Read More >>"> Dark Fantasia ([Skyrius 04] The World Where She Live) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dark Fantasia
MENU
About Us  

Sudah hampir setengah hari Robert dan Fiola berjalan ke arah selatan menyusuri padang rumput, tetapi sepanjang mata memandang hanya ada hamparan padang rumput yang sangat luas dengan hutan di ujung cakrawala yang seakan tak terjangkau jaraknya. Mereka sama sekali tidak menjumpai satu pun tanda peradaban di sekitar tempat itu, hanya ada capung yang bertentangan dan serangan di atas rumput ilalang.

"Hah ... hah... tidak salah lagi, tempat ini berbatasan langsung dengan Republik Sriana ... hah ... hah ... padang rumput ini berbatasan dengan Republik itu ...."

Fiola berjalan sempoyongan. Untuk gadis kecil yang tidak terbiasa keluar dari tempat tinggal, perjalanan di bawah terik matahari di padang rumput memang cukup berat untuknya. Ditambah lagi gadis itu hanya memakai sehelai kain saja untuk melindungi kulitnya dari mentari terik, itu membuat perjalanan semakin berat baginya.

Melihat Tuan Putri kecil itu sudah benar-benar kelelahan, Robert yang berjalan di depannya berhenti dan menoleh ke belakang.

"Fiola, apa mau aku gendong?"

Mendapat tawaran itu, Fiola langsung memasang wajah panik mengingat kembali saat Robert meloncat sampai ke daerah perbatasan ini yang jaraknya ratusan kilometer dari Kota Erteri, Ibu kota kerajaan Armenia yang telah diambil alih Kekaisaran.

"Tidak, tidak! Kalo Anda loncat lagi, tidak tahu kita akan sampai di mana!"

Fiola melangkah ke belakang dan sedikit panik mengingat risiko dari kemungkinan yang ada. Melihat ekspresi tersebut, Robert bisa memakluminya. Kalau bukan karena berkah yang ada, mungkin Pobia ketinggian jika akan membuat Robert ketakutan setengah mati jika melakukan loncatan seperti sebelumnya untuk mempercepat perjalanan.

"Hem ... aku tidak akan meloncat ..., jujur cara tadi sangat cacat ... bukan hanya aku tidak bisa mengukur jarak loncatan, aku juga tidak bisa mengukur ketinggiannya dan tempat mendarat .... Kalau bisa, Aku tidak ingin menggunakan cara itu lagi ...."

Robert berjalan mendekati Fiola, lalu mengangkat tubuhnya dan membopongnya layaknya seorang tuan putri.

"Enggak... bukannya saya berat? Nanti cepat lelah loh...."

"Berat? Enggak, kok. Malahan kamu sangat ringan. Kamu tidak perlu khawatir .... Lagi pula, mungkin aku juga tidak akan pernah merasa lelah."

Mendengar itu Fiola merasa heran, Ia bertanya-tanya kenapa pria tersebut ingin sekali membantunya. Fiola sama sekali tidak tahu motif pria tersebut.

"Ngomong-omong, setelah kita sampai di Republik Sriana, apa kamu punya rencana?" Tanya Robert sambil mulai berjalan.

"Belum ... ada... tapi, berbeda dengan tempat lainnya ... Menurut buku yang saya baca, Republik Sriana adalah tempat yang ramah dengan pendatang asing ... asalkan identitas kita tidak ketahuan ... mungkin akan aman di sana...."

Gadis itu memasang wajah murung kembali. Dalam beberapa jam Robert melakukan perjalanan dengannya, sudah hampir sepuluh kali gadis itu memasang ekspresi seperti itu. Sebenarnya Robert kesal melihat ekspresi lemah tersebut, tetapi dirinya sadar diri tidak bisa melakukan apa-apa terhadap masalah hati Fiola.

"Yah ... petualangan pertamaku di dunia lain dimulai dari menjadi buronan ditemani Tuan Putri murung. Aku rasa tidak ada awal yang lebih menyusahkan dari ini."
.
.
.
Beberapa waktu berlalu dan hari sudah mulai gelap, tetapi sayangnya hutan di ujung cakrawala masih terlihat sangat jauh. Bintang-bintang mulai bermunculan, tirai hitam telah diturunkan, dan hawa dingin mulai dirasakan mereka.

