Aku membuka mataku, dimana aku? Apa yang terjadi? Samar-samar aku melihat sekeliling, kamar ini?! Mengapa aku bisa ada di kamar ini? Duh, kepalaku terasa pening. Tunggu, bagaimana bisa aku masih di sini? Seingatku aku kan tak berada di kamar ini.
"Anda sudah sadar, Tuan Putri?" suara yang tak asing,"Oh ya selamat pagi, ya ini sudah pagi. Kuharap saya tak membuat Anda terluka.", terluka? Apa maksudnya? HAH?! Aku masih memakai seragam Royal's Guard wanita itu.
"Yang Mulia, aku...", aku tak tahu harus berkata apa. Aku sedih, marah, malu, takut dengan semua yang terjadi.
"Sudahlah, jika Anda ingin menangis-menangis saja", ia mendekatiku,lalu berbaring di dekat Poppy dengan santai,"ternyata benar ya, Anda adalah gadis yang tertembak di taman waktu itu. Kukira penglihatanku salah, tapi ternyata saya benar.", aku ditatap tajam oleh Pangeran,"Mengapa Anda diam saja? Jangan seperti patung begitu, menangislah atau setidaknya bersikaplah seperti biasanya.", tunggu dia tahu jika aku tertembak di taman? Jadi dia benar-benar....
"Yang Mulia, maafkan saya.", aku menangis tak tahu harus melakukan apa.
"Sudahlah, saya sudah tahu semuanya. Obat tidur tak akan mempan untuk saja, saya sudah kebal pada obat tidur. Mengunduh data dari laptop saya, saya juga sudah tahu, Tuan Putri. Menyandera Royal's Guard Anda sendiri, masuk ke ruang penjara lewat ventilasi saat saya tertidur, menemui kekasih Anda, yang ternyata kakak tiri saya, membuat tidur para prajurit penjaga saya, bersekongkol dengan saudari sepupu Anda, ya saya sudah tahu semuanya."
"Maafkan saya.", aku benar-benar ketakutan akibat wajah dingin Pangeran ini, dia nampak santai tetapi tatapannya kejam nan menakutkan."Anda boleh menghukum saya....", aku menangis. CUP!!! HAH?! Apa yang terjadi? Dia menciumku? "Mengapa Anda melakukan ini?" Aku langsung memegangi bibirku dengan tanganku.
"Itu hukuman karena sudah membuat saya harus bertarung dan membereskan kekacauan yang Anda buat dini hari tadi," ia berbaring kembali di samping Poppy,"tak kusangka Anda lebih nekat dari yang kuduga, merepotkan dan membuatku harus bekerja ekstra.", ia melirikku lagi,"Mengapa Anda diam saja? Apa Anda tidak ingin mengucap terima kasih dengan memijatku atau apa begitu? Saya sudah mengendong Anda dari penjara sampai ke sini, menghilangkan ingatan para prajuritku, memperbaiki CCTV yang rusak sendirian, memastikan kakak tiriku benar-benar pingsan dan terkunci dengan aman, membebaskan Royal's Guard Anda lalu menghilangkan ingatannya dengan alat penghilang ingatan. Apa Anda akan diam seperti itu seharian ini? Ya, jika mau seperti itu tidak apa-apa, ini bukan jadwal pengambilan darah Anda, jadi tak masalah."
"Mengapa Anda bersikap aneh? Saya jadi semakin merasa bersalah, takut dan bingung," aku berusaha tidak menangis,"mengapa Anda tidak marah saja? Mengapa bersikap dingin dan santai saja?", ia tertawa sinis, sambil berbaring ke arahku.
"Untuk apa saya marah? Berkat tingkah konyol Anda, kakak tiri saya mengakui semua perbuatannya, sehingga bisa diadili di pengadilan.", ia menghapus air mataku,"sudah jangan menangis, saya tak marah. Karena sebenarnya saya pun juga membohongi Anda, emm ya saya memasang pelacak yang berfungsi sebagai perekam suara dan gambar di badan Anda, saat Anda tertidur. Saya tak bisa percaya begitu saja pada putri musuh yang menikahi saya. "
"HAH?! Dimana Anda memasangnya?" dia sampai sejauh ini?!
