"Kau punya lima menit. Hanya lima menit!" teriak seseorang di luar kamar.
Sementara yang di dalam sedang tergesa-gesa menyiapkan diri. Bagaimana dirinya bisa kesiangan begini. Gadis itu menyiram tubuhnya tiga kali. Hanya sikat gigi, menyisir rambut panjangnya dan mencari seragam. Tapi, tiba-tiba ia kehilangan dasi. OMG, katakan siapapun yang tahu di mana dasi gadis itu. Hari ini hari Senin.
"Yakh! Nam Ra In. Cepat keluar!" teriak seseorang yang masih setia menunggu di luar sana.
Gadis itu sedang duduk di tepi tempat tidurnya memakai sepatu hitamnya.
"Kau bilang masih ada lima menit," ujar Nam Ra In.
"Sekarang tinggal dua menit. Yakh! Cepatlah!"
Ceklek!
Akhirnya gadis itu membuka pintu kamarnya. Ia melihat sahabatnya berdiri di sana tengah menyenderkan punggungnya pada dinding di sebelah pintu kamar.
Laki-laki itu melirik arlojinya sesaat kemudian geleng-geleng kepala.
"Aku nggak telat kan, Jungkook?" tanya Ra In.
"Kali ini nggak." Jungkook mendenguskan hidungnya di sekitar tubuh Ra In. "Kau tidak pakai minyak wangi ya? Cewek kok bau!" tebak Jungkook.
"Daripada aku memikirkan bau badanku, lebih baik aku mikirin dasi," celetuk Ra In. Ia menarik lengan sahabatnya keluar rumah.
"Eomma Aku berangkat!" teriak Ra In.
"Suka banget ya kamu sama aku pakai narik-narik segala?" sedetik kemudian Ra In melepaskan tangannya.
"Kookki, Yakh... Ini gimana? Dasiku hilang. Pasti hari ini aku bakalan di hukum sama Guru Park."
"Kookki... Selamatkan aku, please."
Jungkook mendorong begitu saja tubuh Ra In ke dalam mobil kemudian menutup pintunya. Dirinya langsung menempati posisi dan melajukan mobil. Karena mereka hanya punya waktu kurang dari sepuluh menit dan harus segera sampai di sekolah sebelum gerbang ditutup. Jadi Jungkook mengendarai mobilnya sedikit cepat.
"Lihat deh di jok belakang," ujar Jungkook tiba-tiba.
Gadis itu menengok ke belakang dan mendapati sesuatu yang sedang dicarinya. Wajahnya langsung menampakkan senyum manis yang selalu membuat Jungkook berdebar. Andai sahabatnya itu tahu.
Nam Ra In meraih dasinya dan langsung memasangkan di kerah baju.
"Terima kasih, Kookki. Kau selalu menyelamatkanku. Thank you," mata gadis itu berbinar-binar. Jungkook yakin meskipun tidak melihatnya, Ra In pasti sangat cantik sekali jika tersenyum.
"Hari Senin tanggal 29 Januari 2023 Nam Ra In si gadis cantik dari Korean High School tidak akan mendapat hukuman." Gadis itu berbicara dengan mengikuti logat formal seperti sedang membaca pengumuman. Jungkook terkekeh.
"Cantik?" ulang Jungkook
"Why? aku memang cantik," Kata Ra In percaya diri.
"Mana ada cewek cantik yang bau!" cetus Jungkook.
"Yakh! Kau ini."
Percakapan mereka berhenti karena sekarang mereka sudah berada di sekolah. Saat turun datang teman-teman Jungkook yang selalu membuat Ra In kesal. Pasalnya, memang setiap ada Ra In mereka selalu menggoda gadis itu.
"Jungkook! Kau hampir terlambat Broo" Taehyung atau yang biasa dipanggil V datang ber-high five dengan Jungkook.
"Haloo cantik. Datang bareng Your prince ya" sahut Rapmon menaik turunkan alisnya.
"Kookki aku kekelas. Bye!" Ra In pergi dengan menghentakkan kakinya karena sebal.
