Loading...
Logo TinLit
Read Story - Rose The Valiant
MENU
About Us  

Warning :
Kalian akan menemukan banyak filter shuojo (imajinasi remaja cewek) dan teori yang menabrak dinding rasionalitas. Teman-teman koala, ini novel pendek pertama yang coba koalathor buat. Koalathor ingin membuat romance-misteri. 
- Koalathor yang baru menetas-

PART 3

"Lepaskan!" Ucap Ethan dengan raut marah.

"Ethan, aku akan cerita. Jadi tenanglah. Di luar dingin, aku ingin masuk." ucap Rose.

Zoe menolak masuk dia memilih kembali ke penginapan. Ethan membuatkan Rose secangkir teh hangat. Teh buatan Ethan terbaik! Hal itu mengembalikan mood Rose dan dia menceritakan semuanya dengan menggebu-gebu bahwa hari ini adalah pengalaman terbaiknya! Menjuari lomba memanah, kabur menghindari Ibu, berkuda, dan berburu di hutan adalah hal menakjubkan. Rose menyukai tantangan. Ethan terlihat sedikit tidak menyukai tindakan Rose. Dia memperhatikan Rose dengan detil lalu pergi dan mengambil kotak P3K. Diraihnya rangan Rose lalu mengusap lembut jari kiri rose dengan tisu yang sudah diberi antiseptik. Ethan tak banyak bicara, dia hanya fokus membersihkan luka Rose dan memberinya plester. Setelahnya Ethan menggenggam tangan itu dan menatap Rose.

"Berjanjilah untuk tidak melukai dirimu lebih dari ini, terlebih pergi bersama orang lain. Jika kau butuh bantuan datanglah padaku." Ucap Ethan.
"Ethan, aku beruntung mendapatkan sahabat seperti kamu." Ucap Rose tersenyum.

Ethan hanya tersenyum dan mengantar Rose pulang. Diberikannya jaket miliknya kepada Rose malam itu untuk menghindari dingin. Sepanjang jalan Rose menceritakan lagi pengalamannya itu. Ketika Ethan memperingatkan untuk ujian susulan, wajahnya merengut. Ethan penghancur suasana. Rumah sudah ada di depan matanya, gadis itu tidak mengetuk pintu. Ia menyelinap diamdiam menuju kamar. Berhasil! Tak seorangpun memergokinya. Rose merebahkan diri ke tempat tidur dan menoleh jam, pandangan dia terpaku ke hal lain. Ibu sudah duduk di meja belajar dengan wajah merah. Rose rasanya ingin menelan ludah, apa daya kerongkongannya sudah kering.

"Maafkan aku, aku bisa menceritakan segalanya." Ucap Rose sambil menunduk. Ibu mendekat sambil mengepalkan tangan.
Dilihat tangan ibu mulai naik, sepertinya tangan itu akan mendarat di pipinya.
"Rose." ucap Ibu sambil menangis, mengusap rambut Rose, dan memeluknya.

Rose merasakan kehangatkan ibu. Dia salah mengartikan wajah itu. Wajah memerah itu adalah rasa kesal dan khawatir seorang ibu pada anaknya. Rose merasa bersalah membuat ibunya menunggu dengan rasa khawatir seharian. Air mata mereka menetes bersamaan. Sungguh, hal yang terbaik yang Tuhan kirim di dunia semasa hidup adalah seorang Ibu.

"Putriku sayang. Ibu sangat panik, ibu tidak mau kehilangan kamu. Kamu satu-satunya anak ibu. Mandilah, ibu sudah menyiapkan air hangat untukmu. Kamu ingin makan di bawah atau di kamarmu?" Tanya ibu lembut.
Rose menatap ibu nya dan berkata, "Aku makan di bawah tapi temani aku. Aku takut Ayah menerkam ku."
"Rose... Ayahmu bukan beruang." Ucap ibu sambil tertawa.

Segera Rose pun mandi menyegarkan badannya. Setelah berganti baju Rose keluar untuk makan malam. Dia terkejut ayah dan neneknya di sana juga.

'Tak seorang pun dari mereka yang sudah makan? Mereka menungguku? Ya ampun aku sayang mereka.' gumam Rose.

