Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Friends of Romeo and Juliet
MENU
About Us  

Di sanggar, aku lebih diam dari biasanya. Pak Ageng kelihatan cemas, tapi tidak mengatakan apa-apa. Beliau tetap mengarahkanku dengan caranya yang biasa. Bahkan komentarnya lebih tajam soal lukisan cat posterku kali ini.

“Nggak biasanya kamu pake warna merah menyala begini.”

“….Kalau api memang warnanya ini kan pak?”

Pak Ageng tertawa. Aku hanya heran menatapnya.

“Oalah nduk…nduk! Yang masih sekolah harusnya lebih pinter dan lebih polos! Tapi ini mah kebangeten polosnya!” beliau menggeleng-geleng. Aku memang sedang mencoba tema yang tidak biasa kusentuh. Bencana alam. Lebih tepatnya hutan yang terbakar. Karena pakai cat poster, harus sekali jadi. Tidak kusangka beliau malah mengkritik habis-habisan karyaku yang kukerjakan dengan penuh konsentrasi hari ini.

“Api itu kan bisa macem-macem. Api kompor gas aja warnanya biru, malah lebih puanas.” Beliau duduk di bangku kayu di sebelahku. Bertahun-tahun aku dimentorinya, beribu kali kami berhadapan, baru kali ini kusadari betapa tuanya Pak Ageng. Tua dengan wajah penuh keriput, namun masih berseri-seri.

“Ada lagi api warnanya putih, noh, di atas sono,” Pak Ageng menunjuk ke atap, maksudnya mau menunjuk bintang di langit.

“…Kalau kebakaran hutan kan memang merah pak, apinya,” aku mencoba berargumen, entah lemah, entah kuat. Pak Ageng malah nyengir.

“Oke lah, kalau soal apinya warna merah….boleeeh….” Beliau menunjuk bagian dasar api di kertasku, “kalau warna hitam ini maksude opo?”

Diamlah aku, “Itu….tanaman-tanaman yang terbakar pertama, yang ada di dasar….kalau sudah jadi arang kan, hitam…”

Pak Ageng menggeleng-geleng, “kamu membenarkan dengan alasan sains. Bukan dengan alasan hati.”

Aku menatap lukisan itu, dua jam kucurahkan perhatian penuh. Dua jam aku tidak bersenandung seperti biasa, atau memikirkan baik-baik warna yang kuinginkan. Hampa, itulah yang kurasakan dari lukisan itu. Hanya potret alam yang mana tidak ada diriku di sana.

“Marah pas ngelukis…eh, kebalik ya? Ngelukis pas marah…. boleh. Boleh banget, malah! Van Gogh aja terkenal temperamental, tho? Setiap pelukis punya gayanya sendiri. punya inspirasi sendiri. Bapak ndak akan mengarahkan kamu ke inspirasi bapak. Selama ini mana ada bapak kasih tema-tema dan harus saklek tema itu? Ndak ada tho?”

Aku menggeleng.

“Nah, yang ada bapak memang memberi latihan. Latihan itu dasarmu untuk membentuk gayamu sendiri supaya matang. Ya pewarnaannya, ya tekniknya, ya pola pikir. Pelukis berbakat? Banyak! Ngeluwihi butiran garem yang ibukmu masukin ke sop!” beliau terkekeh, aku tersenyum sedikit, “Tapi karena berbakat itu malah jadi sombong, ngerasa ndak perlu yang namanya dasar-dasar, besik-besik (basic, koreksiku) itu! Nah, kan ciloko! Bapak ndak mau kamu begitu. Melukis itu pakai hati, tapi juga diseimbangkan dengan berpikir. Semua seni itu begitu. Nggak Cuma indah, tapi bermakna dan maknanya harus bisa ditangkap orang lain, bahkan kalau bisa memberi manfaat untuk orang yang ngeliat. Sekarang ini, kamu cuma mikir. Marah. Tapi marahnya mbok jejeli ke sudut ati dulu, penting ngelukis! Iya tho?”

Aku meringis.

“Yah….ndak apa-apa sih, asal ndak setiap saat aja. Hancur nanti bakatmu.” Sekarang beliau serius, “masalah cowok ya, nduk?”

