Loading...
Logo TinLit
Read Story - Contract Lover
MENU
About Us  

             Matahari sudah berada di atas kepala, jam di dinding kamar Antoni saat ini sudah menunjukkan angka 10. Walaupun demikian, Antoni masih tertidur dengan nyenyaknya di atas ranjang empuknya itu. Ia sedang melepaskan lelahnya setelah semalam estafet mengerjakan novelnya hingga subuh sehingga keadaannya yang masih tertidur walaupun sudah jam 10 ini bisa ditoleransi. Biasanya, jika Antoni telat bangun di hari Minggu ini, Sayakalah yang akan membangunkannya. Selain itu, Sayaka juga akan membuatkan Antoni sarapan. Memang suatu kondisi kakak beradik idaman yang diinginkan oleh setiap orang. Harusnya, Antoni bersyukur punya adik seperti Sayaka.

                Drrrdttt...Getaran ponsel Antoni yang terdengar nyaring di dalam kamarnya tersebut. Walaupun dengan suara ponsel yang berisik itu, sepertinya masih kurang untuk membangunkan Antoni dari mimpinya. Tetapi, tak lama kemudian kira-kira 10 menitan setelah ponselnya berhenti berdering, Antoni membuka matanya kemudian menguap sejenak.

                Hal pertama yang ia cari setelah ia bangun adalah ponselnya. Setelah ia mendapatkannya, ia melihat ke arah layar ponsel tersebut dan mendapatkan bahwa Saika telah menelponnya sebanyak 8 kali panggilan.

                Saika ? Ada perlu apa dia ? Gak cukup mengganggu gua di hari-hari kuliahan ? Pikir Antoni. Ia menekan tombol di layar ponselnya dan kemudian melakukan panggilan balasan untuk menjawab 8 panggilan yang tak terangkat itu. Tak lama kemudian, terdengar suara Saika yang keluar dari ponsel Antoni.

                "Nah, akhirnya lu angkat juga !"

                "Hah ? Ada apa emangnya lu nelpon gua pagi-pagi gini ?" Ucap Antoni bingung sambil mengucek-ngucek matanya. Ia menekan tombol loudspeaker di ponselnya sehingga ia tak perlu menaruh ponselnya tersebut dekat telinganya untuk mendengarkan suara Saika. Ia lalu menuju kamar mandi sambil memegang ponselnya masih dalam mode loudspeaker untuk menyikat giginya. 

                "Temani gua pergi nyari sesuatu ke Mall ! Sekalian kan lu juga bisa nyari materi buat novel gak jelas lu itu !" Balas Saika.

                "Males ! Pergi sendiri aja !" Ucap Antoni cepat yang berhasil menaikkan nada suara Saika.

                "Oooh...Kalau lu gak mau ya sudah ! Kalo lu butuh bantuan gua lagi, gua gak akan bantuin pokoknya ! Gimana ?" Ucap Saika mengancam Antoni. Sepertinya, ancamannya itu berhasil karena Antoni sekarang berpikir dua kali untuk menolak ajakkan perginya itu.

                Ia bingung kenapa ia harus berpikir panjang dan dibuatnya berpikir dua kali untuk menolak ajakkannya tersebut. Ia juga bingung kenapa dari kemarin hingga sekarang ia bisa kepikiran dengan Saika. Selain hidupnya yang tambah rumit, sepertinya jalan berpikirnya sudah tambah rumit pula hingga ia tak dapat menyadari satu hal yang sebenarnya sangatlah mudah.

                "Oke ! Ketemuan di mana ?" Balas Antoni yang sepertinya berhasil membuat Saika puas akan jawabannya. Mereka kemudian berjanji untuk bertemu di Mall dekat kampus jam 11.30 yang berarti satu jam setengah lagi dari saat mereka membuat janji tersebut.

                Antoni kemudian meneruskan menyikat giginya dan mencuci mukanya. Ia lalu mengelap mukanya dengan handuk kering dan bergumam,"Bagaimana gua bisa selesaikan novel dan belajar buat lomba kalo diganggu kayak gini ? Capek, dah hidup gua !".