"Tuh kan gara-gara kalian dia jadi pergi" ujar Jungkook dengan wajah datarnya.
"Sampai kapan kau akan menyembunyikan perasaanmu itu?aku takut dia keburu ada yang ambil. Segeralah Broo aku yakin dia juga suka padamu" kata-kata V begitu terenyuh terdengar oleh Jungkook. Teman-temannya memang sudah tahu rahasia jungkook menyukai sahabatnya Ra In. Tapi, masalah Jungkook adalah takut Ra In menjauh darinya dan persahabatan mereka hancur. Jungkook sudah berjanji akan memberitahukan tentang perasaannya nanti.
"Tanya padaku soal Ra In. Kalo dilihat-lihat yeoja itu suka juga padamu. Siapa sih yang tidak suka padamu" Rapmon berkata sambil berkacak pinggang.
Jungkook menggigit bibir bawahnya. Mendengar nasihat dari kedua sahabatnya membuat semangatnya untuk menyatakan cinta begitu membara. Namun, disisi lain ia takut persahabatan yang sudah lama terjalin jadi hancur.
Mungkin akan lebih baik jika Ra In belum mengetahui perasaan Jungkook yang sebenarnya. Cinta memang rumit.
...
Apa yang pertama kali terlintas dipikiran kita jika mendengar hidup kita akan berhenti sebentar lagi. Sementara hidup terasa sangatlah indah. Inilah kehidupan. Biarpun kita tidak suka tapi harus tetap dijalani.
Disekitar keramaian sekolah ada sebuah tempat yang sangat nyaman dan tenang. Disanalah biasa digunakan seseorang untuk mendengar detak jantungnya yang sewaktu-waktu masih berjalan. Dengan kekuatan penuh seseorang itu menekan dadanya. Jika rasa sakit itu datang, ia butuh ketenangan.
Seorang namja berdiri mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Ternyata ia berhasil menemukan seseorang yang dicarinya.
"Aku menemukanmu" teriaknya menghampiri orang itu. Mendengar ada orang lain yang dipanggil menoleh. Ia mendapati temannya berdiri dihadapannya.
"Jangan minta aku untuk masuk kekelas, J-hope?" orang itu menggeleng. Beberapa saat lalu ada sejuta rasa sakit menyerang dadanya. Kali ini semua hilang.
"Aku tau kau tidak suka di kelas. Tapi, hari ini ada pesta besar. Jin jadian dengan kelas sebelah. Kau tidak ingin melihatnya?" J-hope bercerita seolah-olah Jimin akan menyukainya.
"Ayolah...dia menraktir kita semua"
Kemudian Jimin nyengir kuda. Diraihnya tas yang tergeletak dilantai lalu segera mengalungkan lengannya dipundak kawannya itu.
"Kenapa tidak langsung bilang kalo mau ada acara makan-makan" sahut Jimin.
"Berapa lama kali ini?"
"Jin bilang cukup satu minggu"
Mereka berjalan menuruni tangga. Tempat ternyaman bagi Jimin adalah Rooftop sekolah. Tempat persembunyiannya juga kalo sedang bolos kelas.
"Gils tuh anak. Playboy nya makin gerrr aja. Satu minggu?"
"Daripada situ jomblo mulu"
"Kaya situ nggak aja"
Bruk!
Jimin kurang hati-hati, Ia sangat antusias mengobrol dengan J-Hope hingga tak menyadari ada yang sedang berjalan berlawanan arah darinya. Gadis itu juga sedang terburu-buru jadi tidak begitu memperhatikan jalan.
"Mian mian mian. Aku nggak sengaja" Jimin berjongkok membantu mengambil buku-buku gadis itu yang berantakan.
"Ini juga salahku"
Mereka kemudian berdiri kembali dan Jimin menyerahkan buku pada gadis itu. Saat keduanya berpandangan, sang gadis terdiam sesaat. Sedangkan Jimin hanya berdiri saja.
" Ra In. Yakh! Nam Ra In" J-Hope berusaha menyadarkan gadis itu dari lamunan.
