Saat Alessa hendak menaiki tangga tiba-tiba tangannya di tarik oleh Andre untuk sembunyi di balik tembok dekat tangga
“Apaan sih Ndre?”
“daddy sama kak Mario kenapa si? Kok kayak bersitegang gitu?”
“mana gue tau lah, harusnya gue yang nanya sama elo kan elo yang dari pagi ada di rumah”
“eh eh..diem dengerin apa yang mereka bicarain”
“tapi itu namanya nguping-dosa taukk Ndre, ga boleh ngup-“ karna Andre kesal dengan Alessa yang kebanyakan ngomong Andre langsung membekap mulut Alessa dengan tangannya
Samar-samar terdengar suara pambudi yang cukup berat dan keras
“kemana saja kamu? Kenapa kamu jarang pulang? Lalu bagaimana kabar kuliahmu, kenapa tidak selesai-selesai yang skripsi?” tanya Pambudi memberendeng
“saya sudah putus kuliah” jawab Mario santai
“APA!? Bisa-bisanya kamu dengan entengnya bicara seperti itu! Jangan main-main kamu katakan yang sejujurnya” Pambudi mulai naik darah
“betul tuan saya putus kuliah 5 bulan yang lalu”
“lalu untuk apa uang yang daddy kirimkan selama 5 bulan terakhir ini hah?”
“saya menggunakan uang itu untuk mencari ibu kandung saya tuan, dan saya sudah menemukannya. Maka dari itu saya jarang pulang karna saya tinggal dengan ibu saya”
“BICARA APA KAMU HAH? KAMU ITU ANAK SAYA ” pambudi naik pitam
“maaf tuan, apakah anda tidak ingat dengan apa yang tuan katakan setahun yang lalu, saat Ale masuk rumah sakit, saat tuan menyebut kalau lebih baik saya ikut ibu kandung saya saja karna saya tidak becus mengurus Ale?. Dan dari kata-kata tuan itulah saya merasa tidak pantas berada di tengah keluarga Sanjaya, saya memutuskan untuk mencari orang tua kandung saya yang tidak lain dan tidak bukan adalah pembantu yang mengabdi kepada anda selama belasan tahun, dan uang yang selama ini tuan berikan ke saya, saya anggap sebagai hutang dan akan saya lunasi secep—“
“CUKUP MARIOO!!!” plakkk satu tamparan mendarat di pipi kanan mario
“silahkan tampar saya lagi tuan, saya pantas mendapatkannya” Pambudi hendak melayangkan satu lagi tamparan tetapi ia urungkan saat ada sepasang tangan yang menahan tangan Pambudi
**************AndrePOV************
Gue gak tau harus bereaksi seperti apa saat mengetahui kenyatan ini
Plakkk suara itu terdengar cukup keras ‘daddy menampar kak Rio? Se dingin-dinginnya sifat daddy dan semarah-marahnya daddy ke anak-anaknya dia gak pernah main tangan seperti ini, enggak ini Ini bukan daddy yang gue kenal’
tiba-tiba Alessa berlari menuju daddy dan menangkap tangan daddy dengan sedikit keberanian gue susul Alessa
“Stop stop it please” pinta Alessa ambil menangis
“daddy don’t do it, pliss dia kakak aku” tangisan Alessa semakin keras, gue Cuma bisa menarik tubuh Alessa agak menjauh dari daddy
“kak Rio, kakk...” Alessa memberontak dan berlari memeluk kak Rio
“hey, it’s okay kakak tidak kenapa-kenapa” jawab Rio berusaha tegar Alessa semakin menangis sejadi-jadinya di pelukan Mario dan daddy masih tidak bergeming dari tempatnya berdiri dari sorot matanya menggambarkan bahwa daady sedang marah, sangat marah, kecewa dan terkejut atas apa yang baru saja dia lakukan
“dad, what happend?” kataku sedikit bergetar karna menahan tangis
“ajak Alessa masuk kamarnya” jawab daddy dingin.
Oke gue akui se bandel-bandelnya gue gue gak pernah melawan daddy tapi untuk kali ini, gue harus melawan daddy karna gue gak mau kehilangan anggota keluarga lagi cukup momma yang pergi meninggalkan kita, Mario jangan dia kakak terbaik buat gue dan Ale
“NOPEE!!” kata gue setengah berteriak
“meskipun Mario bukan kakak kandung Andre, tapi Andre sayang sama dia melebihi rasa sayang Andre ke daddy” gue berkata seraya lari kearah mario dan memeluk mario dan Alessa
“bahkan, rasa sayang Andre ke Mario melebihi rasa sayang Andre ke daddy. Andre menghormati daddy tapi Andre lebih hormat ke Mario, biar bagaimanapun juga Mario lah yang merawat Andre dan Ale dengan sepenuh hati bukan sepenuh materi kayak yang daddy lakuin”
“tutup mulutmu Andre”
What daddy membentak gue? Sumpah gue gak percaya, ini bukan Daddy gue!
“kalo Mario pergi, Andre juga ikut pergi”
“Ndre, udah gue gapapa. Gue gak bakal pergi” kata Mario tenang, binggung gue kenapa dia bisa setenang ini
“A-aal-le jug-juga i-ii-kut kak ma-rio” jawab Ale di tengah isakannya
Daddy tak berkutik, sesaat setelahnya tiba-tiba nafas Ale tak teratur. Gawat asmanya kambuh!
“Ale..alee” panggil Mario sambil menepuk-nepuk pipi Ale
“kak Ale kak, asma kambuh”
“Ndre cepat siapkan mobil...” perintah Mario ke gue, tapi gue binggung harus ngapain gue panik pikiran gue semruweng acak-acakan
“NDREE LO BUDEK YA? BURUAN SIAPIN MOBIL ALEE BUTUH PERTOLONGAN WOY!”
“I-iya” kata gue sambil lari, saat gue mau keluar dari pintu rumah gue denger suara daddy
“A-ale punya penyakit asma?”
“Bapak macam apa anda? Sampai-sampai anda tidak tahu riwayat kesehatan putri anda sendiri” teriak gue dari tempat gue berdiri
“ITU GAK PENTING, ALE LEBIH PENTING NDRE, ALE PINGSAN! MINGGIR MINGGIR” kata Mario sambil membopong tubuh Ale menuju mobil yang terparkir di garasi samping rumah
Mangats muut
Comment on chapter PROLOG