Mungkin hari ini adalah hari terburuk selama 4 tahun belakangan ini. Tiba-tiba saja aku harus dipakasa mengingat masa-masa yang begitu buruk untukku. Pagi ini, pemilik perusahaan tiba-tiba saja memanggil ku entah mau apa. Dan betapa terkejutnya aku!
"Selamat pagi Pak. Bapak memanggil saya?" tuturku dengan sopan dari pintu ruangan Pak Yoga.
"Pagi Khai. Silahkan duduk dulu." Beliau mempersilakanku untuk duduk, dengan tatapan serius beliau akhirnya mengatakan apa maksudnya pagi-pagi mengundangku keruangannya ini.
"Begini. Saya ada pekerjan penting untuk kamu. Saya mau kamu menyamar menjadi siswi disalah satu SMA, tepatnya di sekolah anak saya." Pernyataan itu sontak membuatku tercengang. Masa SMA?! LAGI?!!!
"Maaf Pak, apa Bapak tidak salah memilih orang? Saya sepertinya tidak bisa melakukan tugas itu Pak." Kataku akhirnya.
"Saya rasa tidak. Diantara karyawan di perusahaan pernerbitan ini ya cuma kamu yang baru 4 tahun lalu lulus SMA kan? Wajah kamu juga masih pantas untuk menjadi seorang siswi. Saya hanya mau kamu mengawasi putri saya yang baru masuk SMA itu, kamu tahu kan dunia SMA jaman sekarang berbeda dengan jaman saya dulu. Saya tidak mau anak saya terlibat dalam suatu organisasi terlarang yang kerjaannya berfoya-foya, membully, bahkan seks bebas." Kata-katanya membuatku semakin berkeringat dingin. Membully?!
"Tapi Pak.." tuturku terbata, "Saya takut jika nanti ketahuan."
"Tenang saja Khai, semua berkas-berkas kamu sudah lengkap. Tinggal persetujuan kamu saja. Toh tugas ini tidak lebih dari satu tahun. Lagi pula saya tahu kamu sedang membutuhkan dana untuk melanjutkan kuliah mu kan? Apa kamu mau hanya menjadi karyawan kontrak diperusahaan saya ini seumur hidup? Begitu?" lagi-lagi kata-kata beliau membuatku pusing. Rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya.
"Baiklah Khai, saya tahu ini cukup mengejutkan buat kamu. Saya beri kamu waktu satu minggu untuk memikirkan hal ini." Katanya kemudaian.
"Baik Pak, terima kasih. Saya permisi dulu."
***
Kembali kemasa itu, 7 tahun lalu. Tepat pada saat masa orientasi siswa baru. Aku berdiri dibarisan paling depan, dengan atribut aneh di badan ku. Rambut ku diikat sesuai dengan tanggal lahir ku, 30. Papan nama dari kardus ini menggantung dileher ku dengan tulisan "Kodok Gagap". Wajahku di dandani seperti badut, kaos kaki ku disengajakan berbeda warna dan berbeda ukuran tinggi. Yang satu merah selutut yang satunya kuning lima centi di atas mata kaki. Taklupa, segala macam sayuran menggelantung ria dari leherku.
Hanya aku. Ya hanya aku yang mendapat perlakuan seperti itu. Sebab aku terlihat berbeda. Kata mereka kacamata ku seperti kodok, tebal dan modelnya tak kekinian. Dan jika berbicara aku selalu gagap. Serta cara jalannku yang aneh, selalu menghitung setiap kotak lantai yang aku lewati.
Setiap hari aku selalu diperlakukan tidak baik, dengan bahasa kerennya dibully. Selalu jadi incaraan kakak kelas untuk jadi bahan hiburannya. Terkadang mereka menyuruhku membeli makanan dengan uang jajan ku yang tak seberapa di bandingkan mereka. Bahkan tak segan menyuruhku mengerjakan tugas-tugas mereka yang bertumpuk. Setiap pulang sekolah aku di bawa ketempat mereka biasa membuang waktu. Disebuah rumah kosong yang besar.
