Belum pernah aku merasa sebenci dan sejijik ini.
Begitu Kak Junna meneriakkan nama cewek yang kusayangi, aku langsung menyusul, melihat Yosi sedang…sedang….
Rey menangis. Kancing bajunya, Tuhan….
“He-hey, Dilar sama….”
BUAAK!
“Dilar!” Kak Junna meneriakiku. Terlambat, tinjuku sudah bicara terlebih dahulu. Lima kali, tujuh kali.
“K-kak…udah kak….Kak Dilar…”
Aku terhenti. Rey menangis, memohon. Aku hanya bisa memeluknya erat-erat. Kak Junna menyelimuti Rey dengan jaketnya. Pak Adamas datang dan langsung menindak Yosi. Dan Hamka yang ditanya apakah dia melihat kejadian itu. Dia menjawab,
“Tidak, Pak.”
Aku menatap sohibku dengan tatapan kosong.