Dinginnya angin malam yang menusuk tulang mulai dirasakan Fiola. Gadis kecil yang hanya mengenakan kain untuk menutupi tubuhnya itu mulai mengigil kedinginan. Ia terus menggigil di atas bopongan Robert.

"Oh, benar juga ... suhu di padang rumput juga seperti itu, yah. Hampir sama seperti padang pasir... karena tidak ada tumbuhan tinggi berdaun lebat, kalo siang panas sekali sedangkan malam dingin, yah...."

Robert berhenti berjalan. Ia melihat ke sekitar tempat itu untuk mencari pohon untuk beristirahat. Tetapi, sayang sekali di sekitar padang rumput itu sama sekali tidak ada tempat untuk beristirahat karena di sekitar mereka hanya ada rerumputan. Satu-satunya pohon yang ada adalah hutan yang terlihat di ujung cakrawala sana.

"Ada ... apa, Tuan Robert?" Tanya Fiola.

"Hem, kamu kedinginan, bukan?"

Gadis itu menggunakan kepalanya. Bibirnya membiru dan raut wajahnya memucat. Melihat hal itu, Robert sedikit menghela napas.

"Gawat, nih .... Kalau dia kehilangan kesadaran di saat suhu rendah seperti ini bisa-bisa dia ...."

Robert melihat ke arah hutan di ujung cakrawala. Dari jarak mereka dengan tempat itu, mungkin itu sejauh 10 kilometer lebih.

"Fiola, pegangan yang erat. Aku akan lari," ucap Robert. Ia sedikit membungkuk untuk membuat posisi melindungi tubuh Fiola dari hempasan angin.

"Eh....?"

Tanpa menunggu Fiola siap, Robert berlari sangat kencang ke arah Hutan di ujung cakrawala. Kecepatan larinya sangat luar biasa, bahkan itu lebih cepat dari mobil balap sekalipun. Rerumputan yang dilewatinya terbuka, dan hembusan angin kencang menerbangkan ilalang.

Kurang dari lima menit, ia sampai di depan hutan. Tetapi karena kecepatan larinya yang sangat cepat dan tidak terkontrol, Robert sempat menabrak beberapa pohon sebelum berhenti. Saat menabrak pohon, Robert sempat berputar dan mengorbankan punggungnya sendiri untuk melindungi tubuh kecil Fiola.

"A-Apa sih yang Anda lakukan?! Itu berbahaya tahu!" Ucap Fiola dengan sangat panik.

"Ya, ya ... yang penting kita sampai lebih cepat ... kalo tau dampaknya hanya seperti ini, lebih baik kita lakukan dari tadi...."

"Tidak! Jangan lakukan hal itu lagi! Memangnya tubuh Anda ini terbuat dari baja atau apa dibenturkan seperti itu!" Fiola terlihat marah. Ia mengembungkan pipinya sambil menatap mata Robert.

"Ya...." Robert menurunkan Fiola, lalu menatap balik ke arahnya.

"Apa kamu khawatir?" Tanya Robert.

"Tentu saja saya khawatir! Kalau Anda kenapa-apa ... Saya ...."

Raut wajah gadis itu mulai memerah dan matanya berkaca-kaca seperti ingin menangis.

"Ah, benar juga. Kalau aku tidak ada, bisa-bisa dia ditangkap dan dieksekusi yah...."

Robert menepuk kepala Fiola, lalu memasang senyum ringan di wajahnya.

"Tenang saja. Asal kau tahu aku ini cukup kuat, jadi jangan cemas. Aku tidak akan mati hanya karena menabrak satu atau dua pohon saja ...."

"Ya ... menabrak....?"

Fiola melihat beberapa pohon yang tumbang karena ditabrak Robert tadi. Sebagian besar pohon di tempat itu telah tumbang karena ditabrak Robert.

"Itu seperti menggunduli hutan," lanjutnya.

"Hem, banyak yah ... sayang sekali kalau dibiarkan begitu saja," ucap Robert.

Mendengar perkataan Robert, sesuatu ide terpikirkan oleh Fiola. Gadis berambut putih keperakan itu berjalan ke arah salah satu pohon yang tumbang dan berusaha untuk mengangkatnya, tetapi karena tenaganya sangatlah lemah ia sama sekali tidak menggerakkan batang pohon yang berdiameter 30 sentimeter tersebut.

"Be-Berat sekali!"

"Biar aku saja...."

