Read More >>"> Secret World (BAB 3 : Mike Rodriguez) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Secret World
MENU
About Us  

Kesenangan adalah yang utama. Bagi Mike, kesenangan bukan lagi sekedar keinginan. Namun, sebuah kebutuhan yang setara dengan udara untuk bernafas. Karena itulah dia selalu risih melihat kakaknya yang memiliki wajah cemberut permanen. Ingin rasanya dia menata ulang wajah itu. Memilin bibirnya agar tertarik untuk membentuk sebuah senyuman. Tapi tentu saja, dia tak pernah bisa melakukannya. Kakaknya terlalu kaku untuk diubah, apalagi dalam kategori periang ekstrem sepertinya. Dan mungkin, jika ada ramuan untuk merubah sikap kakaknya walau hanya sementara. Dia akan dengan senang hati membelinya.

Sekolah adalah satu dari segala hal yang menurutnya membosankan. Pelajarannya sulit. Tapi ada beberapa yang dia sukai. Dia dan saudaranya tidak sekolah satu atau dua kali. Mereka selalu keluar masuk sekolah, setiap mereka pindah wilayah. Namun semembosankan apapun itu sekolah, dia harus tetap memiliki kesenangan. Dan kencan adalah salah satunya.

Mike bersiul pelan. Menatap kumpulan cewek manis yang mengintip dari jendela. Beberapa cowok yang geram dengan kedatangan mereka. Mungkin cemburu. Dan pemikiran itu membuat Mike terkikik geli. Para manusia yang cemburu dengan mereka saat pacar-pacar mereka beralih mengaguminya. Bahkan ada yang ekstrem menyatakan cinta mereka. Wow... itu menyenangkan. Seperti kata Stephen. Dia menyukainya. Cewe-cewe disini manis. Kulit pucat, karena kurangnya matahari. Dan beberapa atletis. Khas manusia kota hujan.

"Kau tahu Jason?" Jason mendelik kesal. Menatap Mike yang buka suara di koridor menuju ruang guru. "Mereka kelihatan enak," yang dibalas dengan sikutan di ulu hati oleh Stephen ketika Mike menjilat bibirnya sendiri. "Ouch ..."

"Jaga perilakumu, Mike," desis Stephen serius.

"Oke, deh."

Mike mengangkat bahu acuh. Agak bersyukur karena yang menyikut ulunya itu Stephen. Karena jika itu Jason, dia tak yakin bisa melanjutkan perjalanan. Jason tidak pernah mencoba untuk mengendalikan kekuatannya bila dia ingin melakukannya. Berbeda dengan Stephen yang selalu dengan hati yang baik mengurangi kekuatannya.

Matanya menggerayangi kelas seolah dia memiliki keinginan sendiri. Yang kemudian menemukan gadis Pirang dikucir kuda di depan ruang guru. Membawa setumpuk buku. Terlihat seperti seseorang yang sangat memerlukan bantuan. Dan dengan gentle dia mendahului saudaranya dan mengambil alih tumpukan buku. Memberi kedipan kecil padanya, berharap respons manis dari cewe itu.

"Mike?!" Stephen memperingatkan. Sementara Mike mengacuhkannya seperti angin lalu.

Dilihatnya penampilan, pita rambut pink. Jaket pink. Mata biru laut. Tubuh tinggi semampai, terlihat seperti seorang atlet karate wanita. Dia mengingatkannya pada Kate, kecuali aura yang dikeluarkanya lebih seperti Stephen ditambah bumbu tegas. Wajah yang anggun namun cukup keras. Dahi berkerut cukup kesal. Hidung kecil yang mancung, minta ditarik. Pipi cubby. Uh ... dia modis.