"Di kepala Anda.", dia menyentuh bagian depan kepalaku, lalu memberikan sebuah benda kecil berbentuk segitiga, berwarna serupa rambut.
"Mengapa Anda membawa saya kembali ke kamar? Mengapa tidak memenjarakan saya lalu melaporkan saya pada orang tua saya?"
"Karena itu akan merugikan bagi dua kerajaan serta diri saya sendiri. Jika publik tahu masalah ini, hal itu akan merusak image Anda dan saya, mengganggu perjanjian perdamaian serta saya akan kehilangan teman tidur saya. Saya tidak mau bermimpi buruk lagi."
"Apa yang harus saya lakukan untuk menebus kesalahan saya, meminta maaf serta berterima kasih pada Anda?" aku tak tahu harus melakukan apa, benar ini menyangkut dua kerajaan, jangan sampai hanya karena aku, keadaan jadi kembali memanas, aku menunduk,"Yang Mulia....", mengapa dia tiba-tiba memelukku?
"Mari akhiri semua kepura-puraan ini. Tutup kisah ini dan anggap semua baik-baik saja diantara kita seakan tak terjadi apa-apa. Terutama tutup kisah Anda dengan kakak tiri saya, karena saya ingin memiliki Anda seutuhnya, bukan hanya raga akibat pernikahan politik, tetapi juga hati dan kepercayaan Anda sebagai seorang pasangan. Saya sudah terjebak di dalam perangkap Anda, Tuan Putri. Saya tahu dan bisa membedakan mana dusta dan mana ketulusan. Saya melihat keduanya di mata Anda. Saya sudah terperangkap oleh ketulusan Anda dan itu membuat saya merasa nyaman. Apakah Anda bisa memberikan ketulusan lebih banyak pada saya? Bukan karena pernikahan politik tetapi karena rasa sayang?"
"Aku tidak tahu apakah saya pantas mengatakan ini setelah semua yang terjadi. Anda juga sudah merasuk ke dalam pikiran saya, saya merasa bersalah saat berdusta pada Anda. Saya merasa senang saat tulus pada Anda. Saya juga sudah terperangkap karena bersama Anda."
"Jika begitu mari kita mulai lembaran kedua, anggap saja sebagai Perihelion."
"Perihelion? Apa itu? Jangan membuatku bingung.", kenapa dia jadi romantis sih, argh! Aku jadi semakin menyesal.
"Saat dimana Matahari dan Bumi saling mendekat sehingga timbul kehangatan, di situlah yang dinamakan Perihelion. Bagiku Anda adalah Matahari yang memberi kehangatan pada diriku sebagai Bumi yang dingin. Anda membuat kehidupanku jadi tumbuh kembali. Sepeninggal ibundaku, saya tak tahu bagaimana menumbuhkan rasa sayang atau empati. Sejak Anda di sini saya merasakannya lagi. Anda mengurus dan menemani saya dengan cukup baik. Awalnya saya berpikir bahwa saya akan menjadi budak Anda akibat pernikahan ini, tetapi tenyata tidak. Saya justru merasa memiliki teman yang membuat saya merasa nyaman."
"Jangan memuji saya terus, saya jadi merasa bersalah. Anda sabar dan tidak pernah marah saya jadi merasa bersalah karena sudah melakukan kesalahan ini. Maafkan saya.", aku mengeratkan pelukanku.
"Jangan kabur lagi saat saya tidur. Saya jadi tak bisa tidur nyenyak."
"Iya, saya takkan mengulanginya lagi."
"Jadi, bagaimana apa Anda setuju dengan Perihelion?"
"Emm....saya...."
***
Akhirnya kuharap semua drama murahan ini berakhir. Kuharap dia benar-benar tulus kali ini. "Jadi apa saja yang belum Anda ceritakan pada saya?" aku berbaring di pangkuannya,"Jangan menutupi apa pun, saya tidak ingin lembaran kedua ini ternoda."
