ra In yang sesekali tertangkap oleh gendang telinganya.
Kemudian J-Hope menuntun gadis itu duduk dibangku, Suga semakin menajamkan pendengaran nya karena mereka lumayan dekat. Dari sana Suga dapat dengan jelas mendengar percakapan Ra In dan J-Hope.
"Apa aku jahat, J-Hope?" tanya Ra In setelah tangisan nya selesai.
"Tidak! Sama sekali. Aku mengerti kalau kau menerima Jungkook demi kebahagiaannya"
J-Hope bilang begitu? Oh God! Apa Ra In terpaksa menerima cinta Jungkook. Dan sebenarnya gadis itu mencintai J-Hope.
Apa ini, kemarin Rapmon sekarang J-Hope?
Suga mengerutkan keningnya.
"Sebenarnya, aku pernah mengatakan pada Jimin soal perasaanku. Dia bilang aku harus menerima Jungkook"
Jimin? Selama ini semua salah paham ini, Nyatanya adalah seseorang yang dicintai Ra In yaitu Jimin. Bukan Rapmon dan J-Hope. Lalu kenapa Jimin menyerah dan merelakan gadis itu untuk Jungkook. Apa sahabat nya yang dingin itu tidak mencintai Ra In?
"Benarkah? mungkin saja Jimin takut kau terpukul mendengar penyakitnya"
Deg!
Suga menegang ditempatnya. Kalimat J-Hope satu persatu meresap di otak nya. Jadi selama ini, Jimin sakit?
Tapi, sakit apa hingga Ra In begitu bersedih. Tiba-tiba sekelebat bayangan tentang Jimin menyadarkan Suga.
Jimin yang waktu itu pernah mimisan. Jimin yang pernah botak. Dan menghilang dengan alasan mengunjungi keluarganya diluar negeri. Itu semua bohong.
Jimin sekarat dan J-Hope merahasiakan kebenaran itu.
Suga mengepalkan tangannya. Emosinya memuncak. Seketika kekuatan berkumpul pada kepalan tangan Suga.
Setelah beberapa lama Ra In meninggalkan J-Hope sendirian. Baguslah! Suga bisa melancarkan emosinya. Inilah Suga jika sedang marah. Karena Suga paling benci dibohongi.
Bugh.
...
Jimin membawa tubuh Ra In menepi ke daratan. Lihat! Bahkan pakaian pasien Jimin ikut basah dan kotor. Jimin menepuk-nepuk pipi Ra In dan meneriaki namanya. Gadis itu masih tidak bergeming.
"Ra In sadarlah. Ra In-ah"
Jimin menekan hidung Ra In dan mulutnya membekap mulut gadis itu. Ia mencoba memberikan nafas buatan.
"Ra In-ah sadarlah kumohon. Buka matamu"
"Nam Ra In"
Cup.
Jimin kembali menempelkan mulutnya dan memberi nafas buatan. Kini tangannya beralih menekan dada Ra In.
"Uhuk...uhuk..." gadis itu menggeliat dan matanya terbuka sedikit.
"Ra In-ah ayo bangun" pinta Jimin.
"Ji...Jimin" mata Ra In kembali tertutup seusai menyebut nama Jimin.
Sewaktu Jimin akan menggendong Ra In tiba-tiba saja sebuah suara menginterupsinya. Ternyata Suga dan J-Hope menyusul keduanya di tepian sungai Han.
"Jimin!" seru Suga dan J-Hope bersamaan. Suga menyentuh bahu kiri Jimin. Sedangkan
J-Hope meraih bahu kanan Jimin. Keduanya sama-sama memandangi wajah pucat Jimin.
"Bagaimana bisa kau ada disini?bukankah kau dirumah sakit?" tanya J-Hope.
"Jimin-ah kau baik-baik saja kan? kau kan sakit kenapa nekat lompat ke sungai? juga, kau kan tidak bisa berenang?" aku Suga.
Kening Jimin berkerut. Kenapa kedua temannya itu malah menghawatirkan Jimin, bukankah Ra In jauh lebih butuh pertolongan?
"Ayo Jimin" Suga mengangkat Jimin dan memapahnya bersama J-Hope.
"Yakh! Bawa Ra In. Kalian yang membuatnya tenggelam. Cepat bawa dia" pekik Jimin.
J-Hope dan Suga sontak menepuk jidat mereka masing-masing. Ini pasti karena kepanikan mengenai keadaan Jimin. Akhirnya Suga yang menggendong Ra In dan J-Hope yang memapah Jimin.
"Akh---" Jimin menahan erangannya kala rasa sakit menelusup. Ia mengatur nafasnya dan berjalan sekuat tenaga. Ia tidak boleh mengkhawatirkan para sahabatnya.