"Hai kodok. Ku dengar kau jago menari ya? Cobalah, aku ingin melihatnya" Kata Keny, kakak kelas yang paling cantik dan paling galak.
"Ng...Nggak,, bi,, biisa, kak." Kataku dengan susah payah. Penyakit gagap ku keluar jika aku ketakutan, maka dari itu mereka sering memanggilku gagap.
"Udah cepet lakuin ajah apa yang Keny mau! Atau kamu mau tidak pulang dari sini sampai besok?!" seorang lagi berbicara, Terry. Si ratu iblis. Sifat liciknya selalu membuatku berada diposisi sulit.
"I...Iy,, yaa,k,,kk,,kkak." Kataku lagi, aku menuruti keinginan mereka dengan menari sebisa ku.
Mereka tertawa, mereka lagi-lagi mendandaniku dengan atribut aneh, lalu di foto dan disebar di media social. Setelah mereka puas, mereka meninggalkanku dijalanan, seperti orang gila.
"Hahaha. Sampai jumpa besok kodok gagap. Dahhhh." Mobil melaju dengan kecepan tinggi.
***
Rasanya ingin bunuh diri, setiap hari di bully. Tak punya teman, bahkan dianggap gila. Aku malu, aku lelah diperlakukan seperti ini. Jika saja aku tidak ingat kedua orang tuaku yang sangat bangga denganku karena berhasil masuk sekolah favorit sial itu.
Perasaan ketakutan itu selalu muncul jika aku mengingatnya kembali. Dan ada satu bagian yang amat sulit untukku melupakannya. Bagian ini lah yang membuat ku trauma pada masa-masa SMA yang seharusnya bahagia.
***
Malam itu seharusnya adalah malam terakhir atas segala penderitaan ku selama 3 tahun bersekolah. Aku sudah berdandan secantik mungkin agar tidak memalukan diriku lagi.
Berjalan di lobi sebuah hotel mewah berbintang lima sendirian membuatku takut. Apalagi sepatu high heels ini, yang membuat tubuhku berjalan sempoyongan. Ditambah gaun merah panjang ini.
Awalnya kupikir mereka semua melihatku karna kagum akan perubahanku. Tapi ternyata aku salah. Tubuhku basah kuyup karena siraman air dari Terry.
"Hahahaha." yang kudengar hanya tawaan mereka semua. Termasuk si iblis ini. Tapi tiba-tiba Keny datang, dengan wajah terkejut, dia menghampiriku.
"Ya Tuhan... Kodok? Hm maksudku Rina, ada apa denganmu? Kenapa bisa seperti ini? Memalukan! Perasaan dihotelku ini tidak bocor, tidak hujan juga diluar. Yaampun, kau ini memalukan, datang dengan keadaan basah seperti ini." Katanya. Aku heran kenapa dia jadi sok baik begini ya.
"Yasudah, lebih baik sekarang kau naik kelantai 7, disana ada kamar nomer 103. Didalam kamar ada baju-bajuku, yang bisa kau pakai sesuka hati." katanya lagi.
"Gak usah kak, makasih. Aku pulang aja." kataku, kemudian berbalik badan berniat pergi. Namun sayang, tanganku tertahan.
"Aku bilang keatas ya keatas. Atau mau kupanggil petugas untuk memaksamu naik keatas?! Hah?!" Katanya mengancam.
"I.. ii.. iyyy.. iyaa kak." Aku pun menuruti keinginannya.
Sampai lah aku didepan sebuah kamar bernomor 103. Tidak dikunci. Aku pun masuk kedalam ruangan itu, gelap sekali. Sampai tak sadar ada yang mendorongku masuk dan mengunci pintunya dari luar. Aku takut.
"Buka!!! Tolong buka pintunya!! Aku mohon buka pintunya." Aku menangis sembari menggedor pintu. Namun tiba-tiba saja tubuhku ditarik. "Aaaa...."........
@dede_pratiwi thank you :), gambarnya di gambarin hehe pasti aku mampir di ceritamu
Comment on chapter MENGINGATNYA LAGI