Sore itu mentari enggan menatapku. Dia telah memalingkan wajahnya dan tidak berkata apapun. Nyaris senyap sekali, sampai terdengar daun-daun kering yang sudah berwarna coklat yang jatuh di pekarangan rumah. Angin hanya bertiup pelan, tetapi karena daun itu telah usang maka rapuh dan jatuhlah dia memenuhi halaman. Padahal baru saja aku sapu sembari menunggu petang datang, tetapi semena-mena dedaunan itu turun sudah macam salju yang mendarat tepat saat musim kemarau.
Baru saja, aku simpan di sudut halaman sapu lidi yang terbuat dari pohon kelapa. Seperti dalam film Harry Potter, batang per-batang dikumpulkan dan diikat lalu disatukan dengan batang kayu yang menjuntai untuk pegangan, lalu dikaitkan kesemuanya dengan tali merah yang kuat dan kokoh.
Kali ini ini aku tidak segut menyapu, duduk di kursi halaman ber-cat putih sembari menatap layar handphone. Berharap Andrean menyapa sore itu. Tapi aku tau dengan pasti, Sabtu sore ini Andrean hanya akan menghabiskan waktunya dengan tidur dan bermain game. Rutinitas saat dia libur bekerja.
Tiba-tiba notifikasi berbunyi. Kali ini bukan chat dari Andrean, aku melihat email datang di layar handphone-ku. Ya, tiga bulan yang lalu aku mengirim naskah novel ke Penerbit, berharap kelak aku akan menjadi Penulis betulan dan melepas status pekerja kantoran yang hanya mendapat salary perbulan dan patuh pada peraturan Perusahaan yang mengekang. Itu bukan passion-ku. Menembus dunia kepenulisan tidak semudah menulis status di sosial media. Sudah semenjak kelas 5 Sekolah Dasar aku gemar menulis. Mereka menyebutku Andita si Puitis.
Semenjak 10 tahun aku gemar memainkan kata-kata, berawal suka menulis diary kemudian berlanjut pada tulisan-tulisan dan banyak membuat puisi.Tepat kini usiaku sudah 21 tahun, sampai kini janji itu aku pegang betul. Aku terjebak pada dunia lain. Aku harus banyak mengenal atom, mengenal sifat kimia, kesetimbangan kimia, sifat asam dan basa, harus menghafal tabel periodik unsur kimia yang tidak pernah sanggup aku menghafal semuanya. Kesemuanya berjumlah 118 unsur kimia yang ditemukan dan berbentuk kotak-kotak dengan singkatan-singkatan dan warna-warna berbeda. Kuberi cintoh, Si dalam tabel periodik diartikan Silicon, Ca berarti Calcium, Ag berarti Silver, Uut berarti Ununtrium dan masih banyak lagi yang tidak bisa aku hafalkan.
Aku duduk sebentar mengingat masa-masa itu. Dimana dengan keinginanku yang kuat, aku tetap bersikukuh bahwa kelak aku akan menjadi Penulis. Sejenak aku lupa bunyi email yang masuk di handphone. Tak lama kemudian, aku kembali sadar dan tanganku dengan cepat membuka email yang sudah masuk. Kembali ku tandai dengan bintang kuning dan menutup pesan dengan cepat. Aku bernafas setengah berat memikirkan reaksi Andrean jika tau apa yang terjadi. Sudah dua tahun ini, kurang lebih sekitar 8 surat penolakan dari Penerbit dengan kurun waktu per-tiga bulan dari setiap Penerbit yang berbeda.
Aku terdiam berusaha memikirkan sebabnya. Alasannya sama dan selalu disusun dengan kalimat yang sama pula. Diakhir surat selalu tertulis "semoga lain kali kita bisa bekerjasama." Penolakannya pun selalu sama, karena ide cerita yang kurang menarik. Aku membuang nafas, semua novel yang kubuat selalu memiliki ide yang tidak menarik?
Aku tidak percaya. Aku yang dari dulu menyukai Bahasa Indonesia dan selalu mendapat nilai besar di rapor, yang sudah 11 tahun bergelut di dunia penulisan dan kawan-kawan selalu memuji bahwa hasil karyaku bagus, tetapi saat melayang pada meja editor selalu mendapat tamparan pahit. Aku tidak akan pernah memberitau Andrean. Dia akan semakin menyepelekanku, satu katapun dia tidak pernah memujiku. Dia orang yang selalu menjatuhkanku dan tidak pernah percaya dengan semua cerita masa kecilku dulu. Sudah sering, perkataannya membual dan mencoba menjatuhkan niatku.
"Aku gak yakin kamu bakal bisa jadi Penulis." Ucapnya ringan
"Oke, aku bakal buktiin ntar." Semangatku meletup-letup
Andrean malah ketawa meledek. Aku kikuk kesal padanya.
***
Andita. Nama ini mengingatkan saya pada seorang guru menulis saya. Kak Raindita. Bahkan karakternya sama. Jutek juga.
Comment on chapter Bagian 1 : Cinta Bersemi dibalik Pertaruhan