BAB II
“Bu Guru binggung gimana cara ngajarin kalian. Kenapa Cuma enam orang yang gak remedial?! Kenapa!” teriak guru matematika didepan kelas.
“Yan bolos yok, sakit telinga gue dengernya” ucap Rodo kepada Ryan dengan suara sekecil—kecilnya.
“Yok, ajak Raka” balas Ryan sambil memberi suruhan kepada Rodo untuk membangunkan Raka disebelahnya.
“RAKAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!! KAMU MAU SEKOLAH ATAU MAU TIDUR!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak... bukan ini bukan teriakkan Rodo ini teriakkan Bu Inten.
“Yahh lo keduluaan do” ucap Ryan lalu mereka berdua cekikikan.
“Bu saya lelah bu...” ucap Raka dengan suara parau dan membuka matanya.
“SAYA ITU LAGI NGOMONG DIDEPAN SINI KAMU DENGAR SAYA GAK??!!!!” teriak ibu itu memarahi Raka.
“Denger kok bu” ucap Raka santai sambil mengucek-ngucek matanya.
“HUH! Gakkuat saya ngajar kamu” ucap Ibu Inten sambil mengelus dada.
“Baiklah ibu akan beri kalian tekhnik belajar yang baru” ucap guru itu kembali tenang.
“Ibu akan menggunakan sistem tutor dan teman sebaya” lanjut ibu itu.
“Enam orang yang tidak remedial akan ibu jadikan tutor jadi setiap satu orang menjadi tutor empat temannya.” jelas guru itu.
“Sabrina kamu menjadi tutornya Raka,Ryan,Rodo ,dan Fanya. Selanjutnya...” jelas Bu Inten panjang lebar.
“Yeayy, sama Inaa” ucap Ryan dengan gaya sok imutnya. Sabrina hanya tersenyum antusias saja.
“Gue ucappin hati-hati yan, Jaga jarak 100m kalo bisa” ucap Raka sambil mengelus pipinya.
“Ahaha, lo di tampar lagi, makanya jangan deket-deket mesum sih lo” ucap Rodo dan dihadiahi senggolan oleh Raka.
Sabrina yang mendengarnya ingin tertawa namun ia tahan-tahan.
“Nah sudah pada ngerti kan ?” tanya Sabrina setelah ia menjelaskan lebih dari 10x dan menjawab pertanyaan ‘kenapa’ yang dilontarkan Ryan.
“Oalah gini doang, ngerti-ngertiii” ucap mereka bertiga berbarengan. Bertiga ? yaps! Si Raka ? di telah tertidur sejak penjelasan pertama. Padahal tadi ia yang paling bersemangat.
“Okey, sekarang kalian kerjaiin ini buat latihan, cepat-cepatan yaaa” ucap Sabrina lalu ketiga orang itu berhambur kemana-mana menyisakan Raka sendiri.
“Raka?” panggil Sabrina sambil menusuk-nusuk Raka dengan pensilnya. Namun ia tak merespon.
“Ka!” panggil Sabrina menambah volumenya diikuti tusukannya yang semakin keras. Raka pun yang merasa terganggu dengan reflex menyentuh tangan Sabrina yang memegang pensil lalu dengan reflex juga Sabrina ingin menampar Raka namun ia tahan.
“Kenapa? Mau nampar gue lagi? Inikan salah lo siapa suruh ganggu-ganggu gue” ucap Raka dengan suara khas bangun tidurnya lalu menengadahkan kepalanya dan melepas tangan Sabrina. Dengan cepat Sabrina langsung menyembunyikan tangannya.
“Kamu udah ngerti ini gak ? Liat yang lain udah pada ngerti. Cuma kamu yang belum” ucap Sabrina menggebu-gebu.
“Gampang, santai aja” ucap Raka yang ingin menidurkan kembali kepalanya namun dengan reflex Sabrina menahan dengan pensilnya.
“Liat nih bos kalian” ucap Sabrina kepada 3 orang sedang sibuk menghitung.
“Kalo bos Raka ngerjaiin ginian bentar aja” ucap Rodo yang tidak mengalihkan pandangan dari bukunya.
“Jelas rivalnya ketua PMR” ucap Fanya yang membuat Sabrina bertanya-tanya.
“Eh, bentar-bentar. Gara-gara lo temen-temen gue jadi panggil gue bos gini, geli gue dengernnya” ucap Raka sambil bergidik dengan tujuan mengalihkan pembicaraan.
