Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Friends of Romeo and Juliet
MENU
About Us  

Molor lagi, padahal aku berencana fokus mengurus kafe untuk minggu ini. Kak Yudi akan ke Bandung untuk menghadiri pesta pernikahan temannya waktu SMA. Plus, dianya mau libur sebentar, korupsi 3 hari selain hari undangan, untuk berkeliling kota Bandung. Sebenarnya ada tenaga bantuan, tapi…

Suara tinggi memanggil namaku. Aku berjengit. Hamka menepuk punggungku saja, lalu pergi. Sialan, bukan ditolongin, malah temen dibiarin berkorban!

Suri, salah satu cewek paling centil dan menurutku muka badaknya melebihi Hamka, melambai sok mesra dan bergerak ingin menggelayuti lenganku. Dengan refleks kuberi dia pandangan menghina dan kutarik lengaku sebelum ujung bulu kudukku yang berdiri dipegang olehnya. Dia cemberut sedetik, tapi langsung tersenyum dengan cara, (opininya sendiri pastinya), yang menggoda. Teman-teman OSIS lain pada bersiul. Beberapa menatapku kasihan.

“Dilar….aku takut nih kalau udah malam…anterin yah?”

“Buta ya? Masih terang bego,” aku tanpa rasa kasihan memberinya kata-kata itu.

Namanya juga muka badak. “Iiiih,” (aku berjengit mendengar suara sok imutnya, kok bisa dia tahan sama suaranya sendiri? Melengking, lagi.), “kok gitu sih? Ketua Divkemdip kan harusnya menjaga keselamatan siswa lain….”

Hampir kukatakan kalau sekarang keselamatanku yang dalam bahaya dengan kehadirannya. Aku memutar otak. Padahal kepalaku sedang terasa agak sakit.

“Itu gunanya anggota, ketua divisi bisa mendelegasikan. Pulang sama temenmu sendiri atau kusuruh Adif yang nemenin?” itu ancaman. Adif, anggotaku, mendengar namanya dipanggil langsung melesat kea rah kami dengan berseri-seri. Suri langsung pucat melihat celana kedodoran dan tubuh ceking kecil Adif, lalu menggeleng, “eng…nggak usah deh, Lar. Aku inget ada janji sama Ayu, eng…dah!”

Akhirnya aku bisa bernapas lega, Adif yang prospek cewek minta dijagainnya lenyap tanpa jejak, langsung kembali dengan murung dan kepala menunduk. Aku minta maaf padanya dalam hati, besok biar kutraktir deh. Lumayan juga dia berguna sebagai anggota, bisa kujadiin tameng untuk menghadapi cewek-cewek itu.

Tapi tentu saja, karena aku harus mengembalikan kunci ruangan OSIS ke Hamka yang ngacir mengorbankan sahabatnya, maka aku yang terakhir ada di ruangan untuk memastikan tidak ada anggota yang barangnya ketinggalan di ruang OSIS dan tidak ada orang ketinggalan. Nggak lucu kalau ada yang pingsan nggak ketahuan terus kekunci gara-gara aku.

Si Risa, melambai padaku, pamit. Aku mengangguk padanya. Akhirnya…aku membiarkan kepalaku sedikit rileks. Sakitnya agak terasa lebih kuat sekarang.

“Mmm…”

Aku membuka mata, kulihat ke pintu. Rey. Dia tersenyum, tapi tatapan matanya cemas. “Kak…Dilar nggak papa?”

Kok dia tahu? Hamka aja nggak sadar tadi, meski aku sudah berulang kali memijit dahiku selama duduk di sampingnya. Aku tersenyum, “Nggak papa.”

“Oh…” dia terdiam lagi, dia masuk ke ruang OSIS lagi. Tapi tanpa melakukan apa-apa. Matanya memang memandang ke seluruh ruangan…kecuali aku. Aku tersenyum. Dia salah tingkah karena kami masih di sekolah.