                                                                                                    J

                Di dalam sebuah Mall yang cukup megah, depan sebuah supermarket, Saika sedang duduk di bangku kosong yang telah disediakan oleh pihak Mall ketika Antoni datang dengan terengah-engah karena ia sudah telat dari waktu yang ditentukan.

                "Kau terlambat !" Ucap Saika begitu melihat Antoni.

                "Hah...Hah...Maaf ! Hah...Jalanannya tadi macet banget !" Balas Antoni mencari alasan.

                "Bilang aja lu ketiduran lagi terus telat gara-gara itu. Jalanan jangan disalahkan, dong ! Kasihan !" Ucap Saika cepat dengan sedikit kesal. Sepertinya, ia masih marah dan kesal karena kelamaan menungu Antoni.

                "Iya...Iya ! Ini salah gua !" Ucap Antoni cepat agar masalah cepat selesai. Ia tak mau kalo situasi ini berlangsung lebih lama karena pastinya bakal merepotkannya nanti.

                Saika hanya diam saja. Ia tampak menghela napas terlebih dahulu sebelum beranjak dari posisi duduknya itu. Kemudian, ia berkata,"Jadi ? Bagaimana menurut lu ?" pada Antoni sembari memegangi tali tasnya yang menggantung di salah satu pundaknya. Akibat pertanyaan tersebut, ia berhasil membuat Antoni kebingungan.

                "Hah ? Apanya ?"

                Mendengar itu, Saika berhasil dibuatnya makin kesal. Ia berkata,"Udahlah ! Males ama orang gak peka." lalu berjalan meneruskan langkahnya tanpa mempedulikan Antoni. Antoni yang masih bingung hanya bisa mengekor saja dari belakang mengikutinya.

                Mereka berjalan menuju ke sebuah toko baju yang cukup besar hasil rekomendasi dari Saika. Saika menyarankan agar dirinya mencoba beberapa macam baju dan meminta Antoni untuk menilai bagus apa kagaknya. Ia mengatakan bahwa hal tersebut sudah biasa dilakukan oleh orang-orang yang berpacaran sehingga dapat dijadikannya sebagai materi untuk novelnya. Walaupun Saika mengatakan demikian, tetapi dirinya hanya mau meminta Antoni untuk menemaninya saja dan memilihkannya baju yang disukai oleh Antoni. Ya, hanya itulah yang ia mau.

                Saika mencoba beberapa baju dari baju sehari-hari bahkan hingga baju formal. Antoni berhasil memilihkannya beberapa pasang stel baju walaupun kadangkala pilihan Antoni sangat aneh. Saika tampak senang dan bahagia sedangkan Antoni tampak kelelahan karena selain harus memilihkannya baju, ia diminta untuk membawakan semua belanjaannya dengan alasan karena dia cowok.

                Setelah selesai memilih-milih baju, mereka kemudian pergi ke suatu tempat bermain di dalam Mall yang bernama Zona Waktu. Awalnya, Antoni malas untuk pergi ke tempat bermain anak-anak ini sampai ia menemukan suatu mesin yang menurutnya cukup menyenangkan.

                "Oi ! Jangan main mesin itu mulu ! Bosan ! Mending lu ambilin gua boneka tuh di tempat capitan !" Suruh Saika pada Antoni.

                "Ambil sendiri, lah ! Ini gua lagi seru, nih !" Ucapnya sembari mengemudikan stir. Ya, sat itu Antoni sedang bermain mesin balap-balapan. Mungkin, ia suka dengan mesin itu karena teringat akan hidupnya yang selalu balap-balapan dengan deadline. Tanpa tunggu lama, Saika langsung menarik Antoni keluar dari mesin itu dengan paksa. Ia pegang denga kencang telinga Antoni sehingga ia tak dapat melawannya dan mau pergi dari mesin itu.

                "Aduuuh...Lu itu gak suka liat gua senang apa, ya ? Baru aja gua mau menang, loh !" Ucap Antoni sambil mengusap-ngusap kuping kanannya yang sekarang mulai memerah.

                "Udah 30 menit lu di situ doang ! Gua bosen lah ! Udah cepet ambilin aja tuh boneka di sana. Bertindak sana menjadi pacar yang baik !" Suruh Saika pada Antoni.