“Kamu kan serem kayak bos mafia” balas Sabrina dengan alasan panggilan bos nya.
“’Serem? Ganteng gini juga!” ucap Raka lalu senyum.*AH!
“Udah ah belajar” ucap Sabrina lalu membuka bukunya.
“Kenapa?Lo gakuat yaa liat senyum gue” ucap Raka tetap dengan senyumnya Sabrina tidak menghiraukannya.
“Fay, emang apasih hubungan Raka sama Kak Pasha ?” tanya Sabrina yang ia pendam sedari tadi.
“Lo gatau ya ? mereka kelas 10 sahabatan, keliatannya sih udah dari SMP. Dan lo tau Raka kelas 10 pinter banget! Makanya gue bilang dia rivalnnya Kak Pasha. Bahkan dia dapat nilai tertinggi se angkatan. Semenjak semester 1 kelas 11 ini dia berubah darstis! Jadi nakal, suka tawuran,macem-macem deh” jelas Fanya yang membuat Sabrina bertanya-tanya.
“WOI!” panggil Rodo dari belakang disampingnya terdapat Ryan dan Raka.
“Ngomongin gue ya?” tanya Raka tiba-tiba. Spontan Fanya menjawab ‘iya’ dan Sabrina menjawab ‘enggak’.
“Wah, gue lebih percaya Fanya” jawab Raka sambil tertawa.
“Ish..” protes Sabrina sambil mengerucutkan bibirnya.
“Anjay, Sabrina imut banget” ucap Ryan sambil menatap Sabrina lekat.
“Apaan sih!” ucap Sabrina yang kini mempercepat langkahnya karna salah tingkah.
So you can keep me, ins--
Suara panggilan masuk di handphone Raka membuat kita menghentikan langkah.
“Halo?!!”
”Sekarang dimana ??!!!”
“Okey gue otw” tanpa berkata apa-apa Raka lalu pergi menuju tempat ia memarkirkan motornya lalu ia meninggalkan teman-temanya yang memasang wajah khawatir.
“Pasti kelai lagi.” ucap Rodo sambil memandang Raka lebih tepatnya jejak kepergian Raka.
“Masih belum boleh ikut do ?” tanya Fanya kepada Raka yang memandang kepergian Raka resah. Rodo hanya membalasnya dengan gelengan.
“Dia kalo kayak gini, mainnya sama anak luar” Ryan menambahkan.
“Ini sisi yang gak gue suka dari Raka” ujar Fanya sebagai penutup.
Dari percakapan tiga orang itu benar-benar menambah apa yang ingin Sabrina tanyakan.
Hari ini, entah kenapa semenjak kejadian kemarin Sabrina jadi sangat ingin pergi kesekolah. Dan setelah sampai disekolah orang yang ingin ia temuai tak kunjung datang hingga bel pulang sekolah berbunyi. Jelas ini adalah hari merdeka bagi guru-guru.
“Fay?” panggil Sabrina sambil membereskan buku-bukunya.
“Tau gak alamat rumah Raka” ucap Sabrina takut-takut.
“Iya tau. Kenapa?”
“Gimana kalo kita jenguk Raka” ucap Sabrina semangat.
“Yahh gabisa gue disuruh nganter nyokap” jawab Fanya.
“Rodo ?” tanya Sabrina.
“Soory na, gue ada latihan basket” jawab Rodo.
“Ryan ?” tanya Sabrina sambil menatapnya melas.
“Gue sih, mau mangkal nyari cogan” jawab Ryan dengan gaya ngondeknya.
“Serius!” ucap Sabrina dengan wajah garang.
“Gue futsal” ucap Ryan kesal.
“Lo aja naa.. sekalian sampeiin salam kita” ucap Rodo.
“Iyaa setujuuuu” ucap Fanya dan Ryan kompak.
“Yaaah. Enggak enggak” protes Sabrina.
Apalah daya Sabrina yang telah mendaptkan paksaan yang bertubi-tubi dari teman-temanya ahirnya ia dengan segenap keberanian dan kebimbangannya Sabrina berdiri didepan rumah mewah ini.
‘Kenapa aku mau kesini?’ tanya Sabrina dalam hatinya.
Dengan sekuat tenaga pula Sabrina mengangkat jarinya untuk memencet bel yang tersedia.
‘Clek’
“Cari siapa yak?” tanya seorang wanita paruh baya dengan logat sundanya.
“Raa—kanya a..da ?” jawab Sabrina takut-takut.
