Awan masih mendung. Hatiku kepalang kalang kabut. Aku memilih menarik nafas dalam dengan keadaan yang agak mengesalkan. Bagaimana tidak? Aku harus terjerumus dalam kehidupan cerita lelaki cuek. Kesabaranku selalu teruji terlebih aku adalah orang yang tidak sabaran. Terkadang aku bertanya pada hati sendiri.
"Cinta ini apakah hadiah atau kesengsaraan?"
Pagi itu aku masih sempat melihat Andrean berjalan dengan kaki tegapnya. Itu terdengar lucu sekaligus miris. Aku hanya tidak bisa membedakan bahwa berpacaran dengan lelaki berkepribadian cuek sama halnya dengan aku yang berpacaran dengan mesin robot.
Kau tau mesin? Barang yang tidak peka, tidak mau ambil pusing, dia cenderung tidak memiliki hati karena kelakuannya sudah macam robot hidup. Sepulang bekerja dia hanya akan berkutat pada game, dunia edit mengedit, melupakan semua kepusingan dan santai. Itulah kenapa aku membenci robot yang sekarang malah menjadi pacarku.Seharian aku bisa tidak disapa oleh dirinya.
Aku kesal sendiri, tetapi aku selalu ingin kembali kepadanya meski tau rasanya diabaikan. Duniaku berubah semenjak mesin robot itu menemani hari-hariku. Dia seperti bergentayangan tetapi tidak mengganggu. Sudah kuduga, menjalani hidup dengannya dan dengan semua perbedaan, inilah mimpi buruk yang harus kujalani. Benar, mungkin pacarku adalah seorang robot.
Sore itu, aku kembali pulang dan duduk diantara jejeran kursi agak belakang. Dengan hati yang masih kesal sebenarnya kepada pacar yang sudah membuat hidupku berubah. Tak segut, aku menutup mataku dan menunggu karyawan lainnya duduk mengisi tempat duduk. Lestari menarik aku sedikit lalu ia duduk disebelahku. Membangunkanku agak mengguncang.
Diawal ia sudah ketawa sedikit. Aku melongo agak kebingungan. Sinyal kabar dari mesin robot itu rupanya akan menjadi pembahasan yang empuk sepanjang perjalanan menerobos tol cileunyi sampai tol buah batu, Bandung.
"Aku udah cerita semua sama dia. Dia pikir kamu ngambek gara-gara dia sempet edit foto kamu terus dijadiin status whatsapp" ungkapnya.
"Hah status whatsapp? Foto yang mana? Maksudnya gimana?"tanggapku tidak paham.
"Iya semalem tuh dia gak whatsapp soalnya lagi ngedit foto kamu, terus sempet di bikin status, eh terus kamu chat dia marah-marah. Makanya dia langsung hapus."
"Hah liat fotonya juga engga, dia kok bisa nyimpulin kayak gitu sih. Lelaki aneh emang dasar. Ini baru aja jadian Les, ntar-ntar gimana coba. Aku tuh marah karna dia online mulu tapi gak ada kabar. Aku sakit dia malah diemin. Dia orang bukan sih. Suka beda pemikiran gitu"
"Iya sih Dit. Kamu juga tau Andrean orangnya kayak gimana. Umur aja udah 23 tahun, tapi kayaknya dalam hal cinta dia gak pernah puber-puber deh."
Kami ketawa lepas sepanjang perjalanan.
Tungkasku ...
"Iyalah tiap hari pacarannya sama game mulu, asyik ama dunianya gitu. Dia kayaknya emang jarang jatuh cinta, sekalinya jatuh cinta kayak kikuk gak tau harus ngelakuin apa. Gileee Les, aku tuh kayak udah ingin pergi tapi gak tau gak bisa lepasin."
Lestari malah ketawa.
Malamnya, bintang-bintang sedikit mengintip kelakuanku. Bulan tidak muncul penuh, aku bingung harus bagaimana. Sempat juga tadi siang mesin robot itu malah menanyakan kepada Lestari apakah dia harusnya mendiamkan aku saja. Lestari lantas berceramah di depannya. Aku beranikan diri. Mengetik pesan kepada mesin robot yang menyebalkan itu.
Dia membalasnya dengan cepat. Akhirnya pecahlah sudah dua hari. Dengan dinginnya dia pun mengungkapkan bahwa seharian dia memikirkanku.
Nah loh, lalu apa maksudnya mendiamkan aku. Dia selalu memilih pura-pura baik-baik saja. Dia selalu mempunyai prinsip untuk tidak mengemis cinta atau mungkin lebih tepatnya dia memiliki ego yang sangat tinggi. Tidak ada kata memelas atau mencoba mendiskusikan. Saat seseorang perempuan memutuskan apapun dia hanya mengiyakan saja.
Padahal hatinya tidak begitu. Kecuekan itulah yang membuat kita tidak sinkron. Makanya, dia betah berlama-lama menjomblo karena tidak tau caranya memperlakukan perempuan.
Aku merasa harus memulai segalanya kepada dirinya, mengungkapkan segala perasaan dan apa-apa yang mengganjal kepada dirinya, baru dia akan terbuka kepadaku. Pagi itu, saat Andrean datang ke kantor. Lestari dan teman-temannya sudah menyambut. Dia bukan tipikal lelaki pemarah dan emosional. Dia cenderung penyabar. Dia menceritakannya dengan santai dan tidak ambil pusing.
"Tadi pagi aku dipanggil lelaki gak normal, suram banget itu." Dia lantas tertawa.
***
Andita. Nama ini mengingatkan saya pada seorang guru menulis saya. Kak Raindita. Bahkan karakternya sama. Jutek juga.
Comment on chapter Bagian 1 : Cinta Bersemi dibalik Pertaruhan