                "Gua bakal pikir dua kali kalo disuruh ama pacar galak macam ini." Ucap Antoni pelan.

                "APA ?!? Lu bicara apa tadi ?" Balas Saika dengan nada yang telah meningkat. Ia sudah mendengar ucapan Antoni itu tetapi masih berpura-pura gak dengar agar Antoni mengulangi lagi kata-katanya itu.

                "Gak ! Gua gak bilang apa-apa. Udah sini gua ambilin, dah biar cepet selesai."

                Antoni langsung menuju mesin tersebut dan mengeluarkan sebuah kartu yang berkekuatan untuk membuat mesin capitan tersebut bergerak. Ya, maksudnya kartu permainan. Dengan hati-hati, Antoni memperkirakan arah jatuh dan posisi capitan agar mendapatkan boneka yang diinginkan oleh Saika. Beberapa saat kemudian, tuh boneka berhasil dicapit oleh Antoni setelah 5 atau 6 kali coba.

                "Sial ! Butuh 5 atau 6 kali capit buat dapet. Memang gak ada untungnya main capitan boneka, ya !" Gerutu Antoni.

                "Apa ? Masih bagus lu dapet. Ada untungnya juga, kan ?"

                "Itu, mah sama aja kayak gua bayarin dan beli boneka itu. Itu untung di lunya !" Keluh Antoni.

                "Memang ! Kok lu lambat banget, ya ? Udah, ayok sekarang ke photobooth ! Katanya mau melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang pacaran ! Berarti yang ini, tuh wajib !" Spontan Saika membalas.

                Antoni menghela napasnya. Memang ini yang dia inginkan sebagai materi novelnya tapi ia tidak menyangka kalau pergi dengan pacar itu begini merepotkan. Ia kemudian mengekor Saika yang tampak sudah agak jauh meninggalkannya untuk berjalan ke photobooth. 15 menit kemudian, mereka berhasil mendapatkan foto mereka.

                "Akhirnya pemaksaan ini telah berakhir !" Ucap Antoni lega.

                "Ah, lu kenapa gak bisa senyum, sih ! Jadi jelek, kan ?" Protes Saika pada Antoni sambil menatapi hasil fotonya itu. Foto tersebut berukuran A5 dengan ada 4 kotak dengan ukuran yang sama besar dan masing-masing kotak tersebut terdapat satu foto dengan gaya yang berbeda-beda untuk Saika sedangkan untuk Antoni hanya menampilkan satu gaya yaitu gaya kaku.

                "Ah, senyum itu gak penting. Yang penting kan gua udah dapet materi dan rasanya." Ucap Antoni.

                Saika hanya diam saja dan masih menatapi fotonya itu. Ia lalu membelah dua hasil foto tersebut dan memberikan setengahnya ke Antoni. Ia lalu berkata,"Kalau pasangan biasanya taruh foto ini di dompet atau belakang casing hp biar selalu kelihatan. Ditempel, ye !".

                Antoni mengambil belahan foto tersebut dan hanya mengangguk saja. Mungkin, ia terpaksa untuk mengangguk daripada menimbulkan masalah yang panjang. Setelah itu, mereka berjalan keluar dari area bermain untuk mencari makan mengingat perut mereka telah memanggil-manggil.

               Tak lama kemudian, sampailah mereka ke suatu restoran ayam goreng yang terkenal. Mereka masuk dan setelah memesan mereka duduk di kursi yang kosong.

                "Mall itu ternyata rame banget, ya di hari Minggu. Padat banget !" Keluh Antoni sambil mengelap semua keletihannya.

                "Lu emang gak pernah keluar apa pas hari Minggu ? Mall mah emang serame ini setiap Sabtu ama Minggu. Anak rumahan ya, lu ?" Balas Saika cepat. Ia kemudian terlihat memainkan ponselnya dan mulai memfoto-foto belanjaannya itu.

                "Pake difoto-foto segala. Buat apa coba ? Pamer ?" Tanya Antoni kepo setelah melihat tingkah mahluk di depannya itu.

