Di dalam perpustakaan yang sedang tenang, Antoni sedang duduk dengan tenang sambil mendengarkan musik lewat earphonenya. Ia tampak sangat menikmati nusik yang ia dengarkan itu sampai ia menutup matanya dan menggerak-gerakkan kepalanya naik turun. Mungkin, ia sedang menenagkan dirinya dari stress kehidupan yang akan ia hadapi sehabis ini.
"OOOIII !!!" Teriak Saika yang sudah berdiri kurang lebih 5 menitan di samping Antoni. Sepertinya, ia sudah memanggil-manggil Antoni berkali-kali dengan suara pelan tetapi Antoni tak sadar sehingga ia mulai kesal dan mulai menaikkan suaranya.
Antoni langsung terkaget mendengar itu. Wajar saja, Saika soalnya berteriak langsung di telinganya. Untung saja Antoni memakai earphone atau tidak gendang telinganya pasti sudah pecah sekarang. Akibat hal tersebut, mereka berhasil mendapat perhatian penghuni perpus walaupun hanya sebentar.
"Apaan, sih ? Lu mau bikin gua budek, ye ?" Protes Antoni sembari berdiri karena kaget dan mengorek-ngorek telinganya. Ia kemudian melihat Saika yang saat itu memasang muka kesal.
Saika melipat kedua tangannya di depan dada dan melihat Antoni yang masih mengorek-ngorek telinganya itu. Ia berkata,"Tadi gua udah manggil lu pelan-pelan, sih ! Cuma lu gak nyahut-nyahut. Gua kira lu budek jadi gua coba tes, deh !" menjelaskan mengapa ia melakukan hal itu.
"Well, setidaknya lu bisa menepuk punggung gua kali ! Gak perlu pale teriak budekkin kuping gua. Untung gua pake earphone !" Ucap Antoni masih dengan nada kesalnya. Yaaa...Siapa juga yang gak kesal jika tiba-tiba dibegituin, sih !
Saika kemudian duduk di kursi kosong yang terletak persis di sebelah kursi Antoni. Ia lalu menopang kepalanya, melihat ke arah Antoni, dan berkata,"Ini jadi apa kagak lu mau cari materi ? Kalo kagak, gua pulang aja, ya !".
Antoni hanya membelokan matanya saja melihat tingkah wanita satu ini. Tetapi, ia sudah tidak terlalu kaget lagi karena memang kalo bersama dengannya pastilah akan ada hal-hal di luar nalarnya yang akan terjadi.
"Jadi, kok ! Sekarang..." Antoni menghentikan perkataannya ketika ia merasakan ada sesuatu yang bergetar di kantong celananya. Ya, hp Antonilah yang bergetar. Ia kemudian melihat mengapa hp tersebut tergetar dan mendapati bahwa dokter Dihan memanggilnya untuk naik ke ruang dosen untuk bimbingan. Antoni kemudian menggaruk-garuk rambutnya tanda ia tak suka dengan hal ini.
Tuh, kan ! Pastilah IMO ini akan mengganggu pembuatan novel gua. Menyusahkan saja. Gumam Antoni dalam hatinya. Ia lalu melihat ke arah Saika yang telah menunggu ucapannya itu dan berkata,"Kayaknya hari ini gak jadi. Dokter Dihan manggil gua buat pelatihan. Lu udah boleh pulang ! Jangan tungguin gua !".
"Oke ! Ngapain juga gua nungguin lu ?" Ucapnya spontan yang setelah itu Antoni langsung pergi setengah berlari keluar dari perpustakaan menuju ruang dosen.
Saika masih terdiam duduk di bangku itu. Ia menopang kepalanya dengan tangan kanannya di atas meja. Ia terdiam, merenung, dan berpikir. Ini yang ia mau yaitu pulang cepat terbebas dari Antoni yang memanfaatkannya sebagai bahan materi untuk novelnya. Namun, ia sadar bahwa ada sesuatu yang kurang.
Kenapa gua merasa seperti ini ? Kenapa kayak gak enak, ya ! Padahal gua udah bisa pulang, loh ! Oh, iya ! Ada kelas sore ! Hampir gua lupa ! Kenapa coba tuh dokter sukanya kelas sore-sore ? Kan jadinya gua bakal bolak-balik ! Pikirnya.