Saat Robert mengangkat batang pohon tersebut, dengan mudahnya itu terangkat. Robert mengangkat batang kayu itu di atas pundak kanan, kemudian melirik ke arah Fiola.

"Jadi, untuk apa?"

"O-Oh, tolong taruh di sana!" Ucap Fiola sambil menunjuk ke hamparan rerumputan yang berada beberapa meter dari daerah hutan. Gadis berambut putih keperakan itu sempat terkejut melihat Robert mengangkat batang kayu besar itu dengan mudah.

Bukannya membawa batang pohon sepanjang 5 meter tersebut, Robert malah langsung melemparkannya ke arah tempat yang ditunjuk Fiola. Saat batang pohon itu mendarat, suara dan getaran membuat Fiola tersentak dan heran dengan tindakan Robert.

"A-Apa Anda marah?" Tanya Fiola sambil gemetar.

"Hem, marah? Kenapa?"

"Ta-Tadi, kenapa batang pohonnya dilempar?"

"Yah, biar efisien ... menyusahkan sih. Jadi, untuk batang pohon itu?" Ucap Robert dengan rasa sedikit penasaran.

"Se-Sebelum itu, bisa Anda memotongnya terlebih dahulu ...."

Robert berjalan ke arah batang pohon tersebut, kemudian menginjak dan mematahkan batang pohon setebal 30 sentimeter tersebut. Setiap kali diinjak, batang pohon itu langsung patah. Robert mematahkan menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dan menyusunnya membentuk seperti api unggun.

"Yah, kurang lebih aku tahu apa yang ingin dilakukannya, sih .... Tapi, apa di dunia ini benar-benar ada yang seperti itu?"

Fiola berjalan ke arah potongan kayu yang telah disusun tersebut, lalu mengulurkan kedua tangannya ke arah tempat itu dengan telapak tangan terbuka.

"Wahai api, zat yang membakar, dengarkanlah suaraku dan kabulkanlah, Matches!"

Kilatan api menyebar dari kedua telapak tangan Fiola dan membakar kulit pohon tersebut. Api unggun sederhana untuk berlindung dari dinginnya malam tercipta. Fiola berbalik melihat ke arah Robert dengan wajah bangga, lalu bertanya dengan sedikit angkuh.

"Bagaimana? Lihat ... saya juga bisa berguna juga, bukan?"

"Berguna ...? Kenapa kamu ingin menunjukkan kamu berguna atau tidak?"

Robert berjalan mendekati Fiola, lalu menatap wajahnya dengan ekspresi datar.

"T-Tidak... saya pikir... ka-karena alasan Anda menolong saya...."

Gadis itu gemetar melihat wajah tanpa ekspresi itu. Sorot mata pria itu terasa sangat dalam dan dingin seperti bukan tatapan seorang manusia.

"Oh, kurang lebih aku paham. Tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu begitu saja ... aku akan tanggung jawab dan menjagamu untuk beberapa waktu ke depan."

Robert menepuk ubun-ubun kepala Fiola, lalu melihat ke arah kobaran api kecil yang perlahan mengetuk api unggun. Saat itu, tiba-tiba angin malam bertiup membuat api bergelombang terlihat seperti menari dan padam. Untuk sesaat suasana terasa canggung. Wajah Fiola memerah karena hasil usahanya dengan mudah hilang ditiup angin.

"Hah, tentu saja padam. Kita butuh kayu yang lebih kecil...."

Robert berjalan ke depan batang pohon, lalu tanpa aba-aba sama sekali ia langsung menghancurkan kembali potongan kayu tersebut dengan pukulan sampai terbelah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Suara dari pukulan itu sempat membuat Fiola tersentak kembali.

"A-Apa yang Anda lakukan?" Tanya Fiola.

"Hem? Tentu saja membuatnya menjadi lebih kecil. Kalau dinyalakan dengan ukuran seperti tadi tentu saja akan langsung padam."

Robert terus memukul dan mematahkan potongan pohon tersebut sampai menjadi beberapa bagian kecil supaya bisa digunakan untuk bahan kayu bakar. Setelah dirasa cukup, ia menyusun kembali kayu-kayu tersebut menjadi kerangka api unggun yang lebih sempurna, lalu kemudian meminta Fiola menggunakan sihir apinya untuk menyalakan api unggun sederhana tersebut.