Tipikal anak orang kaya tapi sederhana, dengan jeans semata kaki, dan sepatu olah raga berwarna pink yang membuatnya tampak imut. Mungkin anak yang sering ditinggal orang tuanya. Dia terlihat lebih dewasa, seperti orang yang seharusnya duduk di bangku kuliah alih-alih anak SMA. Dia benar-benar seperti Stephen terlihat dewasa sebelum waktunya.

"Mike siap membantu, Nona."

Mike membungkuk layaknya pangeran dari negeri dongeng. Memberikan senyum terbaiknya. Meskipun cewek itu cuma memandang datar. Seolah dia sudah sering sekali melihat seseorang seperti Mike, dan tahu betul cara menanganginya.

Dia mendesah, mengambil catatan ditumpukan buku teratas yang dibawa Mike dan membacanya teliti. "Rodriguez bersaudara," katanya membuat Mike dan yang lain berjengit kaget. Sedangkan Stephen sudah terpaku menatap gadis itu tanpa berkedip. Mike bingung, ada apa dengan adiknya? Jika dia haus sekarang, sepertinya nggak mungkin deh. Stephen yang paling 'bersih' di antara mereka semua. Berterimakasihlah pada sikap tak tegaan milik Stephen, yang tidak dipunyai kedua saudaranya. "Aku sudah memperkirakan salah satu dari kalian akan bersikap seperti ini. Tapi maaf, Mike ... Aku tidak seperti wanita lain yang akan terpesona melihatmu tebar pesona. Tapi jika kau berkenan membawakan itu. Aku akan berterimakasih."

Mike mengerjap. Dia adalah wanita pertama yang bersikap begitu padanya. Bahkan semasa dia menjadi manusia, dia sudah terbiasa dengan respon manis cewek yang digombali. Apa lagi sampai membantu seperti ini. Dia seperti baru kehilangan seluruh ketampanannya, padahal dia yakin ketampanannya masih tertempel manis di mukanya. Atau auranya sebagai seorang lelaki gentle hilang?

Tidak, itu tidak masuk akal. Kecuali seserang yang sudah bertemu dengan pasangannya, karena bila vampir menemukan pasangannya hatinya hampir tak mungkin lagi berlabuh, termasuk manusia yang menjadi pasangan vampir akan bersikap demikian. Jadi intinya, menolak pesona Mike itu hampir tidak mungkin.

Jason tertawa dalam diam. Membuat Mike melempar tatapan jengkel padanya. Meski dia tahu Jason jarang tertawa, tapi sekalinya tertawa itu menyakitkan. Karena itu akan terjadi jika Mike dipermalukan. Jason benar-benar tahu cara membuat Mike sebal.

"Jadi, kenapa kau di depan ruang guru?" Stephen mengambil perhatian si cewek pink. Sedikit gugup meski tertutup sempurna dengan sifat kalemnya. Bahkan Mike cukup kesulitan untuk memilah ekspresi yang dia punya. Baik Jason maupun Stephen, sama-sama hebat menyembunyikan ekspresi mereka. Berbeda dengannya yang langsung menguarkan segala perasaan dalam ekspresinya. Jadi, jangan salahkan dia jika sering keceplosan. "Oh dan maaf, siapa namamu?"

"Kau pasti Stephen Rodriguez, dan ini Jason." katanya. Menunjuk Stephen dan Jason bergantian. Stephen mengangguk, sedangkan Jason hanya mengabaikannya saja. "Samantha Nelson. Aku ketua OSIS disini. Aku diminta untuk mengantar kalian ke kelas masing-masing. Kurasa guru di ruang tata usaha sudah memulai rapat mereka, karena kalian terlambat. Tapi, kalian sudah menyelesaikan semua urusan dan dokumen, jadi aku hanya perlu menunjukkan kelas kalian. Aku, dan Jason ada di 2A. Mike kau di 2C, dan Stephen 2B. Aku akan menjelaskannya sambil jalan."