"Saya juga tidak tahu pasti," Tuan Putri ini tertunduk,"aku tidak tahu harus menceritakan apa, semuanya begitu cepat. Seakan-akan mimpi.", tangannya mulai mengelus-elis kepalaku,"Saya bahkan tidak tahu apa yang masih disembunyikan dari saya oleh keluarga saya sendiri, Raja dan Ratu Star Light."
"Jadi, sebenarnya Anda ini siapa? Sampai bisa di dua tempat saat tragedi berdarah itu?"
"Sejak kecil saya tinggal di Free Land bersama Grandpa dan Grandma dari ibu saya, Ratu Anindya. Nama saya Roselia Hope, hidup saya normal sebagai warga biasa. Kuliah dan mengalami masalah anak muda biasa. Saya sedang libur kuliah dan saat ini seharusnya masih magang sebagai petugas museum. Kehidupan saya berubah aneh nan ajaib seperti di negeri dogeng setelah peristiwa pelantikan itu. Saya termasuk korban luka tembak, begitu saya sadar, mama dan papa saya ada di samping saya. Dulunya mereka bilang bahwa mereka petugas Kerajaan Star Light tetapi ternyata keduanya raja dan ratu. Seiring berjalannya waktu, akhirnya semua kebohongan terbongkar. Saya memang sengaja disembunyikan, ya bukan karena tidak diakui tapi karena sebenarnya Grandpa tidak suka jika Mama menikah dengan Papa-yang sebenarnya adalah putra mahkota. Kata Kakak, dulu keduanya hampir berpisah, karena Mama dan keluarganya merasa dibohongi, tapi karena kasihan melihat Papa yang tertekan akhirnya keluarga Mama melunak. Ya, akhirnya saya yang seakan dikorbankan, saya sengaja dijauhkan dari lingkungan istana agar ada keturunan dari mama saya yang benar-bebar fokus belajar riset dan dapat meneruskan usaha di perusahaan Grandpa. Saya adalah syarat agar hubungan kedua orang tua saya tetap berlanjut."
"Emm, jujur saja itu cerita yang agak aneh dan rumit, apa usaha kakek Anda besar? Sehingga sampai begitu?"
"Ya, bisa dibilang cukup besar. Sebagian besar kekuatan ekonomi di Star Light berada di bawah cengkeraman Hope's Company. Kakek bahkan bisa saja menekan Ayah saya jika dia mau. Tapi Mama selalu berusaha agar ya keduanya bisa berjalan beriringan agar rakyat tak jadi korban karena masalah keluarga ini."
"Bukannya Ratu Anindya seorang yatim piatu? Saya dengar dia diadopsi dan dibesarkan di keluarga Agraciana. Salah satu keluarga bangsawan di Star Light, saudara jauh Yang Mulia Raja. Emm...maaf bukannya saya menyela, tapi begitulah yang saya dengar selama ini.", kuharap dia tak marah.
"Oh jadi begitu ya? Saya tak pernah peduli pada kerajaan. Saya benci hal-hal yang berbau istana atau ketatanegaraan, karena itu yang membuat saya jauh dari orang tua saya. Karena itu saya tidak pernah memperhatikan kabar mengenai keluarga kerajaan saat pelajaran sekolah atau berita tentang hal itu, jangankan silsilah, nama keluarga kerajaan pun saya tidak hafal. Sampai saya tahu bahwa saya seorang putri yang disembunyikan. Jangan percaya pada kabar yang Anda dengar dari media massa, apa yang tidak bisa dilakukan ayah dan kakek saya, menyembunyikan identitas saya selama 19 tahun saja bisa, apalagi menyembunyikan identitas asli mama saya. Hal itu lebih mudah dilakukan."
"Tak kusangka jika kehidupan Anda serumit itu, jadi Anda memiliki 2 identitas?"