Di bawah langit malam berbintang, mereka berdua duduk saling berhadapan di dekat api unggun yang telah dinyalakan. Sesekali, Fiola melirik ke arah Robert yang duduk sambil menyilangkan kakinya.

"Fiola ... ngomong-omong ... tadi itu sihir, bukan?" Tanya Robert.

"Eh..? Ah, itu benar ... tadi sihir api. Salah satu sihir elemen. Yah, meskipun itu hanya sihir sederhana."

Gadis itu melipat kakinya ke depan, dan duduk sambil menyembunyikan wajahnya dari hawa dingin di antara kedua kakinya. Untuk sekilas Robert melihat kulit mulus paha gadis itu yang terbuka karena kain putih miliknya tidak bisa menutupi seluruh tubuhnya dengan sempurna.

"Lengah banget, padahal aku cowok juga. Tuan Putri ini sebenarnya jenis orang seperti apa, sih?" Pikir Robert dengan ekspresi datar.

Setelah memejamkan mata, Robert memberikan tatapan malas ke arah Fiola.

"Apa semua orang bisa menggunakan sihir?" Tanya Robert. "Heh ...?" Fiola terlihat terkejut. Sekilas gadis itu memalingkan wajahnya, lalu kembali melihat Robert dengan tatapan sedikit tajam.

"Kenapa Anda bertanya seperti itu? Sihir tidak bisa digunakan sembarang orang, hanya orang tertentu saja yang bisa menggunakannya. Seharusnya Anda tahu itu, ini pengetahuan umum," ucap Fiola.

"Begitu, yah ... kalau kamu, sihir apa saja yang bisa kamu gunakan?" Tanya Robert.

"Eeh...? Kenapa Anda tanya-tanya hal seperti itu? Untuk apa memangnya?" Fiola memasang ekspresi curiga dan tatapan matanya semakin tajam.

"Hanya tanya ... jika kamu tidak ingin menjawabnya, ya sudah."

"Tidak ... bukan saya tidak mau, tapi hanya saja ...." Sekilas Fiola sedikit memalingkan pandangnya, lalu menghela napas.

"Ada apa?" Tanya Robert.

"Hem ... baiklah. Akan saya beritahu."

Melihat ekspresi tidak senang gadis itu, untuk sesaat Robert merasa heran. Dirinya tahu ekspresi yang diperlihatkan gadis tersebut, itu sedikit mengikatnya dengan salah satu klien perusahaannya di kehidupannya dulu di mana klien tersebut sedang menyembunyikan sesuatu.

"Apa memberitahu sihir kepada seseorang membuatmu merasa cemas?" Tanya Robert.

"Bu-Bukan begitu! Saya tidak keberatan memberitahu sihir-sihir milikku, tapi... hanya saja ... sihir yang saya gunakan sebagian besar sihir tabu ...."

Fiola sedikit menundukkan wajahnya, lalu melirik ke arah Robert dengan ekspresi sedikit cemas.

"Tabu ...? Apa semacam kutukan atau sihir kegelapan?" Tanya Robert.

"Bukan, bukan itu .... Sihirku... sebenarnya adalah sihir Alkimia Mekanik," ucap Fiola dengan nada takut.

Tetapi saat ia melihat wajah Robert yang sama sekali berubah ekspresi wajahnya, raut wajah gadis itu mulai terlihat sedikit heran.

"Hem? Memangnya ada apa dengan sihir itu?" Tanya Robert.

"Eh? Kenapa Anda bertanya seperti itu? Sihir Alkimia, loh. Itu sihir salah satu jenis Alkimia, loh. Aku seorang Alkemis .... Itu salah satu sihir tabu yang digunakan para penyihir kegelapan! Apa Anda tidak takut?!" Tanya Fiola dengan sedikit panik.

"Aku rasa aku sudah pernah bilang ini, bukan ... Aku sama sekali tidak tahu menahu tentang dunia ini. Jadi aku sama sekali tidak tahu sihir Alkimia itu seberbahaya apa sampai-sampai dianggap tabu ... yang kutahu, sihir Alkimia itu semacam membuat Transmutasi dari besi menjadi emas, atau obat keabadian, bukan?"

"Ya ... itu memang benar sih... tapi, apa Anda benar-benar tidak tahu tentang hal itu....?" Tanya Fiola.

"Mengetahui apa memangnya?" Robert memasang wajah bingung.

"Asal Anda tahu, Sihir Alkimia ini ... adalah sihir yang pernah memusnahkan banyak kerajaan di masa lampau."