                "Ckck...Sebagai model, tanggapan masyarakat itu penting ! Untuk mendapatkannya, kita harus update yang positif setiap harinya !" Balasnya sambil menaikkan dan menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri ke arah Antpni.

                Antoni tak menanggapinya lagi. Mungkin, ia sudah lelah dan tak mau memperpanjang pembicaraan aneh tersebut. Ia kemudian menopang kepalanya di atas meja dengan tangan kanannya untuk melepas seluruh keletihannya. Walaupun ia lelah, tetapi tak dapat diungkiri bahwa ia tak membenci kegiatan yang ia lakukan hari ini.

                Masih saat Antoni menopang kepalanya di atas meja tersebut, ia melihat penampakkan seseorang yang sangat ia kenal lewat di depannya. Sontak mata Antoni membulat dan kemudian ia berdiri lalu mengejar orang tersebut dengan cepat. Akibat hal itu, Saika sampai kaget dan refleks melihat ke arah Antoni yang sedang terlihat mengejar seseorang.

                Berhasillah Antoni mengejar orang tersebut dan memegang lengannya agar ia tak dapat pergi. Orang tersebut kemudian melihat ke arah Antoni dan berkata,"Oh, Ton ?!?".

                Orang tersebut ialah sesosok perempuan yang lumayan cantik. Rambut hitamnya cukup panjang hingga menyentuh punggungnya. Antoni kemudian menjawab,"Hai, Kak Shan !" dengan nada yang cukup lembut lain dari yang biasanya.

                Timbul suasana canggung di anatara mereka. Entah kenapa, masing-masing dari mereka tidak menemukan kata-kata yang pas untuk dikeluarkan hingga Antoni memberanikan dirinya untuk membuka mulutnya.

                "Gimana kabar ?"

                "Baik. Lu ?"

                Antoni hanya mengangguk pelan saja. Benar-benar canggung. Apapun yang terjadi diantara mereka, pastilah merupakan hal yang memalukan atau tidak baik karena mereka saling tak dapat menatap dan bingung ingin mengatakan apa.

                "Oh ! Gua mesti cepat-cepat soalnya udah terlambat buat nonton. Maaf, ya !" Ucap wanita tersebut setekah melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan jam 3 siang. Antoni kemudian melepaskan pegangannya itu dan membiarkannya pergi dari hadapannya.

                Lagi-lagi, gua melepaskannya begitu saja seperti dulu ! Gumam Antonidalam hati.

                "Hei, lu ! Ngejar siapa, sih sampai lu lari kayak dikejar setan aja ! Siapa cewek itu ?" Tanya Saika yang ternyata sudah berada di dekat Antoni.

                Antoni terdiam sebentar hingga kemudian ia mengatakan sesuatu hal yang berhasil berputar-putar lama di kepala Saika. Ia berkata,"Dia mantan gebetan gua dan alasan gua buat masuk UDI.".

                Ya, akibat kalimat tersebut, Saika berhasil dibuatnya diam. Antoni lalu mengajak Saika untuk pulang dan Saika hanya mengangguk saja. Sepanjang perjalanan mereka pulang. Saika tak berani menanyakan tentang cewek tersebut pada Antoni. Selain itu, Antoni juga tampaknya tak ingin untuk menceritakannya dan Saika juga tak ingin untuk mendengarkannya walaupun sebenarnya ia sangat ingin tahu tentang hal tersebut. Namun, ia juga takut kalo apa yang dipikirkannya itu ternyata menjadi kenyataan bahwa sebenarnya Antoni masih menyukai cewek itu.

                                                                                                            J

                Setelah selesai kelas, Antoni masih tampak terdiam di kursinya sambil memegangi ponselnya. Ia terus menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong sepanjang pelajaran dan tampaknya Saika telah mengetahui akan hal ini karena ia sering memperhatikan Antoni diam-diam saat di kelas. Saika kemudian berinisiatif dan menghampiri Antoni untuk menyemangatinya.

                "Hei ! Mau cari materi lagi apa kagak ? Kalo mau gua ada waktu kosong abis ini !"