"Iya, bisa dibilang seperti itu. Jika Anda heran bagaimana saya bisa berada di dua tempat sekaligus saat pelantikan itu, sebenarnya yang ada di panggung kehormatan bukan saya tetapi robot pengganti saya. Nama saya saat menjadi Tuan Putri adalah Roselia Goldenlight."
"Mengapa hal seperti ini perlu dilakukan? Mengapa kakek dari ibu Anda tidak suka pada hal yang berbau kerajaan? Apa beliau pernah memiliki kenangan buruk?"
"Emmm....soal itu saya juga belum begitu paham, yang saya tahu Grandpa lebih memilih mengabdi pada kemanusiaan lewat riset daripada politik. Ya, sebagian besar usaha perusahaan kami di bidang riset untuk kemanusiaan, seperti pengembangan obat, peralatan medis serta peralatan bionik. Sebagian besar keuntungan untuk disumbangkan bagi keperluan kemanusiaan seperti perawatan anak yatim piatu, pemberian beasiswa, pemberian alat bionik gratis, dan berbagai aktivitas kemanusiaan lainnya. Meski memiliki hubungan dengan kerajaan, identitas kami sengaja disamarkan menurutku karena agar tidak terjadi nepotisme, diantara keluarga Hope dan keluarga kerajaan. Sehingga kami bisa bersaing secara adil dengan masyarakat yang lain, apabila pihak kerajaan mengambil tender proyek dari perusahaan kami."
"Jadi, itu maksudnya Anda tidak dibesarkan sebagai putri raja...," duh aku keceplosan,"emm...maaf saya pernah menguping pembicaraan Anda dengan orang tua Anda sebelum wawancara perdana kita dulu."
"Tidak apa-apa, tak perlu minta maaf. Bukankah kita memulai lagi dari awal?"
"Iya benar, kita akan memulai hubungan ini berdasarkan versi saya dan Anda.", Tuan Putri tersenyum.
"Oh ya Yang Mulia, bolehkah saya balik bertanya pada Anda?" ia masih terus mengelus-elus kepalaku.
"Tentu saja, tak perlu sungkan, akan saya jawab."
"Siapa yang dimaksud dengan Putra Mahkota Shen? Emm...ya saya hanya ingin tahu saja."
"Beliau adalah pemilik takhta Kerajaan Integra yang sah...."
"Hah?!" Tuan Putri berteriak,"Apa maksud Anda? Bukankah yang akan mewarisi takhta selanjutnya adalah Anda?"
"Saya hanyalah pewaris sementara Tuan Putri. Jika keturunan Putra Mahkota Shen yang asli atau beliau kembali, maka saya bukan lagi pewaris takhta. Apa itu menjadi masalah bagi Anda?" aku ingin tahu apa reaksinya.
"Jadi maksud Anda, jika itu terjadi Anda akan jadi warga biasa dan tidak menjadi raja? Emm...", dia mencubit salah satu pipiku,"tidak masalah, jika pun itu terjadi Anda bisa ikut bersama saya pulang ke Free Land. Memulai bisnis sendiri emm atau mungkin jadi pengawal pribadi saya. Sepertinya akan menyenangkan jika Anda selalu bersama saya, wkwkwk. Tidak akan ada lagi yang berani menggoda saya saat di tempat umum atau langsung mengajak saya menikah tiba-tiba. Saya akan bisa shopping dan jalan-jalan dengan aman."
"Baru kali saya tahu, ada gadis bangsawan yang senang jika suaminya gagal menjadi raja. Apa Anda benar-benar tidak takut jika hal itu terjadi?"
"Untuk apa takut?! Saya lebih suka jadi warga biasa daripada jadi Tuan Putri atau calon ratu. Oh ya tapi bagaimana hal itu bisa terjadi? Emm...maksud saya apa yang terjadi sebenarnya pada Putra Mahkota Shen?"