Jason mendengus, wajahnya jelas sekali ketara kalau dia sedang merasa tidak nyaman. Mike rasa alasannya adalah dia mendapati cewek pink di depannya itu sebagai teman sekelasnya. Mike terkikik geli. Kakaknya memang antisosial tingkat akut. Jadi tidak heran mendapati cewek galak, namun ramah, dan kelihatannya bakal sering mengganggunya dengan tetek bengek kelas, jadi teman sekelasnya. Hell no ... Mike tahu betul Jason suka sendirian dan tidak pernah mau diganggu.

Dengan lima buku tebal yang dibawanya, Mike berjalan mengikuti mereka di barisan paling belakang. Berjalan dengan gaya sok keren, tidak mau turun harga diri meski membawa setumpuk buku. Malah dia ingin cari perhatian dengan 'Mike yang dengan senang hati membantu cewek cantik'. Mike akui dia badboy. Suka kencan sana sini. Paling susah mengontrol diri. Tak heran jika dia yang paling buas diantara mereka bertiga.

Mike tahu Jason melewati masa lalu yang bahkan dia sembunyikan dari keuda adiknya. Mungkin suram atau bahkan menyeramkan. Bisa jadi Jason lebih buas darinya, dulu. Tapi yang pasti adalah sekarang. Mike lah yang paling buas. Mike lah yang paling sering membawa masalah. Bahkan kemarin Mike hampir memangsa seorang gadis yang terjatuh ditempat yang salah, dan waktu yang salah. Hanya karena darahnya terlampau menggoda untuk dicicipi.

Mike yang berdiri di salah satu atap rumah penduduk setelah kabur dengan alasan jalan-jalan. Sejak sebulan yang lalu mereka sampai disini. Karena Mike tak tahu tentang tetek bengek pendaftaran sekolah dia hanya bisa diam diri di rumah. Tentu saja dia bosan. Siapa yang tidak bosan jika seorang hiperaktif berdiam diri dirumah? Tentu Mike akan segera meninggalkan rumah, setelah meletakkan catatan di meja. Dia yakin kakaknya akan mencari dan menyeretnya pulang. Tapi dia tak peduli.

Ini jalanan yang padat penduduk. Kota ini memiliki rumah bergerombol kemudian di sekat tanah kosong luas ke deretan rumah lainnya. Disini rumah-rumah saling berdempetan, dan hanya dipisahkan oleh sekat lima inchi antar dinding.

Mike menghela nafas. Ini sama membosankannya seperti dirumah. Hujan yang tidak kunjung berhenti membuatnya basah kuyup. Topi miringnya jadi menyebalkan untuk dipakai. Tapi dia enggan untuk melepaskan. Menarik nafas dalam, sebelum terkesiap dengan apa yang dirasakannya. Sebuah darah termanis yang pernah dia cium.

Matanya reflek berubah sewarna langit cerah. Menyapu gang-gang kecil untuk melihat sekeliling. Mencari mangsa yang dengan bodohnya telah mengaktifkan sisi buas yang mati-matian ditahannya. Angin bergerak kencang seperti biasa ketika dia kembali tak bisa mengendalikan dirinya. Berputar seperti tornado kecil, dan menyapu dedaunan di sekitarnya.

 Mulutnya tertarik senang. Menyeringai ketika menemukan apa yang sedari tadi dicarinya. Seorang cewek yang hanya bisa dia lihat samar-samar. Mike sedikit terkejut, bagaimana darah manusia sejauh hampir satu blok dari tempatnya berdiri menghantam hidungnya dengan kuat? Apa indra penciumannya terlalu sensitif?

Mike menggelengkan kepalanya. Mengenyahkan berbagai pikiran yang menganggungnya. Menjadikannya hanya memiliki satu tujuan, memakan gadis itu. Dia melompat turun. Siap untuk menerjang, dan memakan habis cewek malang yang berada ditempat yang salah, dan waktu yang salah.