Aku terdiam. Sebenarnya dibilang begitu sih, iya juga. Tapi masalah utamaku…

“Akar masalahnya….itu dan temen saya pak…”

“Yang blasteran kadang nemenin kamu itu?”

Aku mengangguk. Melihat ketulusan Pak Ageng, yang sudah menganggapku bagai cucunya sendiri, air mataku tumpah beserta kata-kata curahan hati. Ceritaku dan kak Dilar, soal Yuki dan Hamka, bahkan soal memalukan dimana Kak Yosi hampir memaksakan dirinya padaku, aku sudah tidak tahan lagi menyimpan semuanya. Barangkali, aku beruntung punya mentor seperti Pak Ageng yang tidak berhubungan langsung dengan kehidupanku sebagai murid SMA. Beliau menaruh satu tangan di bahuku untuk menenangkanku sambil mengambil satu kotak tisu.

“….kamu tau Aufheben?”

Tidak pernah lagi aku terkejut kalau tiba-tiba bapak yang satu ini nyerocos dalam bahasa lain. Pernah suatu hari, kenalannya sesame seniman datang, dan mereka nyerocos saja dalam bahasa yang akhirnya kutahu Bahasa Jerman dan Belanda sekaligus. Jangan dikira hanya para eksekutif perusahaan besar yang harus menguasai bahasa asing, para seniman punya caranya masing-masing untuk belajar banyak hal. Tidak hanya mengeluarkan output, mereka juga harus menjaga input kreativitas dengan mempelajari banyak hal.

Kembali ke pertanyaan Pak Ageng, aku menggeleng.

“Aufheben itu persatuan dua konsep yang mencolok di tingkat tinggi. Misalnya…ini,” beliau menunjuk bagian api lukisanku, “ini api kan? Tapi kamu lukis pakai air, kan? Kertas ini juga dibuat dari pohon, eh….kamu gambarin pohon lagi!”

Mau tidak mau aku tersenyum mendengar ironi yang dicontohkannya.

“Biasanya Aufheben itu soal teknik. Di olahraga, atau pas ada ilmuwan meh gabungke dua teori sing beda banget. Tapi menurut Bapak, justru jauh…jauh…lebih sederhana.”

“Api dan air, laki-laki dan perempuan…mereka beda jauh, tapi bisa bersatu juga kan? Nggak bermaksud ngomong sing jorok-jorok, lho ya….” Pak Ageng mewanti-wanti. Aku mengangguk paham, masih tersenyum, nyengir malah.

“Kejahatan dan kebaikan…sekilas juga nggak bisa disatukan, tapi….sek…sing iki rodo angel, opo yo contohe? Oh ono siji! Polisi! Polisi meh kerja sak apik-apike, musti pernah salah. Pernah kerja sama bareng penjahat.”

“Penjahat ya padha wae, sekotor-kotornya duit sing diklumpuke, kalau disumbangkan dengan niat sedekah, Gusti Allah dan yang nerima niat itu, berkehendak! Uang siapapun dan bagaimanapun cara mendapatkannya, kalau niatnya disedekahkan kepada yang membutuhkan, ya jadi uang bersih. Dan memang bersih! Karena bagian yang disedekahkan itu dinilai bersih, yah…masih tergantung Gusti Allah, tapi yo, ngono lah, ngerti tho maksudku?”

Aku sudah merasa lebih baik, meskipun ngawur kemana-mana, nasihat Pak Ageng selalu mengena di bagian fundamental. Di dasar. Bukan siapa yang salah dan siapa yang benar. Masalahnya adalah apakah Yuki mau mendengarku atau tidak. Dan apakah kami bisa saling memaafkan atau tidak. Memang hubungan dan persahabatan kami tidak akan sama setelah ini, tapi memang begitulah hubungan manusia kan? Harus sama-sama berusaha…

“Oh, ada contoh lagi, nih!” aku meringis, sudah tahu ceramah panjang beliau akan menyebar kemana-mana. Tapi karena edukatif, kudengarkan saja.

“Api kebakaran hutan itu tidak selamanya buruk. Memang ada sisi buruknya, jadi ada kabut asap lah, hewan-hewan lari, mati…tapi yang hebatnya, ada pohon namanya giant sequoia, salah satu species pohon yang hidup sampai ratusan tahun dan termasuk pohon terbesar di dunia, justru butuh! Butuh api kebakaran hutan itu biar bijinya meledak! Menebar benih, jadi memang mereka cuma bisa berreproduksi pakai cara itu.”