"Beliau hilang secara misterius di suatu malam. Tidak ada yang tahu kemana beliau pergi. Tidak ada surat atau jejak yang ditinggalkan. Semua alat komunikasi beliau tinggalkan. Di kamar beliau rapi, tidak ada tanda kekerasan. Seperti itu cerita yang saya tahu dari ayah saya. Jika Anda bertanya siapa ayah saya sebenarnya, sebenarnya ayah saya adalah cucu dari kakek saya yang terlahir dari seorang selir, nenek buyut saya bukanlah seorang ratu tetapi hanya selir saja. Setelah ratu sebelumnya meninggal, almarhum kakek buyut saya menikah lagi. Ada peraturan di kerajaan saya, bahwa seorang raja boleh menikah lagi jika ratu mangkat atau bercerai. Tetapi jika raja dan ratu sebelumnya telah memiliki anak, maka istri yang baru tidak boleh menjadi ratu. Agar tidak terjadi perebutan takhta. Karena kakek saya adalah satu-satunya anak kandung kakek buyut saya setelah Pangeran Shen, maka ayah saya dan keturunannya berhak mewarisi takhta dengan syarat jika Pangeran Shen atau keturunannya berhasil ditemukan, maka takhta harus dikembalikan."
"Emmm...ternyata kehidupan Anda juga rumit ya, Oh ya tentang yang dikatakan kakak tiri Anda itu, apa semuanya benar? Emm..apa dia benar- benar putra kandung raja?"
"Ya, itu memang benar. Dia memang saudara seayah saya. Di kerajaan saya, saat masa kakek saya memerintah, ada aturan bahwa putra mahkota harus dilahirkan dari seorang gadis bangsawan tidak boleh dari rakyat jelata. Meski raja telah memiliki anak yang lebih tua dari pernikahan sebelumnya, jika bukan dengan gadis keturunan bangsawan, anak itu tidak berhak jadi putra mahkota."
"Wow! Peraturan seperti itu masih ada ya di jaman sekarang? Saya kira sudah tidak ada."
"Sebenarnya masih berlaku, jika saya tidak menikahi Anda yang terlahir dari keturunan bangsawan Star Light, peraturan itu masih berlaku."
"Lalu apakah kerajaan Anda melakukan pencarian pada Putra Mahkota Shen? Atau keturunannya yang asli?"
"Emmm...kami selalu berusaha mencari dan menemukannya. Tetapi tetap saja belum ada hasil yang berarti. Beliau sudah hilang sekitar 60 tahun yang lalu, saat usia beliau 20 tahunan. Karena hanya beliaulah yang tahu kunci harta paling berharga Kerajaan Integra."
"Wow! Harga paling berharga Kerajaan Integra? Apa mungkin sejenis benda berharga?"
"Coba Anda tebak melalui kalimat ini, 'harta yang paling berharga yang kami tinggalkan untuk generasi kami selanjutnya, bukanlah emas, permata atau berlian. Kami meninggalkan hal yang lebih berharga dari itu. Harta itu tidak terlihat tetapi dapat dirasakan lewat pikiran. Harta itu tidak akan pernah habis meski waktu dan generasi terus berlalu. Harta itu bagaikan dua mata pisau, jika penggunanya orang baik dapat mendatangkan manfaat, jika penggunanya orang buruk dapat mendatangkan malapetaka'."
"Harta yang tak terlihat tetapi berharga? Tidak terlihat tetapi dapat dirasakan lewat pikiran? Tidak akan pernah habis meski waktu dan generasi berlalu?" Tuan Putri terlihat berpikir.
"Ayo coba tebak, apa kira-kira?"
"Saya tahu, pasti alat pengendali pikiran transparan ya?"
"Bukan, coba tebak lagi..."
"Emmm...deposito di bank kan? Jika tidak diambil tidak akan pernah habis. Bukan emas, permata atau berlian. Hanya bisa diakses oleh Putra Mahkota Shen saja, pasti jawabannya deposito di bank. Lagi pula deposito jika tidak dicairkan tidak terlihat, tapi bisa dirasakan lewat pikiran. Saat kita memikirkan keuntungannya. Hehehe.", sifat alami gender Tuan Putri mulai muncul, dia ternyata matre juga.
"Bukan deposito, jawabannya ilmu pengetahuan."
"Ilmu pengetahuan? Apa maksudnya?"