Sebaiknya salahkan takdir yang membuatnya harus tewas ditangannya. Tewas untuk memenuhi hasrat buasnya. Namun sebelum dia menerjang cewek itu, tangan kokoh menarik jaketnya. Membuatnya tak bisa menjalankan keinginannya, dan malah membuatnya berkeringat dingin.

Pelan-pelan ditolehkannya kepala untuk melihat seseorang yang dengan kasar menghentikan gerakannya. Seseorang yang dia tahu betul siapa itu, bahkan tanpa perlu menoleh. Namun dia memastikan, berharap meski mustahil pikirannya itu salah. Akan tetapi tetap saja, hanya satu orang yang mampu dan mau menghentikannya dengan kasar. Siapa lagi jika bukan kakaknya. Jason Rodriguez.

"Berhenti bersikap bodoh!" Jason mendesis sarat akan rasa marah yang membuatnya bergidik ngeri. Matanya yang kelam, terasa dingin seperti ular. Dia merasa seperti tikus kecil yang tak bisa kabur dari terkaman sang pemangsa. "Kau benar-benar menyusahkan," gerutunya.

Ludah diteguk paksa. Mata Mike dengan sendirinya kembali kewarna semula. Diikuti dengan angin yang semakin menghilang. Mungkin orang-orang terbangun karena angin yang dibuat Mike.

"Tapi aku lapar, kak." rengeknya.

Diliriknya cewe tadi. Terlihat linglung, namun kemudian berjalan pergi meninggalkan tempatnya terjatuh. Membuat Mike mendesah kecewa sekaligus lega. Kecewa karena mangsanya pergi darinya. Dan lega karena ia menang dari pertarungannya dengan sisi buasnya. Meski dengan bantuan kakak pemarahnya. Dan dia tahu sebentar lagi hukuman dari kakaknya akan menanti. Setidaknya dia bisa mencatat hari ini dengan kata-kata ‘aku berhasil menahan diri untuk memangsa darah yang sangat manis’ untuk dia sombongkan di masa mendatang.

"Sudah kukatakan untuk tidak membunuh orang!"

Mike memekik ketika Jason menariknya paksa. Membawanya pulang dengan kecepatan di atas rata-rata. Dengan sedikit kepayahan Mike mengangkat dirinya. Mengambar beberapa centi di udara. Tidak ingin diseret di tanah dengan kecepatan setara cahaya. Kakaknya memang gila. Mike mengakui itu, meski dia takkan mampu mengatakannya secara langsung. Dia masih menyayangi nyawanya.

Pintu rumah ditendang keras. Menimbulkan bunyi berdebum kencang, dan membuat Mike meringis pelan. Kakaknya sedang marah. Ingatkan Mike untuk meminta maaf pada engsel pintu yang menjadi korban. Mike kembali memekik, saat Jason melemparnya kedalam seperti boneka yang tak lagi dipakai. Membuatnya meluncur mulus dan berhenti setelah menabrak meja yang membuat kaki-kakinya patah, sebelum punggungnya mencium dinding. Mike mengerang. Bangkit berdiri, dan menatap Stephen dengan mata berkaca-kaca. Karena dia takkan menang jika menatap bengis Jason. Kemampuan bertarung Jason sama sekali tak bisa dibandingkan dengannya.

Stephen meletakkan bukunya. Menghela nafas, dan menatap Mike yang membuatnya sedikit girang. Stephen pasti membantunya lepas dari hukuman mengerikan Jason.

Stephen mengangkat sebelah alisnya, "Ada apa? Kau lepas kendali lagi?”

Mike mengangguk. Seperti anak kucing yang patuh pada majikan. Minta belas kasihan dari pada dilemparkan pada anjing mengerikan yang dinamakan Jason. "Habis darahnya manis." rajuknya, yang kemudian berjengit ketika merasakan tatapan menusuk dari Jason.