Rose berlari mencium ayah, ibu, dan neneknya. Mereka menasehati Rose tentunya. Rose pun bercerita tentang bagaimana dia mendapatkan busur itu dan mengalahkan seorang mantan pasukan kerajaan! Lalu, dia mendapat seorang teman baru yang ahli memanah juga dan menceritakan serunya berkuda. Mereka takjub mendengar itu. Ayah pun bercerita dulu dia pernah bolos saat seusianya untuk pergi menemui ibu yang sakit.

'Ayah sangat romantis. Kuharap aku bertemu dengan pria seperti itu' gumam Rose. Terlintas sekilas dipikirannya seseorang yang menggenggam tangannya hari ini.

 

*****

 

Hari terakhir ujian sangat berat karena Rose harus mengikuti 2 mata pelajaran dan 1 ujian susulannya. Rose berjalan sedikit anggun, ini merupakan hukuman dari ibu menyuruhnya memakai sepatu tinggi. Rambutnya dibiarkan terurai, dress bernuansa unggu muda menghiasi tubuhnya yang putih. Rose terlihat lebih manis dari biasanya dan tentu sedikit lebih tinggi. Dia pergi menuju pusat desa untuk membeli sebuah buku catatan dan bahan-bahan pesanan ibu. Sebuah toko buku antik dimasukinya.

"Bibi Mili, apa kabar?" Tanya Rose.
"Hai sayang, lama sekali kamu tak datang. Ada yang kau butuhkan di sini?" Tanya bibi Mili kembali.
"Aku mencari buku catatan, aku kehabisan buku. Aku juga membutuhkan pena. Aku mau yang berwarna hitam ya yang terlihat keren tapi ringan." Jawab Rose.
"Oh sayang aku tau, seleramu tidak berubah dari dulu. Aku akan mencari penanya dan kau boleh mencari buku-buku itu di rak pojok." Ucap bibi Mili.

Dia menuju rak buku yang paling ujung, dilihatnya dari kanan ke kiri perlahan. Akhirnya dia menemukan satu buku yang disukainya dengan sampul berwarna hitam. Dia mencoba meraih buku yang ada di bagian atas rak itu, namun seseorang mendahuluinya.

"Hei itu milikku" ucap Rose dengan kesal.
Terkejutnya dia saat melihat orang itu adalah Zoe.
"Hai pendek, maaf aku duluan yang dapat." Jawab Zoe.

Keributan kecil pun terjadi, Rose benci dipanggil pendek. Bibi Mili datang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka sungguh seperti anak kecil. Bibi Mili mengambil 1 lagi buku yang sama dari laci penyimpanan. Buku itu hanya tersisa dua, merekalah pemiliknya. Sebagai hadiah bibi Mili memberikan Zoe sebuah penayang sama dengan Rose. Rose masih terlihat kesal. Zoe sudah meminta maaf, namun Rose mengabaikannya. Zoe tidak menyerah, akhirnya Rose memutuskan menyuruh Zoe membantunya membawa barang titipan ibu. Sebagai tanda terima kasih dia mentraktir Zoe makan di kedai favoritnya.

"Zoe, kamu bukan dari desa ini kan? Ceritakanlah sedikit tentang mu." Ucap Rose
"Kau tertarik padaku?" Tanya Zoe.
"Iya aku tertarik kenapa ada orang yang memanah lebih hebat dariku. Tidak maksudku, kau hanya lebih beruntung saat itu." Jawabnya.
"Aku sekolah tinggi jurusan hukum, aku tertarik dengan desa ini karena aku membaca biografi tentang putri Alexa. Aku ingin melihat desa yang sudah ia bangun seperti apa. Aku takjub sekaligus kecewa. Desa ini memiliki perkembangan yang tidak kalah dari kota, walau tentu masih tahap berkembang. Hal yang mengecewakan adalah desa ini memiliki anak perempuan yang nakal, kecil dan angkuh. Mengecewakan citra desa saja." ucap Zoe sambil melirik Rose.
"Hei, aku tidak kecil! Maksudku aku bukan anak-anak. Aku tidak nakal, aku hanya tidak suka diatur." Rose kesal dan pergi ke bartender untuk mendapatkan minuman.
Seorang pelayan tidak sengaja menabraknya dari belakang dan menumpahkan ice coffee di dress nya.
"Maafkan saya nona, saya tidak melihat anda. Anda begitu kecil. Maksudku, maaf saya tidak melihat anda." Ucap pelayan.