Tuh, kan, edukatif. Aku mengangguk.

“Matur nuwun, Pak, maaf sesi hari ini malah kulo curhat.”

“Wis, rapopo, kamu cucu bapak sing paling sering di sini, masak ndak tak jagain.”

Uh, beliau terang-terangan memanggilku cucunya, aku jadi ingin menangis lagi, karena anak cucu beliau pindah ke luar negeri, jadi beliau jarang bertemu mereka. Hanya sesekali kalau beliau ada undangan ke sana saja.

Setelah pamit pulang, sambil menuntun sepeda mini aku berpikir harus bagaimana. My mind was set, tapi aku belum tahu mau ngapain…

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Senja di Sela Wisteria
447      285     5     
Short Story
Saya menulis cerita ini untukmu, yang napasnya abadi di semesta fana. Saya menceritakan tentangmu, tentang cinta saya yang abadi yang tak pernah terdengar oleh semesta. Saya menggambarkan cintamu begitu sangat dan hangat, begitu luar biasa dan berbeda, yang tak pernah memberi jeda seperti Tuhan yang membuat hati kita reda. “Tunggu aku sayang, sebentar lagi aku akan bersamamu dalam napas abadi...
Guguran Daun di atas Pusara
510      351     1     
Short Story
Cinta Wanita S2
7262      1824     0     
Romance
Cut Inong pulang kampung ke Kampung Pesisir setelah menempuh pendidikan megister di Amerika Serikat. Di usia 25 tahun Inong memilih menjadi dosen muda di salah satu kampus di Kota Pesisir Barat. Inong terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara, ketiga abangnya, Bang Mul, Bang Muis, dan Bang Mus sudah menjadi orang sukses. Lahir dan besar dalam keluarga kaya, Inong tidak merasa kekurangan suatu...
Cinta Semi
2494      1025     2     
Romance
Ketika sahabat baik Deon menyarankannya berpacaran, Deon menolak mentah-mentah. Ada hal yang lebih penting daripada pacaran. Karena itulah dia belajar terus-menerus tanpa kenal lelah mengejar impiannya untuk menjadi seorang dokter. Sebuah ambisi yang tidak banyak orang tahu. Namun takdir berkata lain. Seorang gadis yang selalu tidur di perpustakaan menarik perhatiannya. Gadis misterius serta peny...
Neighbours.
3452      1215     3     
Romance
Leslie dan Noah merupakan dua orang yang sangat berbeda. Dua orang yang saling membenci satu sama lain, tetapi mereka harus tinggal berdekatan. Namun nyatanya, takdir memutuskan hal yang lain dan lebih indah.
Taruhan
61      58     0     
Humor
Sasha tahu dia malas. Tapi siapa sangka, sebuah taruhan konyol membuatnya ingin menembus PTN impian—sesuatu yang bahkan tak pernah masuk daftar mimpinya. Riko terbiasa hidup dalam kekacauan. Label “bad boy madesu” melekat padanya. Tapi saat cewek malas penuh tekad itu menantangnya, Riko justru tergoda untuk berubah—bukan demi siapa-siapa, tapi demi membuktikan bahwa hidupnya belum tama...
Malu malu cinta diam diam
513      377     0     
Short Story
Melihatmu dari jauhpun sudah membuatku puas. karena aku menyukaimu dalam diam dan mencintaimu dalam doaku
THE HISTORY OF PIPERALES
2112      824     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Can You Be My D?
97      87     1     
Fan Fiction
Dania mempunyai misi untuk menemukan pacar sebelum umur 25. Di tengah-tengah kefrustasiannya dengan orang-orang kantor yang toxic, Dania bertemu dengan Darel. Sejak saat itu, kehidupan Dania berubah. Apakah Darel adalah sosok idaman yang Dania cari selama ini? Ataukah Darel hanyalah pelajaran bagi Dania?
Sepi Tak Ingin Pergi
659      399     3     
Short Story
Dunia hanya satu. Namun, aku hidup di dua dunia. Katanya surga dan neraka ada di alam baka. Namun, aku merasakan keduanya. Orang bilang tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan. Namun, bagiku sakit adalah tentang merelakan.