Stephen menghela nafas. Mengambil kantung darah yang belum diminumnya. Kemudian melemparkannya pada Mike. Mike menangkapnya dengan mudah. Segera menyesap isinya hingga habis tak tersisa dalam satu tegukan. Mike menyerngit. Rasanya jadi hambar. Darah pendonor yang sudah lama diambil. Tak cukup segar, sehingga dia tak cukup puas.

Ini adalah darah yang dibeli dari internet atau dicurinya dari rumah sakit-rumah sakit. Satu dari pilihan lain agar mereka tak membunuh orang. Meski Mike lebih memilih darah ini dari pada darah binatang, dia tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya darah hewan. Tapi setelah merasakan bau darah gadis itu yang begitu nikmat. Mike merasa sedang meminum susu basi, meskipun dia sudah lupa bagaimana rasanya susu, dan dia tidak pernah minum susu basi.

Jason melenggang pergi ke kamarnya. Membuat Stephen maupun Mike menyerngit heran. Ada apa dengan Jason? Dia tidak pernah sebaik ini sehingga luput untuk menghukum Mike. Rasanya ada yang salah dengannya.

"Kau mau Jason?"

"Tidak."

"Dinginnya," gumam Mike. Menatap Jason yang masih berjalan ke kamarnya. Dan tersentak ketika pintu kamar kakaknya ditutup kencang. Debumnya yang kencang bahkan terdengar sampai ke bawah. Mike bertukar pandangan dengan Stephen. "Dia beneran marah?"

"Jangan terlalu menggodanya, Mike!" Stephen mengingatkan Membantu Mike berdiri, dan kembali membuka buku yang tadi dilupakannya. Mike menyerngit, lalu tersenyum lebar dan mengoceh. "Darahnya sangat manis, Bung. Aku tak bisa menahan diriku."

Stephen mendengus. "Jalankan kesepakatan kita dengan baik, Mike," tegurnya. "Kau ingin pindah lagi?"

Mike mengangkat bahu. "Tidak," katanya. "Apalagi setelah kita baru sampai."

Stephen terkekeh, "Tidur sana!" perintahnya. Yang kemudian meninggalkan Mike untuk menuju ke kamarnya. Menatap pintu sebentar, kemudian mengangkat bahu. Mike tahu apa yang dipikirkan Stephen sekarang. Pintu itu tak bisa ditutup lagi. Dan Mike hanya terkekeh bila mengingatnya.

Stephen menyikut ulunya lagi. Memberinya peringatan tersirat. Mike hanya terkekeh, menjulurkan lidahnya. Dan membuat Stephen mendengus. Mike tak tahu apa saja yang diceritakan Samantha disepanjang koridor. Dia terlalu banyak melamun.

Namun ia segera tahu ketika melihat papan nama 2C di atas pintu kelas yang hampir dilaluinya. Di ujung koridor dekat dengan tangga. Sedikit tidak menyenangkan, tapi jika melihat kelas lain, mungkin ini lebih baik. Di lantai dua dekat dengan studio music. Dan Mike akan dengan senang hati menghabiskan jam makan siang di dalam sana. Karena dia tidak makan.

"Mike ini kelasmu," katanya. Kembali mengambil alih buku yang dibawa Mike. Mike menyerngit pelan, ketika melihat sang guru telah mengajar. "Dan Mr. Burner sepertinya sudah mengajar. Masuklah! Yang lain ikut denganku!"

Mike tak sempat memprotes, karena Stephen kembali memperingatkannya. Mengucapkan kata 'Jaga sikapmu' tanpa suara. Sedangkan Jason hanya mendengus kesal. Mungkin dia cukup bosan. Mike tersenyum lebar. Membungkuk seperti pangeran abad 19, sebelum mendapat peringatan jelas dari Jason. Kebiasaannya sebagai cowok gentle abad 19, kembali. "Kau seratus tahun terlalu muda untuk melakukan gerakan itu, Mike."