J
"Siang, Dok !" Ucap Antoni sambil membungkukkan kepalanya sedikit ketika ia memasuki ruangan dokter Dihan. Walaupun sifat Antoni yang suka sewot, tetapi kalo sama dokter atau orangtua dialah yang paling sopan. Memang benar-benar suatu kontradiksi yang begitu terlihat.
"Oh, Antoni ! Duduk dulu aja di situ !" Balas dokter sambil menunjuk kursi kosong di depannya itu. Dengan cepat, Antoni meletakkan tasnya dan memposisikan dirinya agar duduk dengan nyaman. Setelah dokter Dihan melihat kalau Antoni telah duduk, ia lalu melanjutkan,"Jadi begini. Lombanya akan diadakan kira-kira 2 bulan lagi. Itu RMO dulu dan akan ada bahan-bahan yang harus kamu pelajari. Khususnya, kamu kan belum dapet blok patologi (tentang penyakit), jadi nanti kamu harus rajin tanya-tanya ama kakak kelas partnermu, ya ! Nanti akan saya kenalkan. Tunggu aja tanggal mainnya. Jadi, ada pertanyaan ?"
Antoni kemudian menggelengkan kepalanya tanda ia sudah mengerti kemudian dokter Dihan memberikan Antoni beberapa tumpuk buku untuk dipelajari olehnya sebagai materi lomba. Jika lomba-lomba di SMA itu biasanya ada pelatihannya, kalau lomba RMO IMO ini sistemnya belajar sendiri. Jadi, dosen itu hanya sebagai fasilitator saja dimana mereka hanya memberikan materi-materi keperluan lomba seperti text book, jurnal, link konsensus (makalah hasil pertemuan para dokter ahli di bidang tertentu), ataupun materi dalam bentuk lainnya. Setelah belajar mandiri, mereka akan dites oleh para dosen lewat kuis, soal, ataupun cerdas cermat dimana jika mereka tidak puas dengan tim yang sudah dibentuk, maka tim tersebut tidak akan diberangkatkan untuk ikut lomba. Para dosen juga harus mempertimbangkan harga diri kampus sehingga mereka mengambil cara seperti ini agar anak didiknya tidak memalukan saat lomba.
Setelah Antoni mengambil materi keperluan lombanya, ia lalu keluar dari ruangan dokter Dihan. Sekarang, ia berjalan menuju perpustakaan kembali untuk duduk-duduk dan menunggu kelas selanjutnya.
J
Langit sudah berwarna orange, menandakan hari sudah sore. Biasanya, ini adalah saat-saat dimana mahasiswa pulang dan beristirahat di rumah. Tetapi, berbeda dengan mahasiswa yang berada sekelas dengan Antoni. Mereka harus rela menunggu dokter Marshal yang sampai sekarang masih belum datang juga. Kelasnya di jadwal itu jam 3 lewat 10 menit sedangkan sekarang sudah jam 4 lewat 15 dan masih belum ada tanda-tanda dari dokter satu ini. Beberapa mahasiswa sudah tampak tidak yakin akan kedatangan beliau dan protes kepada ketua kelas mereka yaitu Lisa untuk mengklarifikasikan hal ini.
Berbeda dengan mereka, Antoni tidak terganggu sedikitpun dengan masalah ini. Itu karena ia masih asyik dengan hpnya dan mengetik-ngetik naskah novelnya di Wattpad. Sedangkan Deni, teman jones Antoni satu ini sedang melihat-lihat foto cewek-cewek cantik Instagram alias sedang ngestalk. Antoni melirik apa yang Deni lakukan dan berkata,"Mau lu liatin sebagaimanapun, kalo lu gak deketin itu cewek gak bakal bisa lu dapetin.".
Berkat itu, Deni menengok ke arah Antoni dan membalas,"Ampun, Mastah ! Yang udah punya cewek sekarang, model pula memang beda.".
"Ya ! Gara-gara model satu itu, hidup gua sekarang jadi makin sibuk aja. Gua gak yakin bisa keluar dari 2 bulan ini dengan tubuh gua yang masih utuh." Antoni menceritakan keluh kesahnya tanpa terganggu dari pembuatan novelnya itu.
Mendengar itu, kekepoan Denipun meningkat. Ia lalu bertanya,"Kenapa emangnya ? Apalagi yang si Saika lakuin ke lu ? Lu disuruh laundryin pakaiannya apa ?".