Zoe melihat kejadian itu menghampiri Rose. Pinggul Rose kotor berwarna coklat. Segera Zoe melepaskan jaketnya dan melilitkannya ke Rose. Gadis itu kaget menoleh ke belakang. Zoe begitu tinggi, dilihatnya wajah Zoe. Mata Zoe sayu menghangatkan, Rose dapat merasakan degup jantung Zoe. Degup jantungnya sama dengan Rose. Feels heart beats fast. Zoe selesai melilitkan jaketnya ke Rose. Wajahnya memerah dan berkata pada Rose untuk berhati-hati.

"Baju bagian belakangmu kotor, jadi aku tutupi sebelum ada orang yang meledekmu." Ucap Zoe. 
"Aku akan mencucinya segera dan memberikannya padamu." ucap Rose.

Mereka membayar makanan dan pulang ke rumah. Ayah dan ibu kaget melihat anak gadisnya pulang bersama seorang lekaki. Mereka menanyai Rose bermacam hal. Zoe hanya tersenyum melihat Rose mencoba menjelaskan detilnya. Setelah berkenalan dengan keluarga Rose, Zoe dan Rose membawa barang belanjaan ke dapur. Orang tua Rose harus kembali menjaga toko kue. Di dapur terlihat nenek kesayangan. Rose memperkenalkan Zoe pada nenek, tapi nenek terlihat takut  dan memilih pergi ke kamarnya. Yah, nenek mungkin tidak terbiasa dengan orang baru. Hal itu yang Rose pikirkan.

"Tunggu ya, aku mau ganti baju dulu." Ucap Rose.
"Aku harus pergi. Besok aku kembali kuliah. Terima kasih ya, aku akhirnya punya kenalan di desa ini. Sampai ketemu nanti." ucap Zoe sambil berjalan keluar rumah.
Langkah Zoe terhenti seseorang menarik kemejanya dari belakang.
"Apa kau akan kembali? Maksudku, bagaimana aku mengembalikan jaketmu?" tanya Rose.
Zoe mengacak-acak rambut Rose dan tersenyum. Hanya itu, tanpa ada satu kata pun Zoe pergi.
'Dasar aneh! Aku tanya, dia malah mainin rambut aku. Menyebalkan.' Pikirnya.

 

*****

 

Perpustakaan adalah tempat terbaik bagi Rose. Liburan sekolah akhirnya tiba. Libur selamanya, Rose lulus dengan peringkat 5 besar. Anak itu dipenuhi keberuntungan, atau mungkin Tuhan mengabulkan salah satu doa ibunya untuk menjadi anak pintar. Dia berlari ke dalam perpustakaan. Ethan yang sedang membawa buku untuk ditata hampir terjatuh ketika Rose langsung menyenggolnya dari belakang.

"Ethan, kau tidak merindukanku?" Tanya Rose.
"Rose kau adalah kehidupan bagiku di penjara ini. Kau benar, rasanya aku akan menikahi buku. Bagaimana kabarmu? Ada hal spesial yang ingin kamu ceritakan?" Tanya Ethan.
"Ayo istirahat dan makan kue ini, aku ingin berkata padamu aku masuk lima besar kali ini." Ucap Rose sambil menggosok hidungnya.
"Wah, kurasa kepintaranku menular. Ini research hebat, harus ku tulis." Ujar Ethan.
"Astagah yang menular dari mu itu bukan kepintaranmu, tapi lelucon payahmu. Akhirnya aku lulus ujian juga. Tidak ada kau di sana, masa sekolahku suram." Ujar Rose.
"Seharusnya dulu aku jadi guru magang di sana saja ya?" tanya Ethan.
"Jangan bawa namaku untuk merayu gadis lain atau beralasan ingin keluar dari perpustakaan." Tegas Rose memalingkan wajahnya.
"Hahaha, kau sangat tahu aku. Rose, berikan aku kue itu. Tanganku sibuk mencatat dan aku kelaparan sejujurnya." Pinta Ethan.

