Loading...
Logo TinLit
Read Story - STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
MENU
About Us  

KATA ORANG, masa SMA itu masa penentuan jati diri. Memang iya begitu? Jika ini masanya penentuan jati diri, Azka pasti sedang oleng.

Oh Ayolah Azka jangan seperti orang dungu begitu! tunjukkanlah rasa bersalah dikit supaya kau bisa menyelamatkan dua temanmu ini! bisik Deva dalam hatinya.

 

Sudah tahu guru yang satu ini galak, bisa-bisanya dia masih cengar-cengir. Otak udang!

           "Haaah.." Sarwani menghela nafas jengah. Dia pandangi tiga lembar kertas hasil ulangan milik muridnya. Kelas hening dan penuh ketegangan. Namun, sang empu kertas sepertinya cuek-cuek saja. Seolah tak peduli dengan apa yang akan menimpanya nanti.

             "Azka, kemari!" Sarwani-guru SMA Bintang Nusantara, memanggil muridnya. Azka beranjak dari bangkunya, berjalan dengan wajah tanpa rasa takut. Bahkan ia masih sempat menyepak betis Tio, yang keluar dari batas mejanya. Tio meringis seraya mengusap betisnya. Reseh! gumamnya.

            "Coba perhatikan ini!" kata Sarwani saat Azka ada di hadapannya.Dia tunjukkan lembar jawaban try out semesteran milik Azka. Azka membungkuk sedikit, dia masih cengar-cengir meski Sarwani memasang wajah garang. "Bener kan, Pak?" katanya berlagak polos. " Lingkari jawaban yang menurut saya benar? Gak ada yang salah kan?" ujar Azka.

Sarwani mengelus dada, "bener cara mengerjakannya," katanya, lalu hening sejenak. "Tapi jangan kau buat zig-zag begini!" dia menggebrak meja membuat seisi kelas terkejut. "Setiap ujian, Bapak perhatikan jawabanmu selalu begini. Ini namanya kamu males mikir Azka!" 

Azka diam, dia tundukan kepala di hadapan Sarwani. "Kalau pun kamu males ngitung,” lanjut Sarwani, “atau gak bisa, paling tidak coba dibaca dulu soalnya. Buat pola yang lain supaya gak ketahuan dengan Bapak. Ini tiap kali ujian, selalu kau buat zig-zag begini."

              "Bapak harus ngajarin kamu gimana lagi, supaya kamu mau mikir, Azka?"

               "Itu saya udah mikir kok, Pak.." tukas Azka.

               "Mikir kamu bilang?" Sarwani menaikkan kedua alisnya. "Coba periksa jawaban esay kamu!"

Azka menggaruk kepalanya, lalu menyeringai. "Kan memang saya gak tau, Pak, jawabannya."

               "Iya!" Sarwani melepas kacamatanya, "tapi jangan semua jawaban dari nomor satu sampai sepuluh kamu tulis, SAYA GAK TAU, LUPA!"

Seisi kelas mentertawakan Azka, tanpa komando. Sedang Sarwani terus mengelus dada menahan kesal pada Azka. Tio dan Deva, sahabat kental Azka-pun ikut mentertawakan. "Buat tugas tambahan, untuk nilai kamu!"

             "Tugas, Pak?" Azka heran, "bukannya remedial, Pak?"

            "Tugas dan remedial," tegas Sarwani.

            "Sekarang, Pak?"

            "Se..ka...rang, Azkaaaa!" Pak Sarwani terlihat sangat gemas.

            "Siap, Paak...!" Azka melenggang. Azka melirik Tio dan Deva, mereka masih cekikikan melihat Azka. Azka berbisik pada mereka saat melintas, brengsek kalian!

            "Kalian berdua!"  Sarwani menghentikan tawa Tio dan Deva. "Kenapa ketawa terus? Huh?!"

Tio dan Deva saling lirik setelah itu mereka menundukan kepala. "Kalian-pun sama!" tandas Sarwani. "Kerjakan remedial kalian sekarang, setelah istirahat nanti Bapak tunggu jawabannya."

          "Baik Pak," jawab mereka. 


 

***

Bel istirahat berbunyi, Sarwani menutup pelajarannya dan bergegas menuju ruang guru. Sebelum pergi, ia sudah mewanti-wanti Azka dan dua temannya untuk segera mengumpul hasil remedial mereka.  

        "Payah!" ujar Azka saat seisi kelas sudah mulai sepi.