                Mendengar itu, Antoni menengok ke arah Saika. Ia kemudian menggeleng dan berkata,"Gak ! Gua abis ini mau ketemu dokter Dihan soalnya mau dikenalin ama kakak tingkat yang jadi partner gua di RMO nanti.".

                "Hmmm...Ya udah ! Gua temenin sini !"

                "Ngapain ?!?" Tanya Antoni cepat.

                "Lu soalnya udah kayak orang yang hampir beranjak ke dunia lain dari tadi. Kalo gak gua temenin, siapa tau lu tiba-tiba berangkat dari dunia ini." Ucap Saika.

                Antoni hanya diam saja. Ia lalu membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah itu, ia berpamitan pada Deni yang masih terlihat mengobrol dengan teman-teman satu grup kartun Jepangnya dan kemudian beranjak keluar kelas ditemani Saika.

                Sepanjang perjalanan dari ruang kelas menuju ruang dosen, Saika menanyakan soal pelajaran-pelajaran yang menurutnya sulit untuk dimegerti. Antoni kemudian menjawab beberapa pertanyaan itu dan Saika hanya mengangguk-angguk saja. Sebenarnya, Saika sudah mengerti tentang pelajaran-pelajaran yang ia tanyakan itu. Hanya saja, karena tidak ada pertanyaan lagi yang bisa ia tanyakan jadi ia mengarang-ngarang aja untuk membuat suasana sedikit hidup.

                10 menit kemudian, sampailah mereka di ruang dokter Dihan. Antoni lalu mengetuk pintu kemudian setelah dokter Dihan menyuruhnya masuk, ia membuka pintu tersebut. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat seseorang yang ia kenal sedang duduk di hadapan dokter Dihan. Spontan ia berkata,"Kak Shan ?".

                "Oh, Ton ! Hai!" Balasnya.

                "Oh ! Kalian sudah saling mengenal ! Baguslah kalau begitu. Jadi Antoni, ini partnermu untuk RMO IMO, ya ! Sebaliknya juga dengan Shania. Saya harap kalian bisa bekerja sama dan mengharumkan nama kampus." Ucap dokter Dihan tanpa mempedulikan kecanggungan yang sedang terjadi di dalam ruangan ini.

                Shania tampak bangun dari tempat duduknya, ia lalu berjalan mendekati Antoni dan menyalaminya. "Semoga kita bisa bekerjasama dengan baik." Ucapnya sambil tersenyum cukup canggung.

                "Ya !" Balas Antoni sambil menganggukkan kepalanya pelan.

                Saika yang melihat kejadian itu hanya bisa diam saja dan mengutuk dirinya sendiri yang memaksa Antoni untuk ikut lomba tersebut hingga akhirnya bertemu kembali dengan mantannya. Lebih parahnya, mantannya ini adalah partnernya di RMO IMO. Sungguh sial keputusannya itu.

                "Oh iya, Dok ! Saya permisi, ya ! Ada kelas lagi soalnya sekarang jadi gak bisa lama-lama." Ucapnya masih menyalami Antoni.

                "Oh, iya ! Silahkan !"

                "Terus, Ton ! Kalo lu mau buat janjian ketemu, lu tau Line gua, kan ? Gua belom ganti, kok ! Udah, ya !" Ucapnya cepat.

                Antoni hanya mengangguk saja sedangkan Saika hanya membatu saja di sana menyaksikan sebuah penyiksaan bagi dirinya. Setelah itu, Shania pergi meninggalkan mereka dan setelah Antoni diberikan pengarahan oleh dokter Dihan kira-kira 10 menitan, Antonipun juga meninggalkan ruangan tersebut.

                "Gimana ? Tadi dikasihtau apa aja ama dokter Dihan ?" Tanya Saika ketika melihat Antoni keluar dari ruangan.

                "Biasa aja ! Kayak waktu lomba dan materi apa saja yang mesti dikuasain. Sama dia juga kasih jadwal praktikum dan latihan praktek skill. Lu juga ngapain nungguin gua ?"

                "Kan udah gua bilang ! Lu udah kayak orang yang akan menyebrang ke dunia lain ! Jadi, mesti gua temani !" Balasnya.