Tak tanggung Rose menyusupkan 5 kue dari tangannya ke mulut Ethan. Ethan sampai tersedak mencoba melepaskan tangan Rose dan mengigit salah satu jarinya sebagai hukuman.

"Astaga Ethan... itu jorok! Maafkan aku, sungguh ku mohon." ucap Rose sambil mencoba melepaskan pegangan tangan Ethan.
"Kw tdg shrsghna mlwkqn haw iqhu." Ucap Ethan dengan mulut penuh kue.
"Pfft... Apa yang kau katakan?" Tanya Rose.

Ethan segera meneguk minuman dan melanjutkan pembicaraannya.

"Jika kau lakukan itu lagi. Kau akan mencium ketiak ku." Ethan pergi merapihkan kemejanya yang penuh remahan kue.
"Maafkan aku Ethan. Aku becanda. Hei, kau tidak berpikir untuk melanjutkan sekolah?" Tanya Rose.
"Aku ingin menjadi dokter sejujurnya. Aku berbicara pada ayah katanya tunggu kakakku lulus kepolisian dulu. Artinya tahun depan aku baru mulai sekolah. Kenapa kau bertanya seperti itu?" Balas Ethan dengan pertanyaan.
"Aku ingin sekolah hukum. Ingin menjadi putri Alexa selanjutnya." Jawab Rose.
"Kau akhirnya menentukan pilihanmu. Bukan karena lekaki rambut kuning kemarin kan?" Tanya Ethan.
"Zoe? Tahu darimana dia jurusan hukum?" Tanya Rose heran.

Ethan duduk kembali dan melanjutkan pekerjaan merekapnya.

"Kemarin aku tak sengaja melihatnya di toko buku. Berdiri di bagian biografi, sejarah dan peraturan daerah. Awalnya kupikir dia anak sastra, tapi buku yang dia pegang tidak begitu. Aku hanya melihatnya dari luar etalase. Tak lama kau datang ke toko itu. Aku ingin menyapa tapi ayahku membutuhkan aku segera dalam penelitiannya." Jawab Ethan.
"Luar biasa, analisamu hebat." Balas Rose.
"Jadi kalian akhirnya berkencan? Kamu serius melakukan itu padaku Rose?" Tanya Ethan.
"Ethan... aku tak sengaja bertemu dan aku menyuruhnya membantu ku membawa barang titipan ibu. Akhirnya aku bisa memerintah orang lain selain kau Ethan. Hahaha." Jawab Rose.

Ethan menghampiri Rose dan menatapnya dengan sungguh-sungguh.

"Rose kamu tau, kamu tidak perlu memerintah orang lain. Ada aku. Saat kau butuh teman, datang padaku. Saat butuh bantuan, aku siap Rose. Aku harap hanya aku satu-satunya yang mendapat kue spesialmu. Jangan berikan pada orang selain aku." Pinta Ethan dengan tegas.

Rose bingung melihat tingkah Ethan toples kue ditangannya pun dijadikan senjata. Dia mendorong wajah Ethan darinya dengan memasukan beberapa potong kue saat Ethan mulai berceloteh kembali.
"Ini kue spesialmu. Kamu boleh ambil semua. Akan ku buatkan seribu kue spesial untukmu." Jawab Rose.
Ethan membuang kue itu dari mulutnya. Dia memegang kapala Rose dan mendekatkan wajahnya ke wajah Rose. "Kamu sudah ku peringatkan." tegur Ethan.

Ethan mendekatkan kepala Rose ke ketiaknya. Rose menolak dan mendorong Ethan. Sayangnya Ethan lebih kuat dari Rose. Terpaksa Rose menendang kaki Ethan dan membuatnya jatuh.

BRUK.

Ethan jatuh ke sisi Rose. Rose menatap mata Ethan. Mata itu menunjukkan emosi yang kuat. Jantung Rose berdegup kencang. Rose tidak pernah berada di posisi itu. Satu hal yang mengganggunya.