Aku mengulurkan kedua tanganku, “Rey,” kupanggil namanya selembut mungkin, dia melihat ke arahku, “sini.”

Tangan kami saling menggenggam. Dingin, tangannya kutempelkan ke dahiku. Aku menghela napas, merasa jauh lebih nyaman.

“Kenapa balik? Yuki mana?”

“Dia duluan, ada les…”

“Oh….terus kamu? Ada yang ketinggalan? Mau dibantuin?”

Dia menggeleng, “tadi selama rapat, Kak Dilar kelihatan…..agak pucat. Terus mijit dahi sampe berkali-kali, kupikir lagi sakit…”

Aku menunduk, lalu menghela napas. Tangan kami yang bertaut jadi tumpuan. Tuhan…kok bisa sih, aku dapet cewek sebaik ini…aku mendongak, tersenyum, “agak sakit kepala aja kok. Tapi nggak papa, pulang nanti aku tidur dulu aja. Abis itu kalo masih sakit, minum obat juga sembuh kok.”

Wajahnya yang khawatir jadi sedikit lebih lega.

“Oh, ada Rey!”

Kami terlonjak dan langsung memisahkan diri. Wajahku mengeruh. Yosi.

“Kak Yosi?”

“Kucariin lho, mau kuajak ke kafe. Enak tempatnya. Hari ini bisa nggak?”

“Nggak bisa.”

Kami bertiga terkejut. Karena yang menjawab mulutku sendiri. “Aku mau minta bantuannya hari ini.”

Wajah Yosi sekilas terlihat biasa, tapi aku curiga dia sendiri sudah melihat kami dari tadi. “Bantuan apa?”

“Si Hamka minta tolong soal tugas seni.”

“Oh….kelasnya dapet yang lukisan surealis ya? Kok nggak minta tolong aku?”

Aku tersenyum mengejek. Pertanyaan bagus Yos, aku nggak akan bohong untuk yang ini.

“Nggak mau katanya. Entar dia kamu godain juga kayak cewek-cewek lain.”

Wajah playboy pas-pasan itu memerah karena marah. Rey sendiri terlihat geli dan menahan tawa karena jawabanku tadi. “Enak aja! Emangnya aku….?!” Dia begidik sebentar, lalu dengan langkah kaki dihentak-hentakkan pergi. Akhirnya tenang juga….

“Mau pulang sekarang?” Aku bertanya pada Rey. Dia membuka mulut, tapi kuinterupsi.

“Kita bareng.”

Matanya membulat,“heh?”

“Sekolah udah sepi, lagian udah mulai gelap, Rey.”

Dia menahan tawa lagi, aku mengerutkan dahi, “kenapa?”

“Tadi pas Kak Suri yang minta dibilang masih terang.” Sial, dia liat cewek lain ngedeketin aku? Ya iyalah! Aku merutuk diriku sendiri, kami sama-sama OSIS (Suri divisi Humas. Atau divisi lain? Bodo amat.), jelas-jelas dia masih di ruangan tadi. Jelas dia lihat setiap hari bagaimana Suri dan cewek-cewek ganjen lain itu nempel ke aku.

“Itu kan dia. Kalau kamu, mau gelap mau terang harus kujagain Rey.” Sengaja menyelipkan gombalan supaya keren dan, jangan kira aku nggak bisa ngegombal ya. Apapun juga bisa, demi satu-satunya cewek…cewek ini.

