BAB I
Ini kenapa sih pada ngeliatin aku kayak gini ? tanya Sabrina dalam hatinya saat melihat orang disekitarnya seakan berbisik membicarakannya.
“Hay!” seru Fanya lalu merangkul Sabrina dari belakang.
“Ini kenapa sih Fay pada ngeliattin kayak gitu banget” ucap Sabrina seperti berbisik karena takut bila ada yang mendengar.
“Yaiyalahh, lo itu satu nasib sama gue! Kita sama-sama dibenci anak-anak satu sekolah ini, cuman bedanya mereka ngebenci gue karena gue deket sama Raka dan kalo lo yaa... lo taukan ?” ucap Fanya sambil melepas rangkulannya dan sedikit tertawa di ucapan terahirnya.
“Karena aku tampar dia ?” tanya Sabrina memasang wajah tak bersalah.
“Iyalah, lo bego atau emang gatau ?” ucap Fanya dengan nada tidak santai. Sabrina hanya menggeleng tak mengerti.
“Duh lo tuh ya. Lo nampar famous boy nya sekolah kita, lo sama aja kayak mukul anak singa terus lo diterkam sama nyokapnya singa” ucap Fanya dengan penggambaran mengerikannya.
“Ih kok ngeri banget sih” ucap Sabrina sambil bergidik.
Saat Pulang Sekolah.
“Na gue pulang duluan yaaa” ucap Fanya lalu melambaikan tanganya.
“Iya, hati-hati ya Fay” ucap Sabrina sambil membalas lambaian tanganya.
“Gue juga pulang ya Inaaa” ucap Rodo sambil melambai-lambaikan tangan seperti yang dilakukan Fanya. Sabrina hanya memandangnya heran.
“Gue juga balik ya, muachhh” ucap Ryan sambil memberikan kiss bye nya.
Raka ? tidak ada Raka, ia telah bolos semenjak jam pelajaran terakhir dan ia meninggalkan tasnya yang sekarang telah di bawa oleh Ryan, padahal tadi ia izin pergi ke toilet.
“Udah ah. Lo semua gangguin Ina mulu dari tadi” ucap Fanya setelah tertawa melihat tingkah temannya.
“Dada Naaaa” ucap Fanya sambil melambaikan tangan ke Sabrina lalu diikuti oleh kedua cowok aneh itu lagi.
Sabrina pun melanjutkan membereskan buku-bukunya yang tergeletak di laci mejanya. Setelah selesai ia memutuskan membaca novel sembari menunggu jemputannya.
GUBRAK! suara pintu yang didorong secara tidak santai sukses membuat Sabrina menengok kaget, lantas ia mendapati seorang pria dengan baju putih abu-abunya yang berubah coklat dan terkena noda darah dari hidung dan sudut bibirnya. Dia kenapa ? dalam hati Sabrina bertanya-tanya.
“Kamu...” ucap Sabrina menggantung.
“Tutup pintunya cepat!!” ucap Raka lebih seperti kalimat perintah yang langsung dituruti oleh Sabrina. Dan sekarang ia telah terbaring tak berdaya di pojok belakang.
“Mana tas gue” ucap Raka santai namun masih terengah-engah.
“Taa..di sudah dibawa sama Ryan” ucap Sabrina terbata-bata. Lalu ia mulai berjalan mendekati bangkunya.
“Untuk ngebayar rasa sakit tamparan lo kemarin. Lo bisa ngobatin luka gue gak ? plis gue butuh banget pertolongan” ucap Raka seperti memohon.
“Hah! Eeeh Bisa kok, bentar ya aku ambilin peralatannnya” ucap Sabrina lalu ia beranjak pergi ke UKS.
“Eeh inget ya jangan sampai ketua PMR tau, okey” ucap Raka seperti peringatan.
Sesampainya di UKS Sabrina langsung mengambil peralatan yang ia butuhkan.
“Hey, ngapain ?”suara berat seorang laki-laki membuat Sabrina kaget seakan-akan ia adalah maling yang tertangkap basah.
“Ehm, ini kak mau minjam peralatannya” ucap Sabrina setelah mengetahui ternyata yang memergokinya adalah Ketua PMR.
”Siapa yang habis jatuh?”ucap Kak Pasha yang memunculkan naluri PMR nya hanya dengan melihat peralatan yang dibawa Sabrina.
“Eee.. ada teman saya yang jatuh dari tangga” ucap Sabrina asal. Bohong kan jadinya.
“Oh gitu, kenapa gak dibawa kesini aja ? biar saya bantu sekalian?” ucap Kakak itu dengan senyumnya. Aah sempurna.