Mike menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal gugup. Dia tidak menyangka kalau cewek ini bakal mengenali gerakannya. "Aku suka film yang berlatar di tahun itu, nona. Maafkan aku. Aku tak terfikir olehku, kau tahu tentang gerakan ini."

Samantha mendengus. Dia segera melanjutkan  langkahnya untuk ke kelas sebelah, Mike bisa melihat papan tanda 2B disana, dan 2A di sebelahnya lagi. Kelas lainnya berada di depan kelas mereka, sibuk dalam kegiatan ajar mengajar. Setelah mendapat peringatan dari Jason, dan Stephen, Mike memilih untuk segera masuk. Uhh... Hari ini mungkin cukup berat untuknya. Dan dia berharap untuk tidak keceplosan lagi nanti.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    baca prolognya sebentar berasa lg settingan film twilight, kota hujan hehe. but nice story, kusampai terlarut dalam pensetinggan. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter BAB 1 : Olivia Hale
Similar Tags
AUNTUMN GARDENIA
113      97     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
SILENT
4787      1449     3     
Romance
Tidak semua kata di dunia perlu diucapkan. Pun tidak semua makna di dalamnya perlu tersampaikan. Maka, aku memilih diam dalam semua keramaian ini. Bagiku, diamku, menyelamatkan hatiku, menyelamatkan jiwaku, menyelamatkan persahabatanku dan menyelamatkan aku dari semua hal yang tidak mungkin bisa aku hadapi sendirian, tanpa mereka. Namun satu hal, aku tidak bisa menyelamatkan rasa ini... M...
Life
258      177     1     
Short Story
Kutemukan arti kehidupan melalui kalam-kalam cinta-Mu
Viva La Diva
571      368     0     
Short Story
Bayang mega dalam hujan
Heliofili
1652      841     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
Until The Last Second Before Your Death
431      308     4     
Short Story
“Nia, meskipun kau tidak mengatakannya, aku tetap tidak akan meninggalkanmu. Karena bagiku, meninggalkanmu hanya akan membuatku menyesal nantinya, dan aku tidak ingin membawa penyesalan itu hingga sepuluh tahun mendatang, bahkan hingga detik terakhir sebelum kematianku tiba.”
Creepy Rainy
400      265     1     
Short Story
Ada yang ganjil ketika Arry mengenal Raina di kampus. Fobia hujan dan bayangan berambut panjang. Sosok berwajah seperti Raina selalu menghantui Arry. Apakah lelaki itu jatuh cinta atau arwah mengikutinya?
Musyaffa
94      80     0     
Romance
Ya, nama pemuda itu bernama Argya Musyaffa. Semenjak kecil, ia memiliki cita-cita ingin menjadi seorang manga artist profesional dan ingin mewujudkannya walau profesi yang ditekuninya itu terbilang sangat susah, terbilang dari kata cukup. Ia bekerja paruh waktu menjadi penjaga warnet di sebuah warnet di kotanya. Acap kali diejek oleh keluarganya sendiri namun diam-diam mencoba melamar pekerjaan s...
Tower Arcana
719      523     1     
Short Story
Aku melihat arum meninggalkan Rehan. Rupanya pasiennya bertambah satu dari kelas sebelah. Pikiranku tergelitik melihat adegan itu. Entahlah, heran saja pada semua yang percaya pada ramalan-ramalan Rehan. Katanya sih emang terbukti benar, tapi bisa saja itu hanya kebetulan, kan?! Apalagi saat mereka mulai menjulukinya ‘paul’. Rasanya ingin tertawa membayangkan Rehan dengan delapan tentakel yan...
Hanya Untukku Seorang
870      447     1     
Fan Fiction
Dong Hae - Han Ji bin “Coba saja kalo kau berani pergi dariku… you are mine…. Cintaku… hanya untukku seorang…,” Hyun soo - Siwon “I always love you… you are mine… hanya untukku seorang...”