Wajahnya memerah. Kami berjalan seiringan menuju tempat pemberhentian bus. Untung perkataanku benar, memang sudah hampir gelap, dan sekolah sudah kosong. Ekskul ditiadakan selama ujian, serta satu minggu setelah dan sebelum ujian.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dari Sahabat Menjadi...
532      368     4     
Short Story
Sebuah cerita persahabatan dua orang yang akhirnya menjadi cinta❤
Kata Kamu
983      510     3     
Romance
Ini tentang kamu, dan apa yang ada di dalam kepalamu
U&O
21072      2108     5     
Romance
U Untuk Ulin Dan O untuk Ovan, Berteman dari kecil tidak membuat Rullinda dapat memahami Tovano dengan sepenuhnya, dia justru ingin melepaskan diri dari pertemanan aneh itu. Namun siapa yang menyangkah jika usahanya melepaskan diri justru membuatnya menyadari sesuatu yang tersembunyi di hati masing-masing.
Strawberry Doughnuts
789      513     1     
Romance
[Update tiap tengah malam] [Pending] Nadya gak seksi, tinggi juga kurang. Tapi kalo liat matanya bikin deg-degan. Aku menyukainya tapi ternyata dia udah ada yang punya. Gak lama, aku gak sengaja ketemu cewek lain di sosmed. Ternyata dia teman satu kelas Nadya, namanya Ntik. Kita sering bertukar pesan.Walaupun begitu kita sulit sekali untuk bertemu. Awalnya aku gak terlalu merhatiin dia...
Di Bawah Langit
3207      1012     1     
Inspirational
Saiful Bahri atau yang sering dipanggil Ipul, adalah anak asli Mangopoh yang tak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Namun, Ipul begitu yakin bahwa seseorang bisa sukses tanpa harus memiliki ijazah. Bersama kedua temannya Togar dan Satria, Ipul pergi merantau ke Ibu Kota. Mereka terlonjak ketika bertemu dengan pengusaha kaya yang menawarkan sebuah pekerjaan sesampainya di Jakarta. ...
Mikroba VS Makrofag
176      162     0     
Humor
Muka default setelan pabrik, otak kacau bak orak-arik, kelakuan abstrak nyerempet prik ... dilihat dari ujung sedotan atau belahan bumi mana pun, nasib Sherin tuh definisi burik! Hubungan antara Sherin dengan hidupnya bagaikan mikroba dengan makrofag. Iya! Sebagai patogen asing, Sherin selalu melarikan diri dari hidupnya sendiri. Kecelakaan yang dialaminya suatu hari malah membuka kesempatan S...
Ellipsis
2312      971     4     
Romance
Katanya masa-masa indah sekolah ada ketika kita SMA. Tidak berlaku bagi Ara, gadis itu hanya ingin menjalani kehidupan SMAnya dengan biasa-biasa saja. Belajar hingga masuk PTN. Tetapi kemudian dia mulai terusik dengan perlakuan ketus yang terkesan jahat dari Daniel teman satu kelasnya. Mereka tidak pernah terlibat dalam satu masalah, namun pria itu seolah-olah ingin melenyapkan Ara dari pandangan...
Melawan Takdir
1794      878     5     
Horror
Bukan hanya sebagai mahkota pelengkap penampilan, memiliki rambut panjang yang indah adalah impian setiap orang terutama kaum wanita. Hal itulah yang mendorong Bimo menjadi seorang psikopat yang terobsesi untuk mengoleksi rambut-rambut tersebut. Setelah Laras lulus sekolah, ayahnya mendapat tugas dari atasannya untuk mengawasi kantor barunya yang ada di luar kota. Dan sebagai orang baru di lin...
You*re My Star
346      221     0     
Short Story
Mengagumi pesona lelaki cantik di sebuah rumah sakit, Brian, membuat hari Zora menjadi penuh dengan kejengkelan dan debaran. Tanpa sadar satu hari yang terasa panjang menjadi singkat, sejenak Zora melupakan ketertekanan dan kesepiannya selama ini. Zora adalah langit Brian. Dan Brian adalah bintang Zora. Kisah singkat yang terjadi dalam satu hari menjadi kenangan yang tidak terlupakan.
Sacrifice
6695      1709     3     
Romance
Natasya, "Kamu kehilangannya karena itu memang sudah waktunya kamu mendapatkan yang lebih darinya." Alesa, "Lalu, apakah kau akan mendapatkan yang lebih dariku saat kau kehilanganku?"