Warning :
Kalian akan menemukan banyak filter shuojo (imajinasi remaja cewek) dan teori yang menabrak dinding rasionalitas.
- Jejak Existed Koalathor-
PART 2
Masih dengan rasa tidak percaya. Rose berusaha menenangkan diri. Tertulis di pengumuman itu bahwa hari ini pukul 9 ada pertandingan memanah dan batas akhir pendaftaran peserta pukul 8. Terlebih hadiahnya adalah busur imitasi putri Alexa 90% tingkat kemiripan. Pengumuman itu tak bisa memalingkan pandangan Rose. Rose sangat suka memanah dan juga semua hal tentang putri Alexa. Rasa menggebu-gebu mencuat dari dalam dirinya. Sebuah seringai melukis wajahnya.
"Ethan, lihat!" Ucap Rose sambil menarik-narik lengan Ethan.
"Jangan gila! Kau harus ujian." Jawab Ethan.
Rose melirik ke Ethan dan Ethan sangat tahu apa yang akan dilakukan anak itu.
"Aku tidak akan memberi tahu orang tua mu. Tapi, jangan libatkan aku." Tegas Ethan.
"Ethan, I love you." Jawab Rose sambil memeluk Ethan.
"Yah, I love you too. Pastikan kau harus ikut ujian susulan" jawab Ethan.
Rose kembali ke rumah berpura-pura ada barang yang tertinggal. Dia sebenarnya mengambil busur dan panahnya serta uang tabungannya untuk bergabung dalam lomba. Tak ingin terlambat, bergegas dia berlari menuju pusat desa. Rose menutupi wajahnya dengan jubah dan mengisi formulir pendaftaran. Dia mendapat nomor 17. Wah, cukup banyak juga yang mendaftar. Pertandingan pun dibuat beregu. Semua peserta menyimak dengan seksama regu yang disebutkan.
Pertandingan pertama dimulai dengan memanah target setepat mungkin.
Regu A dipimpin oleh seorang mantan pasukan kerajaan tentu saja ketepatan adalah hal yang biasa.
Regu B dipimpin oleh seorang juru tembak, walau tidak terlalu tepat tapi dia lebih baik dari peserta yang lain. Tentu saja cukup jago baginya, bisa mengendalikan pistol maupun panah.
Regu C dipimpin oleh paman John, si pedagang sayur. Siapa sangka dia punya bakat memanah.
Regu D adalah grup terakhir. Regu dimana rose berada. Ketika regu D disebut, para peserta bersiap memanah. Peserta pertama memanah busurnya dengan percaya diri. Panah itu melesat cepat dan berada di dekat titik tengah.
'Sungguh luar biasa.' Gumam Rose.
Peserta kedua Rose, dia berpose layaknya pemain profesonal menarik busurnya. Rose mencoba menarik nafas dan menajamkan matanya. Saat yakin, anak panahnya pun diluncurkan melesat bersama menembus angin menuju titik yang ditargetnya.
ZLEB...
Panah itu tepat berada di titik tengah target. Semua orang bersorak sorai. Peserta selanjutnya tidak mampu menandinginya. Rose memimpin regu D. Tahap kedua dimulai, tugasnya adalah memanah tiga target yang bergerak. Lawan terberatnya adalah seorang tentara. Jelas saja dia terbiasa melempar maupun menembak bahkan dengan berlari. Beliau berhasil mendapatkan skor 2/3 ketepatan memanah.
"Ya ampun, pupus harapanku. Tenanglah, fokus, fokus, aku bisa, aku bisa, aku bisa." Rose kembali mendapat rasa percaya dirinya.
Giliran Rose tiba. Dia kembali menjadi orang lain saat memegang busur, matanya tajam, tanganya cekatan, langkahnya pasti. Panah satu, panah dua, panah ketiga diluncurkannya. Tepat mengenai sasaran. Sungguh luar biasa. Seperti terdapat sosok monster pemburu dalam tubuh kecilnya.
Penduduk bersorak, gadis itu memenangkan pertandingan. Dia disambut gembira oleh semuanya dan dia pun maju untuk mengambil hadiah. Sayangnya angin berhembus kencang membuka jubahnya. Semua orang terkejut.
"Astaga itu Rose." Penduduk desa terkejut dan mulai berbisik.
"Benar itu Rose, bagaimana bisa? Bukankah ini jam sekolah?" Penduduk desa bertanyatanya. Sesosok tinggi besar tampak dihadapan Rose, dia si mantan pasukan kerajaan.
"Rose, apa kau membolos?" Tanya paman itu.
'Matilah aku jika berkata jujur pada orang yang menjunjung kedisiplinan!' Pikir Rose panik.
Rose melihat ke kerumunan orang, mencari celah untuk kabur tapi yang dilihatnya justru lebih mengerikan. Ibu menatapnya marah meminta penjelasan. Rose pun panik dan kabur.
Suasana di balai desa ricuh. Rose berlari dengan cepat menghindari ibunya yang mendekatinya. Sang ibu memohon maaf atas ulah anaknya. Semua orang sejujurnya kagum dengan bakat Rose, hanya saja sikap membolosnya sangat tidak patut. Paman John pun membantu ibu mencari Rose. Semua penduduk berharap kejadian ini tidak terulang.