        "Iya nih payah," Tio menggaruk kepalanya. Dia tatapi soal yang ada di hadapannya, soal eksponen yang membuat kepalanya pusing. "Sembilan kuadrat X plus satu, dikurang sembilang kuadrat x, per, sembilan kuadrat x dikurang, sembilan kuadrat x plus satu," Tio membaca soal. "Apa sih ini?"

        "Gue bukan ngomongin soal, Yo."

        "Nggh?" Tio mengernyitkan alisnya tanda bingung.

        "Gue ngomongin lu berdua. Payah!" Azka menyapu pandagan pada Tio dan Deva. "Gak ada yang bisa di andelin! Minimal satu diantara kita ada yang pinter lah!" katanya seraya mengangkat satu kaki, naik di atas kursi. "Jadi kalau pas remed gini, ada yang bisa ngerjain. Masa bertiga pada bingung berjama'ah gini."

Deva mencibir Azka, sedang Tio masih dalam kebingungan. "Kita sesama mahluk sial," katanya seraya tetap menulis di lembar jawabannya.  "Gue salah pilih temen, hiks..." Deva mulai mendramatisir.  "Kaya' kata pepatah, berkawan dengan tukang minyak wangi keciprat wanginya, berkawan dengan tukang besi kena ciprat apinya."

Tio masih berpikir masud ucapan Deva, sementara Azka sudah menyiapkan telinganya. Dia tahu, pasti Deva mau mengejeknya. "Maka'nya gue gak pinter-pinter, karena deket lu berdua!" tandasnya.

            "Sabar, Dev!" Tio menepuk pundak Deva. "Abis kalau bukan kita yang nemenin Azka, di dunia ini gak ada yang mau nemenin dia."

            "Haakkh!" Azka menggeram. "Kenapa jadi pada nyalahin, gua?" ujar lelaki bermata tajam itu. Saat dia berusaha memperbesar pupil matanya, entah kenapa dia malah jadi kelihatan semakin manis. Mungkin ada pengaruh dari potongan rambutnya yang model Fringe dengan poni yang menyelimuti sampai di atas alisnya yang tebal.

Deva dan Tio terkekeh, "bukan nyalahin, Ka. Tapi nyadarin lu," jawab Deva.  

           "Betul itu," Tio memantik jarinya. 

 

***

Sementara itu di kantor guru, Sarwani terlihat begitu muram saat duduk di kursinya.

           "Kenapa, Pak?" tanya Muslim, guru Agama. Sarwani, membongkar isi tasnya. Dia ambil satu botol berisi kapsul herbal pacekap-nya. Ia teguk bersama dengan air, sebelum menjawab pertanyaan miss Monika.

           "Biasa, Pak," katanya usai meneguk minum. "Azka sama kawan-kawannya itu, selalu saja berulah. Pusing saya, Pak!"

Muslim tertawa kecil "Sama, Pak, saya aja greget  sama mereka."

           "Coba Bapak liat nih jawaban ujian Agama si Azka." Muslim menunjukan lembar jawaban Azka pada Sarwani. Sarwani hanya fokus pada jawaban esay milik Azka. Disitu tertulis, BARANG SIAPA YANG MEMPERSULIT SUATU MAHLUK, MAKA KELAK DIA AKAN DIPERSULIT JUGA.  Sama seperti jawaban matematika-nya, semua pertanyaan essay dia tulis sama jawabannya.

            "Masa, gara-gara dia gak bisa ngerjain soal, saya dituduh mempersulit hidup dia," ujar Muslim.

Sarwani menggeram, "Azka itu males mikirnya kebangetan, Pak!"

             "Iya, Pak," sahut Muslim seraya menggelengkan kepala perlahan. "Malah sekarang, Deva sama Tio juga ketularan Azka."

             "Kadang suka gemes sama tiga anak itu, rasanya pengen saya. Heuuuhggh!" Pak Sarwani meremas tangannya.

 

Disisi lain, Tio yang sedang menulis  tanpa sengaja lidahnya tergigit. "Uhh Aww ssshh!!" Tio memegangi bibirnya. Kejadiannya hampir berbarengan dengan gerakan tangan pak Sarwani.

               "Kenapa, Yo?" tanya Azka.

                "Lidah gue kegigit sendiri, Ka. Ini pasti ada yang ngomongin gua."

Azka melempar pena ke arah Tio. "Mitos itu! Kata Pak Muslim, guru agama kita apa? Musyrik tau!"

Tio meringis kesakitan, sebab pena yang dilempar Azka mengenai pipi sebelah kirinya. "Serius loh, Ka."