Nam Ra In tersadar kembali dan segera pergi dari hadapan mereka begitu saja.
"Kau mengenal gadis itu?" tanya Jimin yang seolah-olah tidak kenal dengan semua penghuni sekolah kecuali teman-temannya saja.
"Dia gebetan si Jungkook"
"Oh...Tuh anak udah gede ternyata ya" sahut Jimin.
"Udah ah ayo jalan lagi" J-Hope mengalungkan lengannya dibahu Jimin lalu menarik sahabatnya itu untuk segera berlalu dari sana.
Mereka turun menuju lantai dua. Berdasarkan informasi yang diberikan J-Hope, mereka akan ditraktir makan-makan dikelas. Saat sampai didepan pintu kelas tiba-tiba saja dada Jimin kembali sakit. Ia berhenti sejenak dan menempatkan tangan Kanannya untuk menekan dada. Sedangkan J-Hope masih terus berjalan tak tahu bahwa Jimin tertinggal.
"Please...Jangan sekarang Jebal..."
Jimin berusaha meraih Obatnya. Ia mengambil satu dan langsung menelannya.
"Jimin-ah..." itu suara J-Hope. Seperti nya ia sadar Jimin masih diluar.
"Kenapa tidak masuk. Ayoo" ajak J-Hope menarik lengan kiri Jimin.
"Jebal...pergilah sakit"
Jimin terus saja memohon-mohon dalam hatinya supaya sakitnya hilang. Bukankah baru saja ia merasakan rasa sakit itu?
Setelah mereka masuk kedalam kelas, dada Jimin kembali normal. Ia tersenyum mendapati suasana kelas yang hanya ada Teman-temannya saja. Sambil tersenyum sinis Jimin yakin mereka mengusir teman-teman sekelas untuk pesta dadakan ini.
"Haii Broo...Baru lagi nih" Jimin mengangkat alisnya.
Setelah Jimin mengatakan hal itu, tiba-tiba saja semua diam. Entah kenapa suasananya menjadi seperti ini. Hening dan kaku. Jimin menatap Jungkook yang mendekat kearahnya.
"Wae? Jadi pada diem gini? nggak suka aku dateng kesini?" ujar Jimin.
Satu tangan Jungkook menyentuh rahang atas Jimin. Saat Jungkook membawa tangannya kembali kedepan, Jimin kalap. Ia tidak ingin sahabat-sahabatnya tahu tentang rahasianya.
"Darah...." lirih Jungkook.
Jimin tahu sekarang kenapa yang lain diam. Mereka melihat darah keluar dari hidung Jimin. Dengan menggunakan telapak tangannya, Jimin mengusap darah itu dengan senyum yang mengembang.
"Oh...ini, semalam aku begadang nonton bola. Nggak tidur, jadi ya gini. Bukan begadang karena belajar kok. Santai-santai...Hehehe..." Kekeh Jimin.
"Kita juga nggak bakal percaya kalo kamu belajar Min" sahut Suga melanjutkan makannya.
Rapmon yang sedari tadi duduk diatas meja turun dan membawakan tissue untuk Jimin.
"Elap pake tissu. Jangan jorok dong" Rapmon mengulurkan tissu pada Jimin.
Darah yang keluar dari hidung Jimin tidak begitu banyak. Tidak seperti biasanya. Syukurlah Jimin sanggup berkilah dengan alasan.
"Ayoo makan ...!!" teriak Jin.
...
Dari jendela kelas Nam Ra In melihat namja yang ditabraknya tadi sedang berjalan bersama Jungkook, sahabatnya. Melihat namja itu jantung Ra In jadi tidak karuan. Ia sudah lama ingin kenal dengannya. Itu terjadi saat pertama kali masuk Korean High School. Saat itu roknya sobek dan tidak tahu harus bagaimana. Ia berjalan melewati lorong-lorong dengan merekatkan diri didinding. Tiba-tiba sebuah jaket melingkar dipinggangnya, menutupi roknya yang sobek. Jaket itu berasal dari seorang namja yang memiliki pandangan meneduhkan.