*****
Rose tetap berlari menghindari orang-orang terutama ibu nya. Dia berlari ke sembarang arah dan mengambil jalan yang belum pernah dilaluinya. Dia pun bingung, dari kejauhan ibu melintas bersama paman John.
Dia berusaha sembunyi di sebuah gang, sayangnya di sana ada seseorang dengan jubah menutupi kepalanya dan dia terlihat tinggi. Rose berpikir jika bersembunyi dibalik jubahnya adalah hal yang tepat. Tak lama dia memegang orang tersebut dan memeluknya. Dia menyembunyikan wajahnya di dada orang itu.
"Tolong sembunyikan aku. Gantinya kau akan ku traktik." Ucapnya pada orang asing.
Tak lama sang ibu dan paman John melihat mereka dan kaget karenanya.
"Anak muda, maaf kalian tak pantas melakukan itu di sini. Pergi atau ku laporkan pada kepala desa." Tegur paman John tegas.
"Ya ampun John, kemana anak itu pergi? Aku benar-benar lelah karenanya." Ucap ibu.
Lalu mereka pergi mencari Rose kembali. Rose melihat mata pria itu sinis kepadanya. Rose menjauhkan badannya dari pria itu dan tersenyum.
"Aku punya uang. Maaf aku mengacaukan mood mu. Ini semoga sisa hari mu menyenangkan." Ucap Rose sambil memberikan uang. Saat hendak pergi tangannya tertahan.
"Berburu." Ucap pria itu.
"Eh apa?" Rose heran.
"Balasannya, aku mau kau menemaniku berburu." Jawabnya kaku.
Rose memperhatikan orang itu. Dia terlihat masih muda dan cukup tampan. Rambutnya pirang dan matanya berwarna biru. Meskipun tatapannya tajam dan tanpa senyuman, ntah kenapa Rose tidak merasa takut. Dia terkesima dengan orang itu. Rose menyetujui permintaanya. "Ayo!" ucap Rose.
Mereka pergi menuju pinggir hutan tak jauh dari desa menggunakan kuda. Ini pertama kalinya Rose menunggang kuda bersama seorang pria. Rasanya sangat fantastic! Dia merasa seolah mereka sedang menjalankan misi bersama. Hari yang luar biasa, menembus angin dengan berkuda. Sampai di hutan, Rose menunjukkan skil memanahnya dengan memanah buah liar di atas pohon.
"Bagaimana? Keren kan?" Ujarnya sombong.
"Yah bagus, giliran ku." Ucap pria itu.
Pria itu mengambil busurnya dan menargetkannya ke atas. Dilepaskannya panah itu dengan bebas. Tapi panah itu tidak terlihat lagi.
"Hahahahahaha kau pikir itu skill? Tolonglah, kau hanya melepaskan anak panah mu ke berbagai arah. Kau harus melatih lenganmu dulu jika ingin memanah jarak jauh dan kau harus memfokuskan... "
BRUK.
Rose menengok dan seekor gagak tertusuk karena panahnya. Rose terperangah, dia tidak melihat burung diatas. Bagaimana bisa ada gagak? Tak mungkin ada orang yang penglihatannya lebih tajam dari Rose.
"Gagak itu ingin mengambil telur burung lain." ucap pria itu sambil menunjuk sebuah sarang yang cukup tinggi dan barulah Rose sadar.
"Aku tidak melihatnya tadi." Ucap Rose.
"Itu karena kau pendek." Jawab pria itu.
Rose kesal. Dia ingin marah, tapi kenyataan bahwa dia pendek adalah benar. Tinggi Rose hanya 5 feeth 1 inch.
"Kau marah? Lucu sekali, sebaiknya pulang hari sudah sore. Aku tidak mau jadi penculik anak-anak. Tenang saja kau masih bisa tumbuh kok. Jadi usiamu pasti 13 tahun ya? Oh iya namaku Zoe" ujar Zoe.
Muka Rose memerah karena kesal
"Aku 17 tahun dan aku bukan anak-anak" jawab Rose kesal.
"Sungguh? Waw aku tak percaya. Aku setinggi kau saat usiaku 13. Jadi ku kira..."
"Tak peduli, antar aku pulang." Jawab Rose memotong pembicaraan.
Mereka pun bergegas menuju desa, namun Rose tidak berani pulang. Dia memilih menuju perpustakaan. Rose berjalan bersama Zoe, sepanjang jalan Rose menundukan kepalanya. Sesekali dia menoleh ke sekitar takut ibu nya memergokinya.
Seorang anak kecil berlari cepat menyenggol Rose. Rose hampir terjatuh. Beruntung ada Zoe yang langsung menariknya ke dadanya. Tangan Zoe berada dipinggang Rose. Rose terdiam dibuatnya. Tak lama seseorang melepaskan tangan Zoe dan menarik paksa Rose dari pelukannya.
"Lepaskan dia atau kau ku hajar." Ancam Ethan.