"Aduh sakit, Tuan Putri!" dia mencubit pipiku.
"Jangan bergurau, aku serius bertanya. Saya sudah menjawab semua pertanyaan Anda tentang saya dengan serius, tidak main-main jadi jangan permainkan saya."
"Saya serius, coba Anda pikirkan. Ilmu pengetahuan tak terlihat tetapi dapat dirasakan oleh pikiran. Lewat ilmu seseoramg dapat menjadi mulia sehingga dapat membeli emas, perak bahkan berlian. Ilmu dapat menjadi alat yang berbahaya tergantung pada penggunanya. Dengan ilmu seseorang dapat melakukan sesuatu yang baik atau pun yang dapat merugikan orang lain. Ilmu tidak akan pernah habis meski sudah diturunkan pada generasi berapa pun."
"Oh, jadi seperti itu ya, apa kalimat teka-teki tadi juga warisan?"
"Iya teka-teki tadi adalah petunjuk satu-satunya yang diketahui oleh kami sejauh ini, itu pun kami peroleh dari cerita yang berkembang di masyarakat kerajaan kami. Mengenai dimana harta itu berada dan bagaimana cara memperoleh ya kami belum tahu."
"Tapi, mengapa hanya Putra Mahkota Shen saja yang boleh tahu, mengapa ayah Anda tidak?"
"Karena ada beberapa ilmu pengetahuan kuno bangsa kami yang hanya boleh diakses oleh putra mahkota dan raja saja. Agar tidak disalahgunakan. Begitu yang saya tahu dari ayah saya."
"Tunggu, ketika Putra Mahkota Shen menghilang, bukankah kakek buyut Anda masih hidup dan menjadi raja? Apakah beliau tidak menceritakan letak dan cara memperoleh harta itu?
"Tidak, almarhum kakek buyut saya tidak mau menceritakannya. Beliau berkata percuma saja, karena kunci untuk memperoleh harta itu sudah beliau berikan pada Putra Mahkota Shen, begitu kata ayah saya."
"Wow, kisah itu lebih rumit daripada teka-teki diri saya. Tetapi bukankah ilmu pengetahuan dan teknologi di kerajaan Anda juga sudah cukup baik. Lalu mengapa masih harus mencari harta itu?"
"Iya, memang sudah cukup baik. Tetapi itulah warisan nenek moyang kami. Itu juga adalah satu-satunya cara memulihkan warga kami secara permanen."
"Maksud Anda apa? Bukannya sudah ada obat dari darah saya?"
"Ya, memang darah Anda bisa menjadi obat, Tuan Putri. Tetapi, jumlahnya terbatas. Serum dari darah Anda hanya mampu menyembuhkan penyakit warga kami pada tahap awal saja atau paling hanya menjadi penyembuh sementara saja tidak permanen. Bedasarkan penelitian kami, penyakit aneh yang menyebavkan penurunan kekebalan tubuh itu merupakan penyakit kuno. Obatnya seharusnya sudah berhasil ditemukan. Sesegera mungkin harta itu harus....",PLAK!!!
"Sakit Tuan Putri!", mengapa dia tiba-tiba memukul bokongku.
"Ah maaf Yang Mulia, itu tadi reflek, hehehe. Saya ingat sesuatu yang penting yang harus saya tanyakan."
"Apa? Anda mau bertanya apa sampai reflek seperti itu?"
"Emm...jika yang dikatakan kakak tiri Anda mengenai peristiwa berdarah itu benar, berarti Anda sudah tahu tentang The Parama? Lalu apa tujuan Anda sebenarnya saat itu, Anda tidak bermaksud menyerang kami tiba-tiba kan?" aku menatapnya tajam,"Emm...maaf saya hanya ingin tahu yang sebenarnya, hehehe. Kuharap Anda tidak marah."