Apa ini karena Jimin memaksa melepas selang infusnya dan berlari mengejar bis demi bisa sampai di sungai Han menyusul Suga. Jimin melihat J-Hope didepan pintu rawatnya, tapi temannya itu tidak kunjung masuk. Begitu ayahnya keluar, Jimin meninggalkan ranjangnya dan menghampiri jendela. Dari sana Jimin melihat Ra In menangis berjalan bersama
J-Hope. Dan yang menambah rasa cemasnya adalah seorang Suga yang juga mengikuti mereka. Jimin khawatir dan memaksa pergi tanpa sepengetahuan siapapun.
Mungkin Ayahnya khawatir. Mungkin para Dokter mencari.
...
Kedua orangtua Ra In begitu terlihat panik. Mereka segera menemukan kamar rawat putrinya begitu sampai di rumah sakit. Baru keluar dari rumah sakit, Ra In malah kembali lagi ke rumah sakit.
"Tenggelam di sungai Han? Demi Tuhan! Ra In-ah..." suara ibu Ra In membuat Suga dan J-Hope yang duduk di kursi tunggu diluar kamar Ra In menjadi semakin merasa bersalah. Walau bagaimana pun juga semua adalah kesalahan mereka. Berkelahi dan meleset kan pukulan kearah gadis itu.
Suga dan J-Hope masih saling adu perang dingin. Tidak ada yang ingin memulai percakapan. J-Hope yang terlanjur sakit hati karena Suga memukulnya duluan, sedangkan Suga merasa dibohongi.
Hingga tiba-tiba saja sebuah tangan yang dingin menyentuh bahu kedua manusia itu. Suga dan J-Hope sama-sama mendongak menatap Jimin. Betapapun saat ini wajah Jimin begitu pucat. Bibirnya kering bak tidak menyentuh air untuk waktu yang lama. Matanya begitu sayu menyiratkan kelelahan.
Dengan mendorong besi penyangga selang infusnya--karena keadaan Jimin lemah setelah operasi dan diketahui malah berenang, ia di infus kembali--Jimin berdiri dihadapan kedua sahabatnya yang tengah puasa mengobrol.
"Yakh! Sampai kapan tidak berbaikan?" tantang Jimin. Ia pun berdecak melihat kelakuan keduanya. Sungguh kekanak-kanakan.
"Tidak ada yang bicara?" dilihatnya wajah J-Hope dan Suga bergantian. Kemudian Jimin berjongkok disana. Ditengah-tengah Suga dan J-Hope.
"Mian,Suga. Aku yang minta J-Hope untuk tidak memberitahukan penyakit ku pada yang lain" perlahan Suga mulai mendongakkan kepalanya menatap Jimin.
"J-Hope. Mian, aku merahasiakan soal Ra In. Kalian masih marah-marahan?marah saja padaku. Kalian berdua tidak salah."
J-Hope dan suga saling tatap kemudian tersenyum bersama. Syukurlah, akhirnya mereka kembali. Jimin bahagia melihatnya. Ia bisa kembali tersenyum.
"Jimin. Mulai sekarang tolong jangan memendam masalah sendirian. Kami ini sahabatmu, saudaramu. Ingat itu!" ancam Suga.
"Oh, iya. Kau kenapa bisa ada disini Suga?" tanya Jimin. Baru sadar bahwa Suga mendatangi rumah sakit sebelum menemukan J-Hope dan Ra In.
"Amel liburan ke Korea. Tapi saat dijalan ia diserempet. Sekarang dia ada disini. Dirawat dilantai empat"
"Jinjja? Apa dia baik-baik saja?" ada nada panik dikalimat Jimin.
"Tidak apa-apa, Amel besok juga boleh pulang. Sementara ini aku bisa disini menemani Amel sekaligus menemanimu Jimin"
J-Hope mengusap air matanya. Mendengar kalimat perhatian Suga membuat J-Hope terharu. Suga yang kasar saja bisa bersikap semanis itu ketika mengetahui penyakit Jimin. Bagaimana jika yang lain tahu juga, Jimin pasti tidak akan merasa kesepian.
J-Hope mengalungkan lengannya pada bahu Jimin dan Suga.
"Kajja ke kamar Jimin, main PS kita..."
...
Memandang wajah Ra In yang sedang tertidur pulas membuat hati Jungkook begitu tenang. Jauh didalam lubuk hati Jungkook ada sebuah perasaan bersalah. Harusnya Jungkook memaksa Ra In agar pulang bersamanya. Bukannya membiarkannya pergi sendiri menemui J-Hope dan Suga yang bertengkar. Demi Tuhan, Jungkook masih tidak habis pikir apa alasan kedua temannya itu bisa saling adu jotos begitu. Sampai-sampai Ra In terhempas.
Tangan Jungkook terangkat menyampirkan rambut Ra In yang menghalangi keningnya. Deru nafas gadis itu terdengar indah ditelinga Jungkook.
"Ra In-ah, Mian. Harusnya aku melindungimu"
Tiba-tiba Jungkook merasa bahwa gadis itu terusik. Mata Ra In terbuka dan menatap Jungkook pertama kali.