Walaupun telah mendengar hal tersebut, Robert sama sekali tidak terkejut dan hanya diam untuk sesaat. Ia tidak bisa membahayakan betapa menakutkannya sihir Alkimia tersebut.

"Oh, begitu," ucap Robert dengan santai.

"Eh?! Hanya itu reaksinya....? Anda pertama kalinya mendengar ini, bukan?"

"Yah, mengetahui aspek dasar sihir untuk mencapai penciptaan kehidupan dan pencapaian keabadian, tidak heran kalau sihir itu memiliki sejarah gelap. Yah, walaupun pengetahuan itu hanya kudapat dari beberapa dokumen, tapi jujur saja aku cukup terkejut kalau jenis sihir itu ternyata benar-benar memiliki sejarah seperti itu di sini."

Robert sedikit memalingkan wajahnya, lalu sesaat menutup matanya dan berpikir.

"Yah, di duniaku dulu banyak artikel semacam itu di web, sih... tentang Alkimia dan beberapa jenis sihir atau hal fantasi lainnya .... Meskipun itu hanya fiksi di duniaku dulu, sih...."

Robert kembali melihat ke arah Fiola dengan tatapan mata yang datar.

"Hem? Dokumen....? Apa Anda seorang peneliti sihir terlarang?" Tanya Fiola.

"Tidak, bukan...."

"Hem, bukan? Terus kenapa Anda punya dokumen tentang sihir Alkimia? Mencurigakan...."Gadis berambut perak itu menatap curiga Robert.

"Aha, kalau itu ... aku membacanya dari dokumen orang lain .... Itu catatan orang yang kukenal."

"Heh... begitu ya...." Fiola menatap curiga ke arah Robert.

"Ya, begitulah." Robert melihat ke arah api unggun dan sedikit terpikir tentang sihir api yang gadis di seberang lain api unggun gunakan.

"Apa sihir api sebelumnya ... Itu juga termasuk sihir Alkimia?"

"Sihir tadi? Ya, itu benar ... sihir Alkimia Mekanik pada dasarnya mencakup beberapa sihir seperti sihir api, sihir tanah, sihir air, sihir perubahan bentuk, sihir Rune, dan beberapa bidang sihir lainnya ... Yah, pada dasarnya ini adalah gabungan sihir yang bertujuan untuk membuat benda tidak bernyawa menjadi hidup."

"Hem...." Robert sekilas melihat ke arah kedua tangan mekanik Fiola yang terbuat dari kayu dan keramik

"Apa tanganmu itu...."

"Ini?" Gadis itu mengangkat kedua tangannya mekaniknya dan menunjukannya kepada Robert.

"Apa itu kamu yang buat? Tanya Robert.

"Kalau ini ... bukan saya yang membuatnya. Kedua tangan ... bahkan kedua kaki ini ... kedua orang tuaku yang membuatnya ...."

Fiola menyentuh ujung kedua kaki mekaniknya dengan kedua tangan mekaniknya. Saat dilihat baik-baik, keduanya benar-benar dibuat dengan sangat sempurna, entah itu kaki atau tangan, entah itu bagian kiri atau bagian kanan.

"Sebenarnya ... Tuan Robert ..., saya terlahir lumpuh ... kedua kaki dan tangan saya tidak bisa digerakkan. Tapi, saat umur lima tahun .... Ayahanda dan Ibunda membuatkan tangan dan kaki Mekanik ini untukku ...."

"Tunggu sebentar ... itu dari kamu kecil? Kalau iya, seharusnya...."

Robert merasa heran. Kalau tangan dan kaki buatan itu diberikan oleh kedua orang tuanya sejak ia kecil, seharusnya kedua tangan kecil itu tidak akan pas ukurannya dengan tubuh Fiola saat ini.

"Hem ... Kedua tangan dan kaki ini adalah Bio Mekanik ...."

"Bio ... maksudmu, itu hidup?"

"Ya, kedua tangan dan kaki ini mengikuti pertumbuhan saya. Ini akan tumbuh bersamaku menggunakan darah dan sel-sel saya sendiri .... Jujur, tanpa aku sadari .... rasanya saya memang seperti sudah terlahir dengan kedua tangan yang normal. Hebat, bukan? Oleh karena itulah saya kagum dengan sihir ini dan mempelajarinya dengan giat ...."