"Tidak, saya tidak marah. Saya ke sana murni untuk menangkap kakak saya, bukan untuk menyabotase atau semacamnya. Dulu kita memang bermusuhan, tetapi kerajaan saya bukan pengecut yang menyerang musuh secara diam-diam. Apalagi di sana banyak warga sipil tak berdosa. Kami memang ingin merebut wilayah kerajaan Anda dulu, tetapi bukan berarti "permainan curang" kami lakukan. Soal The Parama, ya setelah perdamaian damai ditandatangani ayah Anda memberi tahu soal itu. Kami pun juga memberi tahu rahasia militer kami agar kita bisa saling bertukar pengetahuan. Jika dulu ada yang menyerang kerajaan Anda secara licik serta memakan korban warga sipil, itu bukanlah prajurit Integra tetapi para pendukung kakak saya, yang kami sendiri mengganggapnya pemberontak."
"Emm...jadi begitu, lalu Yang Mulia...emm mengapa Anda menyelamatkn saya? Lalu emm...Anda jugakah yang mengambil cincin saya? Emm...bukan apa-apa saya hanya ingin tahu saja..."
"Iya, saya yang menggendong Anda sampai di bawah pohon. Saya tak ingin Anda menjadi korban akibat ulah kakak saya. Emm...Anda menanyakan cincin ya? Apa Anda masih mencintai kakak saya? "
"Bukan Yang Mulia, jangan salah paham. Saya sudah tidak menyukai Revan lagi setelah tahu yang sebenarnya. Saya menanyakan cincin karena em...siapa tahu itu benda berharga kerajaan atau mungkin alat yang memiliki radiasi atau penyakit yang bisa mencelakai saya gitu...."
"Jangan khawatir Tuan Putri, cincin itu cincin biasa, tidak berbahaya," aku melepas sesuatu dari leherku,"ini adalah cincin ibunda saya. Karena itu saya mengambilnya kembali. Cincin ini dibuat langsung oleh ayah saya, ibunda saya selalu memakainya. Apa Anda ingin menyimpannya? Saya tak..."
"TIDAK!!!" ia berteriak,"saya tak ingin melihat cincin itu lagi. "
"Tuan Putri! Mengapa Anda....", aku bangun dari pangkuannya, lalu memeluknya. Mengapa ia menangis?
"Saya menanyakan cincin itu agar bisa membuangnya jauh-jauh. Dia sudah membohongi saya,"ia menangis terisak-isak,"dia jahat, dia jahat. Aku benci Revan."
"Menangislah Tuan Putri, menangislah. Saya ada di sini, Anda tak perlu khawatir.", ia menangis cukup lama, lama-kelamaan tangisnya surut.
"Yang Mulia," panggilnya sambil terbaring di pelukanku.
"Iya, ada apa?", aku membelai rambutnya.
"Terima kasih sudah menyelamatkan saya, terima kasih sudah memaafkan saya."
"Terima kasih juga sudah memberi kesempatan kedua bagi hubungan kita, Tuan Putri.", aku memeluknya semakin erat.
"Lalu bagaimana dengan ibunda Anda? Apa Anda akan mencarinya? Jika iya, saya bersedia menemani Anda untuk mencariya. Agar saya bisa berterima kasih pada beliau."
"Anda ingin berterima kasih untuk apa?"
"Berterima kasih karena sudah melahirkan putra yang tampan dan imut seperti Anda."
"Jangan memggombali saya, Tuan Putri. Suatu saat kelak saya akan....", BRAK!!! Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan Tuan Putri langsung terbangun.
"Yang Mulia! Yang Mulia!" teriak Bibi Ann panik,"gawat, Yang Mulia! Gawat!"
"Ada apa Bi? Ada apa?", Tuan Putri berusaha menenangkan Bibi Ann.
"Yang Mulia Raja, Pangeran! Yang Mulia Raja!"
"Ada apa dengan ayahku? Ada apa dengannya?"
"Yang Mulia Raja....", kalimat itu seperti petir di siang bolong untukku.
"Ayah!" aku langsung berlari, ayah apa yang terjadi? Ayah!
penyajian bahasanya oke, seperti dibawa larut dalam alurnya. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter Part 1. Menuju Pusat Kerajaan