Berkat perkataan Deni tersebut, Antoni menghentikan ketikkannya itu. Ia menengok ke arah Deni menyipitkan matanya dan berkata,"Gua tau lu pengen ngelakuin itu. Dasar mesum ! Tapi, bukan itu yang gua maksud ! Gara-gara cewek satu itu, gua akhirnya ikut tim IMO !".
Mata Deni membulat. Ia menutup mulutnys yang ternganga besar dengan kedua telapak tangannya. Ia lalu mulai berdiri perlahan, menurunkan tangannya, dan berkata seraya sedikit berteriak,"SERIUSAN ?!?" yang berhasil menarik perhatian beberapa mahasiswa ke arah mereka.
Antoni meletakkan telunjuk tangan kanannya di depan bibirnya untuk menyuruh Deni diam dan memaksanya untuk kembali duduk. Setelah Deni kembali ke posisi duduk santainya, ia lalu bertanya lagi,"Itu seriusan ?" kali ini dengan pelan-pelan.
Antoni mengangguk dan Deni melanjutkan,"Selamat ! Anda sudah melangkahkan kaki anda ke dalam neraka. Tidak ada lagi nonton anime (kartun Jepang) 1 season 1 hari buat anda." sambil menyalami Antoni.
"Gua gak tau gua harus bilang terima kasih atau mengutuk lu sekarang." Ucapnya.
Tiba-tiba, terdengar suara mike dimana Lisa saat ini sudah berada di depan kelas. Biasanya, kalau ketua kelas sudah memegang mike pasti berhubungan dengan pengumuman. Apalagi kalau dosennya sudah telat lebih dari 30 menit dan ketua kelas melakukan hal tersebut, biasanya mereka akan mengatakan hal yang dikatakan Lisa ini.
"Hey, guys ! Jadi, hari ini kelasnya batal, ya ! Untuk jadwal penggantinya akan dikasihtau. Terima kasih !"
Setelah itu, suasana kelas berubah drastis seperti suasana stadiun bola yang sedang merayakan cetakkan gol dari suatu tim. Langsung ramai sekali bagaikan pasar ikan. Semua mahasiswa langsung menggendong tas mereka dan beranjak pulang ke rumah untuk istirahat. Begitupula dengan Antoni, ia sudah menggendong tasnya dan berniat ingin pulang. Sebelum itu, ia berpamitan dengan Deni dan melangkahkan kakinya menuju pintu kelas. Namun, langkahnya terhenti ketika Saika menghadangnya tepat sebelum ia meninggalkan ruangan.
"Lu bawa mobil, kan ? Anterin gua pulang, dong !" Pinta Saika.
Apalagi ya ampun ! Ini cewek kayaknya suka banget bawa masalah dan hal-hal yang merepotkan. Pikir Antoni.
Cuma ini yang gua bisa bilang ke dia sekarang. Walaupun kedengarannya kayak paksaan dan agak sedikit agresif, tetapi hal ini diperlukan terutama kalo cowoknya gak peka macam dia. Gumam Saika dalam hatinya.
"Gak ! Gua hari ini ada ketemuan ama editor gua. Jadi, tolong minggir wahai pacarku." Pinta Antoni yang berhasil menaikkan darah Saika.
"Oooh...Apakah ada cowok yang menelantarkan pacarnya di kampus saat ia membutuhkan untuk diantar pulang ?" Balas Saika dengan nada drama gitu biar suasananya dapet.
Antoni hanya menyipitkan matanya saja. Ia lalu menerobos hadangan Saika tersebut dengan paksa dan setelah ia berhasil keluar ia berkata,"Kalo itu yang lu butuhkan, sepertinya lu membutuhkan seorang supir bukan pacar. Jadi, selamat tinggal." kemudian ia meneruskan langkahnya berjalan ke parkiran.
Saika hanya bisa menatapnya saja berjalan menjauh sambil mengumpat kata-kata kasar dalam dirinya. Kurang asem dia ! Awas kalau dia butuh-butuh gua lagi ! Nanti gua bilang yang lu butuhin itu bukan pacar kontrak tapi pembantu !
J
BRAK...Suara tumpukkan kertas yang cukup tebal menghentak meja Pak Editor. Akibat hal tersebut, Pak Editor berhasil kaget dan refleks melihat ke arah orang yang melakukan hal itu yang tak lain ialah Antoni.
"Weits, ini 50% naskah, ya penulisku ?"