“Ada dikamarnya, temennya neng?’ tanya wanitaa itu yang dilihat dari gayanya seperti pembantu RT.
“Eee, iya” jawab Sabrina seadanya.
“Wah, tumben mas Raka ada temen ceweknya” ucap wanita itu. Sabrina hanya membalasnya dengn senyum.
“Mau dipanggiln atau langsung kekamrnya?” lanjut wanita itu.
“Panggilin aja” jawab Sabrina lalu tersenyum.
“Masuk dulu” ucap wanita itu mempersilahkan.
(Kurang lebih 10 menit)
“Woy! Ngapain lo kesini ?” teriak Raka yang turun dari tangga.
“Kamu hari ini gak ikut tutor sebaya” jawab Sabrina beralasan saat Raka sudah didekatnya. Namun Sabrina malah memandangi wajah dan tubuh Raka yang tak ada luka.
“Lo kangen sama gue ? segitunya ngeliatnya” ucap Raka berkacak pinggang.
“Iiih enggak! Yudah ayok belajar” ucap Sabrina setelah sadar lalu kembali beralasan.
“Gue males ah...” jawabnya ogah-ogah an. “Lagian gue kan lagi libur” lanjutnya.
“Mau ada Perang dunia 3 atau gak 4 kamu gaboleh ninggalin belajar” terang Sabrina panjang kali lebar.
“Iyadeh bu guru... dibelakang aja yok!” ajak Raka lalu tanpa persetujuan ia sudah berlalu pergi.
“Modus aja ni orang, mau ngeliat gue” ucap Raka pelan namun masih dapat didengar Sabrina yang berada dibelakangnya.
Sabrina diam ia tak berniat untuk menjawabnya.
“Nahh, sudanh ngerti?” tanya Sabrina yang kesekian kalinya diakhir penjelasnnya. Dan kesekian kalinya juga Raka menggeleng malas.
“Masa lo ga ngerti sih !!!” ucap Sabrina tidak santai.
“Apa ? Lo ? Wih. Keren! Mungkin kalo gue geleng-geleng beberapa kali lagi lo bakal ngeluarin kata-kata kasar. Tes ahhh...” ucap Raka dengan tampang tak berdosa. Tidak lihatkah dia, tatapan membunuh dimata Sabrina.
“Jadi ini rivalnya Kak Pasha?” ucap Sabrina yang kini menatap Raka yang telah berhenti tertawa dan memasang wajah yang sulit diartikan.
“Lo nge fans sama gue ya ? jangan-jangan lo sudah jatuh hati” ucap Raka sambil tertawa, sungguh ia tak punya beban dalam hidupnya.
“Kok kamu bisa sih, berubah drastiss kayak gini ?” tanya Sabrina yang sudah sangat penasaran, hingga ia mengalihkan lawakan Raka. Entahlah itu lawakan atau suatu keseriusan.
“Gue gamau inget masa lalu gue” ucap Raka lalu memandang kearah samping seakan flashback.
“Cerita aja” ucap Sabrina sangat damai.
Dengan menimbang-nimbang akhirnya Raka mau menceritakannya.
“Gue sama Pasha sudah dari SMP temenan dia udah kayak keluarga gue. Gue udah... ya.. Nyamanlah sama dia. Bukanya gue gay loh yaaa. Gue emang pinter dia juga pinter kita sama-sama most wanted. Semenjak masuk SMA mungkin gue lebih unggul dari dia. Awalanya sih biasa aja tapi lama kelamaan dia berubah. Dia jadi kayak mulai jauh dari gue, joint sama grup-grup populer lainnya. Sebelum pembacaan perolehan peringkat sekolah gue tanya ke dia ‘kenapa dia ngejauh dari gue, ngindarin gue ?’ dia bilang gue sudah ngambil semua milik dia, dan dia gamau jadi teman gue lagi. Gue udah bilang bakal relaiin semuanya ke dia tapi dia tetep aja gamau terus dia pergi.” curhatan Raka yang langsung merubah wajahnya menjadi murung.
“Aku gak nyangka kak Pasha gitu banget” komentar Sabrina.
“Kok lo panggil dia kak sih?” tanya Raka heran.
“Kalo di PMR emang gitu jabatannya tinggi dipanggil Kak” jelas Sabrina.
“Ehh terus kamu cari pelarian gitu jadi nakal?” lanjut Sabrina.