                Setelah itu suasana heningpun tercpta beberapa saat hingga Saika memberanikan dirinya untuk bertanya pertanyaan yang dari kemarin ingin ia tanyakan.

                "Jadi, lu masih suka ama Kak Shania apa kagak ?"

                Antoni kemudian terdiam saja. Beberapa lama kemudian, ia berkata,"Mungkin ! Mungkin iya...Mungkin tidak ! Gua juga gak tau !" yang berhasil membuat perasaan Saika jungkir balik gak jelas.

                                                                                                            J

                Kamar tidurku adalah sebuah ruangan yang saat ini gua butuhkan. Beruntunglah gua sudah berada dalam ruangan tersebut. Dalam ruangan ini, gua benar-benar sendiri dan tenang tanpa gangguan kehidupan luar. 

                Gua hanya bisa terus memikirkan nasib gua yang akan gua hadapi di kemudian hari setelah hari ini. Nasib yang mempertemukan gua lagi dengan wanita yang sangat gua sukai dulu. Wanita yang sangat gua inginkan untuk menjadi pendamping gua setiap harinya. Namun, gua tau kalau hal itu tidak akan pernah terjadi. Gua tau akan hal itu tetapi masih tetap mengungkirinya.

                Apakah gua masih menyukainya atau tidak ? Ketika mendengar Saika menanyakan hal itu, gua benar-benar tidak tahu jawabannya. Kalau memang gua sudah tidak menyukainya, pastinya gua tidak akan menjadi seperti ini. Menjadi orang pengecut yang mesti meminta Saika untuk menjadi pacar kontrak gua demi meneruskan novel gua itu. Ah, untuk apa gua masih membuat dan meneruskan novel gua itu ? Toh, itu novel tidak berguna lagi sekarang. Tidak ada alasan yang kuat mengapa gua mesti meneruskannya. Soalnya, alasan itu sudah pergi jauh dan hilang ditelan ombak realita kehidupan. Ya, gua membuat novel tersebut untuk Kak Shania. Karena dia suka sekali dengan fantasi dan sering memimpikan untuk menjadi puteri yang diselamatkan seorang pangeran sehingga gua kepikiran akan jalan cerita tersebut. Namun, ketika dia tidak datang saat itu, gua...Gua gak tau lagi harus berbuat apa.

                Gua jadi memikirkan apakah selama masa-masa itu gualah yang hanya memikirkan masa depan kita berdua. Apakah perasaan gua ini padanya itu salah. Apakah...Apakah gua orang yang layak untuk disukai balik ? Gua jadi memikirkannya sejak hari itu hingga sekarang. 

                                                                                                             J

                Hari ini benar-benar malapetaka. Setelah kemarin bertemu dengan mantan gebetan dari gebetan gua, hari ini malah dia jadi partner gebetan gua ? Bagaimana gua bisa menghadapi kesialan bertubi ini dalam 2 hari. Perasaan gua setiap hari mandi teratur, deh ! Gua gak bau, kan ?

                Si Antoni juga, kenapa dia labil banget, sih ! Dia masih suka ama si Shania siapalah itu apa tidak ? Hanya itu yang gua pengen pastikan sekarang. Tetapi, bagaimana gua memastikannya kalau dirinya sendiri tidak tau jawabannya. Benar-benar menyebalkan. Gua juga, sih kenapa pake maksa-maksa dia buat ikut lomba itu. Gua jadi menyesali keputusan gua. Padahal, awalnya gua Cuma mau mengerjainya saja dengan menambahkannya kerjaan. Apakah ini yang namanya karma ?

How do you feel about this chapter?

0 1 0 1 1 0
Submit A Comment
Comments (6)
  • yurriansan

    Tetsuya? Jadi inget tatsuya fujiwara. Nice story, pmilihan katanya jga menarik. Kunjungi jga storyku ya..