Deva mengangkat kepalanya untuk melihat langsung pada Tio saat bicara. "Yah kalau ada seratus orang yang ngmongin lo, berarti lidah lo kegigit seratus kali dong? Apa gak abis tuh lidah digigitin melulu?" ujar Deva sambil terbahak.

                "Asli, Dev, Tio masih percaya mitos." Azka dan Deva semakin menjadi meledek Tio.

Tio mendecih, "terserah kalian deh! Nanti kalau gua ada uang lebih, gua beli drone. Gua terbangin ke kantor. Biar buktiin kalau kita lagi diomongin tiap jam istirahat."

How do you feel about this chapter?

0 5 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (30)
  • kania_young

    @yurriansan sama sama ... πŸ˜„πŸ˜„

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • yurriansan

    @kania_youngmksh looh udah mmpirin cerita absurd ini.

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • kania_young

    saking seriusnya nulis sampe lidahnya kegigit... Tio... Tio... hihi

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • yurriansan

    @aianawoww mksi :D. aku blum smpt slsaiin, masih nyelsain naskah lomba. jadi ini masih separuh. ini perpaduan humor dan romance. ada sedihnya dikit (rencana) tapi gk seperih Toni.

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • aiana

    Baru tau kalau udah release ceritaaa. Udah endingkan ya? Aku cuma berharap nggak se sedih si Toni. Sejauh ini kocak. Sma-able bgt dg ciri khas anak laki2. Salut saya dg cerita gini. Cewe tp bicara dg sudut pandang cowo.

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • yurriansan

    @risajey09wah mksh ya udah mampirin, mksh juga udah sve :D.
    ceritamu juga bagus

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • risajey09

    Nice, humornya bikin aku gemes.....
    Aku langsung save story

    Comment on chapter TIGA SEKAWAN
  • yurriansan

    @PenaLara iya. emang sngaja pke nma yg umum dan gampang diingat. biar kecantol d hati pembaca. xixi

    Comment on chapter BAGUS PULANG
  • PenaLara

    Namanya 'Bagus' kaya temenku dulu, sekarang nggak tahu kemana TT

    Comment on chapter BAGUS PULANG
  • yurriansan

    @[dear.vira] oke makasih ya sarannya

    Comment on chapter BAGUS PULANG
Similar Tags
LINN
13530      2036     2     
Romance
β€œMungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Tapi karena itulah aku sadar jika aku benar-benar mencintaimu? Aku tidak menyesakarena kita harus dipertemukan tapi aku menyesal kenapa kita pernah besama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuh untuk banggkit” Sara menyakinkan hatinya. Sara merasa terpuruk karena Adrin harus memilih Tahtanya. Padahal ia rela unt...
RUANGKASA
42      38     0     
Romance
Hujan mengantarkan ku padanya, seseorang dengan rambut cepak, mata cekung yang disamarkan oleh bingkai kacamata hitam, hidung mancung dengan rona kemerahan, dingin membuatnya berkali-kali memencet hidung menimbulkan rona kemerahan yang manis. Tahi lalat di atas bibir, dengan senyum tipis yang menambah karismanya semakin tajam. "Bisa tidak jadi anak jangan bandel, kalo hujan neduh bukan- ma...
LARA
8636      2098     3     
Romance
Kau membuat ku sembuh dari luka, semata-mata hanya untuk membuat ku lebih terluka lagi. Cover by @radicaelly (on wattpad) copyright 2018 all rights reserved.
IDENTITAS
702      478     3     
Short Story
Sosoknya sangat kuat, positif dan merupakan tipeku. Tapi, aku tak bisa membiarkannya masuk dan mengambilku. Aku masih tidak rela menjangkaunya dan membiarkan dirinya mengendalikanku.
HOME
324      241     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.
The Diary : You Are My Activist
14668      2484     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..
Langit Jingga
2768      976     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
Aku Lupa Cara Mendeskripsikan Petang
562      386     2     
Short Story
Entah apa yang lebih indah dari petang, mungkin kau. Ah aku keliru. Yang lebih indah dari petang adalah kita berdua di bawah jingganya senja dan jingganya lilin!
Perihal Waktu
422      297     4     
Short Story
"Semesta tidak pernah salah mengatur sebuah pertemuan antara Kau dan Aku"
Kita
693      454     1     
Romance
Tentang aku dan kau yang tak akan pernah menjadi 'kita.' Tentang aku dan kau yang tak ingin aku 'kita-kan.' Dan tentang aku dan kau yang kucoba untuk aku 'kita-kan.'