“Awalnya sih gue ga niat gitu, jadi gue tengah malam kelaperan gaenak mau bangunin embok yaudah gue datengin tukang nasgor deket rumah gue, agak jauh juga sih gue jalan kaki terus pas dijalan gue ketemu sama si Rick, orang yang suka manggilin gue bos, dia lagi dipukulin gue gatega yaudah gue tolongin dan gue menang. Dan gue diajak tuh ke markas merka semenjak itu dia langsung manggil2 gue bos, padahal gue gaminta” jelas Raka. “Makanya gue rada aneh dimana-mana dipanggil bos” lanjunya menyombongkan diri.
“Senang juga” protes Sabrina.
“Jelasss”
“Narsis”
“Yang penting ganteng”
“Aaah gapeduli ah!” balas Sabrina tak acuh. “Terus kenapa kamu gabolehin Rodo ikutan?” tanyanya lagi.
“Lo ini ya! Gue kira lo pendiem ternyata lo berisik,cerewet, kepo banget lagi!” protes Raka.
“Makanya lo jangan nilai orang dari luarnya” ucap Sabrina santai.
“Ihh ngerik, gila lo mulai canggih yaa” ucap Raka shock.
“Gimana gak ke ikut coba satu sekolah ngomongnya lo-gue” dumel Sabrina.
“Eh, lo belum jawab pertanyaan gue” protes Sabrina saat sudah sadar.
“Yaaa, gue gamau aja dia ikut-ikut jadi kayak gue” jawab Raka enteng.
“Tuhkan lo sendiri tau salah masih aja dilakuiin” terang Sabrina.
“Gue tau sikapnya Rodo kalo dia temenan dia bakal ngikut sama kayak temannya. Kan kalo gue, tau yang slah mana, yang bener mana” sombong Raka.
“Alah, terus tawuran itu ngapain” selidik Sabrina.
“Kan cuman tawuran, lo gak ngerasaiin sih gimana rasanya kelai terus menang”
“Besok-besok lo boleh ikut gue” lanjut Raka.
“Ih, ngebayangin aja males” balas Sabrina ogah-ogahhan, Raka hanya tertawa.
So you can keep me, ins--
”Hallo?”
“LAGI!”
“Yaudah deh entar gue kesana”
“Kenapa?” ucap Sabrina takut.
“Ada masalah, ayo gue antar pulang” ucap Raka yang dengan muka paniknya beranjak lalu pergi kedepan dan diikuti Sabrina yang ikutan panik.
“Aku, pulang sendiri aja ka?” ucap Sabrina memecah keheningan.
“Gapapa, gue anter” ucap Raka sangat datar.
“Harus banget kesana ya ka?” tanya Sabrina memasang wajah takut.
Raka pun menolehkan kepalanya melihat wajah Sabrina lalu ia tertawa.
“Lo kenapa?” tanya Raka masih tertawa.
“Lo takut gue kenapa-kenapa ? Kayaknya lo udah jatuh hati sama gue” ucap Raka masih tertawa.
“Aku juga Gatau kenapa.. Emang harus pergi ya ka??” ucap Sabrina dengan wajah yang sama.
“Santai aja kali, emang gue mau ngapain ?”ucap Raka masih dengan tawanya.
“Jadi gini loh.. Ada geng yang selalu nyerang anggota gue namanya The Brand tapi gue juga gatau ketua mereka siapa. Soalnya kalo gaada persetujuan ketua gabisa dilawan” jelas Raka.
“Tapikan, kalo diserang?” tanya Sabrina.
“Yaa kalo diserang bolehnya nge lawan waktu diserang itu aja gaboleh nge datangin markas mereka” jelas Raka sedetail-detailnya.
“Terus kenapa lo panik gitu ?” tanya Sabrina heran.
“Yaaa.. gue heran aja ini kesekian kalinya anggota gue bonyok, anjirrr...”ucap Raka menggebu-gebu.
“Dan yang paling gue heran lagi, bos mereka dari sekolah kita” jelas Raka yang sepertinya rahasia.
“Hah ? yang bener aja?” ucap Sabrina gak percaya.
“Eh, kok gue nyeritaiin segalanya ke elo yaaa.. Awas lo lapor-lapor ke guru” ancam Raka diakhir.
“Dih kamu kira aku apaaan” ucap Sabrina lalu menghadap ke jendela.
“Kalo ada cerita yang gabisa diceritaiin ke orang lain, cerita aja ke aku. Bakal aku jaga dengan sebaik-baiknya” lanjut Sabrina dengan posisi yang sama.
Jangan lupa likenya ya ehehehe^^