Wajah Ethan semakin mendekat.

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Suara Kala
6956      2246     8     
Fantasy
"Kamu akan meninggal 30 hari lagi!" Anggap saja Ardy tipe cowok masokis karena menikmati hidupnya yang buruk. Pembulian secara verbal di sekolah, hidup tanpa afeksi dari orang tua, hingga pertengkaran yang selalu menyeret ketidak bergunaannya sebagai seorang anak. Untunglah ada Kana yang yang masih peduli padanya, meski cewek itu lebih sering marah-marah ketimbang menghibur. Da...
FAMILY? Apakah ini yang dimaksud keluarga, eyang?
227      190     2     
Inspirational
Kehidupan bahagia Fira di kota runtuh akibat kebangkrutan, membawanya ke rumah kuno Eyang di desa. Berpisah dari orang tua yang merantau dan menghadapi lingkungan baru yang asing, Fira mencari jawaban tentang arti "family" yang dulu terasa pasti. Dalam kehangatan Eyang dan persahabatan tulus dari Anas, Fira menemukan secercah harapan. Namun, kerinduan dan ketidakpastian terus menghantuinya, mendo...
Aku, Kamu Dan Dia
58      55     0     
Short Story
"Apa yg kau lakukan?? " Teriak Rein dengan suara serak nya. "Maaf, aku akan tanggung jawab atas perbuatan ku. " Ucap Raka dengan raut wajah yg datar. Apa yg sebenarnya terjadi ??? ##
Bee And Friends 2
3155      1064     0     
Fantasy
Kehidupan Bee masih saja seperti sebelumnya dan masih cupu seperti dulu. Melakukan aktivitas sehari-harinya dengan monoton yang membosankan namun hatinya masih dilanda berkabung. Dalam kesehariannya, masalah yang muncul, ketiga teman imajinasinya selalu menemani dan menghiburnya.
Puncak Mahiya
601      437     4     
Short Story
Hanya cerita fiktif, mohon maaf apabila ada kesamaan nama tempat dan tokoh. Cerita bermula ketika tria dan rai mengikuti acara perkemahan dari sekolahnya, tria sangat suka ketika melihat matahari terbit dan terbenam dari puncak gunung tetapi semua itu terhalang ketika ada sebuah mitos.
13 AGUSTUS
607      409     0     
Short Story
XIII-A
884      631     4     
Inspirational
Mereka bukan anak-anak nakal. Mereka hanya pernah disakiti terlalu dalam dan tidak pernah diberi ruang untuk sembuh. Athariel Pradana, pernah menjadi siswa jeniushingga satu kesalahan yang bukan miliknya membuat semua runtuh. Terbuang dan bertemu dengan mereka yang sama-sama dianggap gagal. Ini adalah kisah tentang sebuah kelas yang dibuang, dan bagaimana mereka menolak menjadi sampah sejar...
MANGKU BUMI
159      149     2     
Horror
Setelah kehilangan Ibu nya, Aruna dan Gayatri pergi menemui ayahnya di kampung halaman. Namun sayangnya, sang ayah bersikap tidak baik saat mereka datang ke kampung halamannya. Aruna dan adiknya juga mengalami kejadian-kejadian horor dan sampai Aruna tahu kenapa ayahnya bersikap begitu kasar padanya. Ada sebuah rahasia di keluarga besar ayahnya. Rahasia yang membawa Aruna sebagai korban...
Late Night Butterfly
35      32     0     
Mystery
Maka sejenak, keinginan sederhana Rebecca Hahnemann adalah untuk membebaskan jiwa Amigdala yang membisu di sebuah belenggu bernama Violetis, acap kali ia memanjatkan harap agar dunia bisa kembali sama meski ia tahu itu tidak akan serupa. "Pulanglah dengan tenang bersama semua harapanmu yang pupus itu, Amigdala..." ucapnya singkat, lalu meletupkan permen karet saat langkah kakinya kian menjauh....
Si Cabai Nakal
509      324     5     
Short Story
Kira-kira, kenapa ya disebutnya si Cabai Nakal? Apakah ini berkisah tentang seonggok cabai?