    Comment on chapter Bab 1 Penulis dan Model Terkenal
  • playmaker

    mantap

    Comment on chapter Bab 1 Penulis dan Model Terkenal
  • BudiawanSastro

    mending gua jadi saika aja dah biar ditembak di depan rektor hahaha... gak dikeluarin dari kampus udah bagus itu

    Comment on chapter Side : Anniversary
  • agusharyanto

    Anniversary yang bagus ya di igd hahaha

    Comment on chapter Side : Anniversary
  • Herman

    Mantap ceritanya !! Terus maju, kak !

    Comment on chapter Side : Anniversary
  • Drago

    Ceritanya bagus. Suka banget ama Antoni yang perjuangin cintanya dari SMA itu walaupun akhirnya seperti itu. Tapi tetap aku suka banget ama karakter Deni. Memang contoh sahabat yang baik :)

    Comment on chapter Side : Anniversary
Similar Tags
Tentang Penyihir dan Warna yang Terabaikan
7930      2211     7     
Fantasy
Once upon a time .... Seorang bayi terlahir bersama telur dan dekapan pelangi. Seorang wanita baik hati menjadi hancur akibat iri dan dengki. Sebuah cermin harus menyesal karena kejujurannya. Seekor naga membeci dirinya sebagai naga. Seorang nenek tua bergelambir mengajarkan sihir pada cucunya. Sepasang kakak beradik memakan penyihir buta di rumah kue. Dan ... seluruh warna sihir tidak men...
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
3147      1591     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Selepas patah
202      166     1     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
Hug Me Once
8688      1962     7     
Inspirational
Jika kalian mencari cerita berteman kisah cinta ala negeri dongeng, maaf, aku tidak bisa memberikannya. Tapi, jika kalian mencari cerita bertema keluarga, kalian bisa membaca cerita ini. Ini adalah kisah dimana kakak beradik yang tadinya saling menyayangi dapat berubah menjadi saling membenci hanya karena kesalahpahaman
Dear Diary
516      323     1     
Fantasy
Dear book, Aku harap semoga Kamu bisa menjadi teman baikku.
Renata Keyla
6686      1544     3     
Romance
[ON GOING] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Natt." "Haruskah gue nyesel? Setelah lihat kelakuan asli lo yang kaya gini? Yang bisanya cuma ng...
HIWAY Ketika Persahabatan Mengalahkan Segala
1079      529     1     
Inspirational
Persahabatan bukan tentang siapa yang salah. Persahabatan adalah tentang meminta maaf. Hany, seorang gadis SMA bermata indah telah mengecewakan teman-temannya saat memutuskan untuk keluar dari ekskul cheerleader dan beralih ke ekskul futsal. Apa alasan Hany? Dan mampukah dia mengobati kekecewaan teman-temannya?
Princess Harzel
16988      2502     12     
Romance
Revandira Papinka, lelaki sarkastis campuran Indonesia-Inggris memutuskan untuk pergi dari rumah karena terlampau membenci Ibunya, yang baginya adalah biang masalah. Di kehidupan barunya, ia menemukan Princess Harzel, gadis manis dan periang, yang telah membuat hatinya berdebar untuk pertama kali. Teror demi teror murahan yang menimpa gadis itu membuat intensitas kedekatan mereka semakin bertamba...
Should I Go(?)
10367      2407     12     
Fan Fiction
Kim Hyuna dan Bang Chan. Saling mencintai namun sulit untuk saling memiliki. Setiap ada kesempatan pasti ada pengganggu. Sampai akhirnya Chan terjebak di masa lalunya yang datang lagi ke kehidupannya dan membuat hubungan Chan dan Hyuna renggang. Apakah Hyuna harus merelakan Chan dengan masa lalunya? Apakah Kim Hyuna harus meninggalkan Chan? Atau justru Chan yang akan meninggalkan Hyuna dan k...
Werewolf Game
557      414     2     
Mystery
Saling menuduh, mencurigai, dan membunuh. Semua itu bisa terjadi di Werewolf Game. Setiap orang punya peran yang harus disembunyikan. Memang seru, tapi, apa jadinya jika permainan ini menjadi nyata? Cassie, Callahan, dan 197 orang lainnya terjebak di dalam permainan itu dan tidak ada jalan keluar selain menemukan Werewolf dan Serial Killer yang asli. Bukan hanya itu, permainan ini juga menguak k...