"Nggak usah dibalikin jaketnya. Sekarang jalan aja biasa" Ra In masih mengingat kalimat itu dengan jelas. Bahkan sampai senyum dan tatapannya masih melekat diingatan. Waktu itu Ra In tak sempat mengucapkan terima kasih. Itu karena namja yang menolongnya segera pergi dari sana. Ia berjanji pada dirinya sendiri jika bertemu dengannya lagi ia akan mengucapkan terima kasih yang sempat tertunda itu.
Dengan sedikit cepat Ra In memasukkan buku-bukunya kedalam tas. Hari ini ia ada janji dengan Go Min Rae pergi ke Toko buku menemaninya mencari novel terbaru. Makanya Jungkook tidak menunggu gadis itu.
"Daritadi ngeliat yang dibawah terus. Ada siapa sih?" Go Min Rae menghampiri Ra In yang terlihat sedikit terlonjak mendengar perkataannya barusan.
"Nggak ada" singkat Ra In datar.
"Jinjja?" goda Min Rae.
"Jinjja" Tegas Ra In menggendong tasnya. Mereka keluar kelas masih dengan obrolan.
Mereka berdua pergi ke Toko yang dimaksud Min Rae dengan menaiki mobil Min Rae. Hanya butuh lima menit mereka sampai disana. Itu karena Jarak Toko yang memang tidak begitu jauh dari sekolah. Mereka segera turun dan masuk ke dalam.
"Wah...disini juga ada peralatan lukis" gumam Ra In.
"Kau pilih-pilih saja peralatan lukisnya. Kau suka kan?" tanya Min Rae. "Aku yang bayar nanti. Itu bayaran karena kamu udah mau nganterin aku kesini"
"Yey...kau baik sekali Min Rae, Gomawo" kata Ra In.
"Kalau begitu aku ke sebelah sana dulu ya" ujar Min Rae.
Ra In mengangguk dengan pandangan masih menyapu bersih peralatan lukis didepannya. Dia selalu saja gemas melihat benda-benda itu. Rasanya ingin diangkut semua ke rumahnya.
Setelah memilih apa yang akan dibelinya, Ra In menghampiri Min Rae yang sedang berdiri didepan rak Novel.
"Sudah? coba lihat"
...
Sepulang dari sekolah Jungkook dan teman-temannya biasa menghabiskan waktu di suatu tempat. Kali ini suatu tempatnya itu adalah rumah Jungkook.
Jimin sedang melihat-lihat foto dimeja belajar Jungkook. Matanya berhenti pada seseorang yang ia yakin pernah melihatnya. Diambilnya foto berbingkai itu. Ia mengamatinya lamat-lamat.
"Oh...dia gadis yang roknya sobek pas kelas satu"---kata Jimin dalam hati.
Tanpa sadar seulas senyum terbit dibibir Jimin. Ia masih mengingat kejadian satu tahun yang lalu itu.
Ternyata benar, dia dan Ra In pernah bertemu sebelumnya.
Buk !
Sebuah bantal mengenai kepala Jimin.
"Sejak kapan Kau gila, Jimin?" tanya Jungkook menutup komiknya. Ia menghampiri Jimin yang sedang meletakkan kembali frame foto di meja belajar Jungkook.
"Sejak kau sekasar itu Kookki" Jimin mengelus-elus kepalanya yang tersentuh bantal.
"Heheh....itu tandanya aku teman yang baik" kata Jungkook sembari terkekeh kuda.
"Lama banget ya mereka" Jimin beringsat ke tempat tidur Jungkook dan langsung berbaring disana. Sedangkan Jungkook malah duduk disofa. Mereka menunggu J-Hope, Taehyung, Suga, Jin dan Rapmon yang sedang ada urusan masing-masing. Si Jin katanya nganterin pacar baru, J-Hope dan Rapmon masih ada eskul, tapi Kalo Taehyung dan Suga emang disuruh Jungkook untuk membeli cemilan. Karena di rumahnya kebetulan lagi kehabisan makanan. Tapi sudah sekitar satu jam lebih mereka belum juga kembali.