Antoni mengangguk dan setelah itu Pak Editor mulai membuka dan melihat-lihat sejenak hasil dari setengah naskahnya Antoni itu. Kurang lebih 5-10 menitan ia membaca sambil mengangguk-angguk, ia kemudian menutup naskah tersebut dan menaikkan jempolnya tanda ia senang dengan naskah baru Antoni ini.
"Bagus ! Ini nih yang gua mau ! Apakah ini berkat model itu sampe bisa-bisanya merubah lu yang super males dan sering telat deadline jadi rajin ?" Tanyanya pada Antoni.
"Itu tidak benar sekali ! Berkat dia, malah hidup gua akan menjadi neraka selama 2 bulan ini." Ucap Antoni. Ia lalu menerangkan dan menceritakan apasaja yang sudah terjadi di kampus selama beberapa waktu ini khususnya tentang ia ikut lomba IMO RMO.
Pak Editor hanya mengangguk-angguk saja sambil mendengarkan cerita Antoni ini. Ia lalu memberikan pesan,"Kalo itu sih salahlu ! Gua sih gak mau tau, ya ! Yang penting naskahlu itu jadi dalam 2 bulan di atas meja gua. Mau lu jungkir balik, ikut lomba ngejar setan, ato hal lainnya itu bukan masalah gua. Yang penting, jangan lupa deadline novel kedua lu, ye !".
Setelah itu, Antoni hanya mengangguk saja dengan lemas. Ia kemudian keluar dari ruangan editornya. Sial, rencana gua buat dapet perpanjangan deadline gagal ! Padahal, udah gua siapin 50% naskah sebagai seserahan ! Sia-sia usaha gua.
J
Saika saat ini sedang berada di dalam ruangan karaoke bersama ketiga temannya. Ini terjadi begitu saja sesaat setelah Antoni meninggalkan Saika di kampus. Ketiga temannya ini langsung memanfaatkan hal tersebut untuk mengajak Saika jalan dan akhirnya Saikapun mau. Itulah kenapa mereka berakhir di dalam ruangan karaoke ini.
"Gimana, Sai ! Seru, kan ! Lupakan saja Antoni ! Dia lebih suka ama novelnya dibanding ama model." Ucap Anna memakai mike di ruang karaoke itu.
Saika lalu menggengam mike satunya yang disediakan di ruangan itu dan mulai menyanyikan lagu dari Once dengan judul Hilang Naluri.
Mawar merah yang kucium
Ternyata menusuk dan beracun
Wanginya menyenangkan hatiku
Membuatku tak karuan
Sehari tak bertemu dengannya
Serasa hampa dalam hatiku
Ku mabuk cinta yang tak terbaca
Oleh naluriku
Dia sama sekali tak cintai diriku
Dia hanya memanfaatkan diriku
Matilah kau....
Di dalam hatiku
Bawa pergi saja dirimu
Sampai ke dasar lautan
Matilah kau
Bersama cintaku
Banyak berharaplah dirimu
Semoga dapat bahagia
Berharaplah
J
Setelah gua sampai di kamar, kuletakkan semua barang-barang gua di tempatnya. Gua lalu merebahkan tubuh gua di ranjang empuk gua dan berusaha mengumpulkan kekuatan untuk belajar persiapan lomba. Belakangan ini benar-benar melelahkan. Apalagi, sekarang masalah gua bukan cuma deadline menyusahkan itu tapi tambah lomba juga. Semua ini gara-gara nenek lampir itu. Apakah ini karma gua gara-gara maksa dia buat jadi pacar kontrak gua ? Dan kenapa sekarang gua malah mikirin dia ?
Gua menghapus bayang-bayang Saika di pikiran gua itu. Gua lalu bangkit dari kasur gua, berjalan menuju kursi dorong gua, dan mengeluarkan bahan-bahan lomba yang diberikan oleh dokter Dihan tadi.
Pokoknya, semoga gua bisa melewati dua bulan hektik ini. Dan awas kau Saika ! Tunggu pembalasan gua ! Gua akan memenangkan lomba kampret ini dan menyuruhlu melakukan hal yang memalukan. Muahaha !!!
Tetsuya? Jadi inget tatsuya fujiwara. Nice story, pmilihan katanya jga menarik. Kunjungi jga storyku ya..
Comment on chapter Bab 1 Penulis dan Model Terkenal