"Kookki--"
"Sebentar aku panggil Dokter" Jungkook beranjak dari tempatnya dan keluar menemui dokter. Kedua orang tua Ra In yang ada diluar juga segera masuk saat mendengar bahwa anaknya sudah sadar.
Jungkook membiarkan Ra In diperiksa, sedangkan dirinya duduk diluar, di kursi tunggu.
Sendirian saja, tanpa ingin ditemani. Entahlah, Jungkook sedang merasa sedih melihat Ra In rapuh begitu. Ia menyalahkan dirinya yang tidak bisa melindungi gadis itu.
Drrt...drrt...
Jungkook meraih ponselnya dan mendapat pesan dari Taehyung. Jungkook langsung pergi ke rumah sakit setelah mendapat telfon dari orang tuanya dan meninggalkan Taehyung tanpa pamit.
From : Taehyung
Dimana?
Jungkook mengetik kan pesan balasan. Ia juga tidak ingin membuat Taehyung khawatir.
To : Taehyung
Rumah sakit, Ra In sakit.
Send.
Tangan Jungkook mengelap wajahnya. Ia melirik arlojinya sebentar. Sudah pukul delapan malam, Jungkook bahkan masih memakai seragam sekolahnya.
"Kook--"
Jungkook menoleh dan mendapati Suga duduk disampingnya. J-Hope sudah pamit pulang lebih dulu. Karena menunggu kekasihnya, Suga akan menginap di rumah sakit.
"Maafkan aku ya. Aku sangat berterima kasih Jimin ada disana dan nyebur gitu aja demi nyelamatin Ra In. Ini semua salahku, andai saja aku tidak bertengkar dengan J-Ho---"
"Sebenarnya apa yang membuat kalian bertengkar?"
Suga terdiam sedangkan Jungkook meneliti wajah sahabatnya penuh tanya. Masalah apa yang membuat kedua sahabatnya bisa saling melukai.
"J-Hope berbicara yang tidak-tidak soal Amel"
Suga berbohong.
...
Jungkook duduk dibangku nya dalam keadaan kelas yang masih sepi. Ia sengaja berangkat sangat pagi untuk menenangkan dirinya. Entahlah, Jungkook hanya sedang ingin hari ini cepat ia lalui. Pulang ke rumah dan mengunjungi Ra In.
Ia menenggelamkan kepalanya diantara lipatan lengan. Jungkook begitu rapuh karena tidak bisa menyelamatkan Ra In. Menyesal adalah salah satu perasaan yang selalu dia tepis.
Jungkook ingat bagaimana Suga mengatakan kalau Jimin lah yang menyelamatkan Ra In. Tapi Jungkook sama sekali tidak mengetahui kenapa bukan J-Hope yang menyelamatkan Ra In. Atau kenapa bukan Suga yang salah melayangkan tinjunya.
"Yaelah nih bocah masih pagi udah nongkrong disini. Lagi mikirin apaan sih?"
Jungkook menghela tubuhnya dan menatap Rapmon. Apa dia sudah lama bergelut dengan pikirannya sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Rapmon.
"Ck. Nggak tau situasi banget sih"
"Tugas yang kemarin gimana?"
Oh, iya Jungkook lupa. Kemarin niat ngerjain sebelum pulang malah buku Rapmon dibuang. Mau minta tolong sama Baekhyun, Taehyung malah ngadain barbeque. Salah banget si Jungkook pagi-pagi udah di sekolah tapi tugas dilupain.
"Wajah boleh kece. Otak juga dong. Kaya aku dong nih, biar gini-gini juga tugas kelar semua" bangga Rapmon.
"Ya udah sini liat. Aku mau nyalin"
Rapmon mendengus saja sedangkan tangannya membuka tas dan menyerahkan buku tugasnya ke Jungkook.
Masih ada beberapa menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Jungkook asik menyalin tugas Rapmon.
"Kata Suga si Ra In masuk rumah sakit lagi?" tanya Rapmon.
"Hmm"
"Kok bisa?"
Jungkook berhenti sejenak kemudian membalik halaman bukunya.
"Ya bisalah. Dia tenggelam di sungai Han"
Mata Rapmon melebar.
"Tenggelam di sungai Han? Oh God! Itu kan dalem banget"
"Hmm. Untung aja ada Jimin"
"Jimin kan nggak bisa renang. Hebat banget ya refleknya langsung nyebur gitu aja"
Jungkook menghentikan kegiatan menulisnya dan tatapannya kosong.
Kalau Jimin tidak bisa berenang. Kenapa dia langsung masuk kedalam air tanpa pikir panjang?
"Jimin ..." Jungkook menepis pikiran anehnya dan kembali menyalin tugas.
TBC
@yurriansan Iyaa ya, haha๐. Soalnya aku mikirnya kata-kata yg itu kayanya sering deh didenger, wkwkw. But, thanks masukannya. ๐
Comment on chapter Dia-ku