"Jungkook...." teriakan eomma dari bawah membuat kedua mata Jimin terbuka. "Ada Ra In"
"Ne...eomma" sahut Jungkook. Kemudian berdiri menghampiri pintu.
Jimin kembali menutup matanya. Sementara Jungkook membukakan pintu kamarnya. Nam Ra In sudah berdiri dengan membawa tempat makan. Gadis itu masih memakai pakaian sekolah. Pulang dari Toko Ra In langsung disuruh ibunya mengantar kue ke rumah Jungkook.
"Nih dari eomma, resep baru. Enak.... banget, cobain deh" Ra In mengulurkan tangannya pada Jungkook. Jungkook meraihnya dan mencium aromanya. Aroma khas kue kesukaannya.
"Gomawo..sendok itali" tangan kanan Jungkook mencubit pipi kiri Ra In. Cewek itu langsung meringis kesakitan.
"Ih...Kokki-yah...sakit banget tau" bentak Ra In.
Jungkook tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi kesal Ra In Wajahnya merah menahan kesal dan rasa sakit.
Ting...Ting...!
Suara ponsel Jungkook diatas sofa membuat Jungkook berpaling dari hadapan Ra In dan meraih benda itu.
Ra In hampir saja akan berlalu jika matanya tidak melihat Jimin. Namja yang sedang tidur di tempat tidur Jungkook itu memiliki wajah yang begitu teduh. Jantung Ra In kembali berdetak tak seirama. Padahal Jimin hanya diam.
"Okee lah aku kesana jemput kalian" suara Jungkook membalas panggilan diponselnya.
"Jimin ireona ! " teriak Jungkook membangunkan Jimin. Menggeliat Jimin bangun dan menyusul Jungkook keluar kamar.
"Pergi dulu my girl" ujar Jungkook mengusap puncak kepala Ra In.
Gadis itu menekuk wajahnya mendengar penuturan Jungkook. Saat Jimin lewat dihadapannya, Ra In dan Jimin saling pandang selama lima detik. Hingga akhirnya Jimin benar-benar berlalu.
Ra In tersenyum malu kepada dirinya sendiri. Muncul perasaan aneh yang selalu hadir jika didekat Jimin. Hatinya benar-benar sedang jatuh cinta saat ini.
...
Jimin dan Jungkook pergi menuju alamat yang telah di beritahukan Taehyung dan Suga. Mereka tidak bisa sampai di rumah Jungkook karena mobil Suga bermasalah.
Setelah berhasil menemukan mereka, Jimin dan Jungkook langsung keluar dari mobil dan menghampiri mereka. Taehyung dan Suga berada didalam kafe.
Bunyi lonceng diatas pintu kafe berbunyi saat Jungkook dan Jimin memasuki kafe. Membuat Suga dan Taehyung menoleh.
"Pantes lama, ternyata mogok" ujar Jungkook mengambil tempat duduk disamping Taehyung dan Jimin disamping Suga.
"Apa kataku Suga, sudah kau jual saja mobilmu itu" sahut Jimin mengambil kopi milik Suga.
Suga hanya bisa tersenyum menanggapi kata-kata Jimin. Ia sudah terlanjur sayang pada mobilnya itu. Katanya nggak tega kalau sampai dijual.
"Yang lain udah pada ke rumah?" tanya Taehyung kepada Jimin dan Jungkook.
"Belum, dari tadi kita cuma berdua aja ya Min?" Jimin mengangguk ditatap Jungkook.
"Kita disini aja dulu lah, ngabisin kopi" kata Suga. Sepertinya yang lain setuju. Lagipula di rumah Jungkook juga sepi karena yang lain masih belum sampai.
Mereka berempat jadi betah di kafe. Memesan lagi beberapa kopi dan makanan. Bahkan montir Suga sudah pergi membawa mobilnya, tapi mereka masih berada disana.
TBC
@yurriansan Iyaa ya, haha๐. Soalnya aku mikirnya kata-kata yg itu kayanya sering deh didenger, wkwkw. But, thanks masukannya. ๐
Comment on chapter Dia-ku