“Eee, dia ga mau kak katanya dia malu kalo ke UKS ketemu yang lainnya. Kak pergi dulu ya kak.” ucap Sabrina dengan senyumnya dan mengakhiri percakapannya sebelum ia semakin banyak berbuat dosa.
“Oh iyaa. Cepat sembuh ya temanmu” ucap Kakak itu sayup-sayup terdengar karena Sabrina sudah berlari sekencang-kencangnya.
Lalu Sabrina kembali kekelasnya dan membuka pintu secara tidak santai hingga membuat penghuni didalamnya kaget.
“Lo habis dikejar sama siapa ?” tanya Raka yang telah dalam posisi duduk melihat Sabrina yang kini bercucuran keringat. Dan Sabrina hanya membalas dengan gelengan.
‘I’m only one call away, I’ll be there to save the d—‘ suara dering telfon di HP Sabrina.
“Hallo paman!” seru Sabrina.
“Eehh paman Sabrina ada urusuan disekolah jadi pulang telat, ini mendadak banget. Paman duluan aja” ucap Sabrina menjelaskan.
“Iya paman, hati-hati dijalan” ucap Sabrina lalu menutup telfonnya.
Setelah itu Sabrina langsung mendekati Raka dan membersihkan luka-luka yang ada ditubuhnya.
“Gue habis kelai sama geng REAL KING. Gue gabisa pulang kerumah pasti gue dihajar bokap gue” ucap Raka menceritakan.
“Lo gapapakan kalo gue cerita” tanya Raka. Sabrina hanya mengganguk menjawabnya.
“Okay gue cerita” ucap Raka mantap.
“Tadi gue kelai sama mereka. Mungin menurut lo biasa aja karena lo gatau sih rasanya jadi gue, jadi pemimpin. Kalo ada yang nantang kelai masa lo gabisa dateng pasti lo dianggap cupu. Terus kalo lo menang lo bakal ngerasaiin kebahagian yang gabiasa.” ucap Raka sangat antusias seakan-akan dia sangat jago.
“Ih mending dibilang cupu daripada kelai terus jadinya luka-luka kayak gini. Gak tentu menang lagi” jawab Sabrina jadi nyolot sambil menekan luka Raka saat mengucap kata ‘gini’ spontan Raka langsung memgaduh kesakitan.
“Eitss apa lo bilang, sorry ya, gue menang, gue gapernah kalah kelai. Bukanya gue sombong tapi kalo lo gapercaya tanya aja sama Fay” ucap Raka membawa bukti.
“Serah deh, aku pulang ya” ucap Sabrina lalu beranjak pergi keluar.
“Mau gue anter? Gue denger tadi paman lo udah pulang” ucap Raka yang sudah berdiri.
“Enggak usah, aku naik taksi aja” ucap Sabrina sambil menatap Raka meyakinkan. Lalu ia beranjak pergi keluar kelas dan diikuti Raka dibelakangnya.
“Beneran gakmau ? bahaya loh ini udah mau senja”ucap Raka yang mengikuti Sabrina dibelakang. Ini cowok cerewet banget celetuk Sabrina dalam hati.
“Gapapa kok” ucap Sabrina yang sekarang mempercepat jalannya. Lalu Sabrina malah tersandung dan Raka memegang tangannya secara spontan. Dan dengan cepat Sabrina menepisnya.
“Ih sorry-sorry, gue bermaksud buat nolongin doang kok” ucap Raka sambil mengangkat kedua tanganya seperti seorang tersangka kejahatan. Sabrina tak menggubrisnya ia tetap berjalan kedepan.
“Curang, tadi dia sentuh-sentuh muka gue, gue gamarah” ucap Raka ngedumel namun suaranya masih bisa didengar.
“Kan aku nolongin kamu” protes Sabrina yang spontan berhenti lalu menengok kebelakang dan membuat langkah Raka terhenti hingga jarak mereka menjadi dekat.
“Tapikan tadi aku juga no—“ ucapan Raka terhenti dan menjadi bunyi ‘PLAK’ karena tamparan dari Sabrina mengenai pipinya yang lebam.
“AAAggghhh, gila lo! sakit woyyyyyy!!!!!!!!!” teriak Raka histeris sambil mengelus-ngelus pipinya.
“Kamu sih dekat-dekat aku. Siapa suruh” ucap Sabrina berteriak membela diri.
“Ya tapikan lo bisa mundur kek” ucap Raka protes.
“Namanya juga reflex ya gatau dehh”
“Waw reflex lo bagus banget. Gue bisa jamin lo bisa pulang dengan selamat” ucap Raka lalu ia pergi meninggalkan Sabrina sendirian.
Jangan lupa likenya ya ehehehe^^