Fiola sedikit memasang wajah sedih. Ia sedikit mengingat kembali saat-saat ia belajar sihir Alkimia bersama Ayahnya di Istana. Memang benar dia jarang bertemu dengan keluarganya karena berbagai kondisi tertentu, tetapi Fiola merasa bahagia bisa hidup bersama keluarganya walau harus diisolasi di dalam istana.

"Begitu rupanya., dia sangat menyayangi kedua orang tuanya, yah. Kalau begitu, kabar yang dikatakan para prajurit kekaisaran saat di kota itu hanya dibuat-buat ... orang tuanya tidak menjadikan dia untuk percobaan atau semacamnya," pikir Robert saat melihat ekspresi Fiola.

"Berarti kabar yang dikatakan para prajurit kekaisaran itu cuma korporasi belaka, yah?" Robert mengucapkan apa yang dipikirkannya.

Mendengar itu, Fiola terkejut. Itu baru pertama kalinya ada orang selain kedua orang tuanya yang mendukung dia saat berbicara tentang sihir Alkimia.

"He~heh~ ternyata dia benar-benar orang baik," pikir Fiola sambil tersenyum manis.

"Hem ... kalau begitu, ayo kita lanjut ke topik selanjutnya." Robert sedikit menajamkan tatapannya.

"Eh...?"

"Bukan malah 'eh'? Sudah aku bilang tadi, bukan? Aku tidak tahu menahu tentang dunia ini ... jadi beritahu aku tentang dunia ini."

"Eng ... dunia....? Memangnya Anda orang hilang ingatan atau terkena cuci otak?" Tanya Fiola dengan nada sedikit bercanda.

Mendengar itu, Robert tersentak. Kedua tebakan gadis itu tidak ada satu pun yang tepat.

"Eh, apa ... betul ...? Anda ...." Fiola menatap curiga ke arah Robert. Tatapan mata gadis itu membuat Robert sedikit gelisah.

"Gawat ... Apa dia tahu kalau aku dari dunia lain? Apa aku terlalu banyak bicara? Cih! Sebaiknya aku harus berhati-hati dalam memilih kata ...."

Robert mulai berkeringat. Memang tidak ada salahnya memberitahukan kepada gadis itu bahwa dirinya berada dari dunia lain. Tetapi karena Robert benar-benar ingin membuka lembar baru di dunia ini, dalam benaknya ia ingin memendam rapat-rapat fakta tersebut.

"Orang ... yang ... hilang Ingatan?" Lanjut Fiola.

Mendengar perkataan itu, Robert sedikit terkejut sekaligus lega.

"Hah, untung saja gadis ini sepertinya bodoh...."

Robert memalingkan wajahnya dan sedikit menghela napas.

"Hem, kenapa kamu berpikir seperti itu?" Tanya Robert sambil memberi tatapan mengasihani ke arah Fiola.

"Yah, Anda tidak tahu tentang peperangan kerajaan Armenia dan kekaisaran Vandal yang sudah sejak beberapa tahun berlangsung, Anda juga tidak tahu tentang kelamnya sejarah sihir Alkimia, dan juga Anda bilang tidak tahu apa-apa tentang dunia ini. Yah, kalau disimpulkan, bukankah hilang ingatan itu paling tepat?"

"Hah, kalau kamu paham sampai seperti itu, kenapa pilihan orang dari dunia lain tidak masuk dalam kemungkinan yang ada?" Ucap Robert. Pada akhirnya dirinya mengatakan fakta yang tidak ingin ia buka itu.

"Eh ...?" Untuk sesaat Fiola terkejut mendengar perkataannya.

"Ah ... Ke-Keceplosan ...."

Robert berkeringat deras, kali ini ia benar-benar mengacaukannya.

"Ha hah, mana mungkin itu terjadi. Sesuatu seperti pemanggilan seseorang dari dunia lain itu hanya bisa dilakukan oleh para Dewa-Dewi surgawi, dan sudah beratus-ratus tahun setelah Raja Iblis dibunuh hal itu tidak pernah terjadi lagi. Jadi mana mungkin Tuan Robert berasal dari dunia lain, terlebih lagi... yang dipanggil itu Pahlawan, loh...."

Mendengar penjelasan seperti itu, Robert memalingkan wajahnya dan mulai sedikit kesal.

"Sialan! Ternyata ada setting seperti itu toh! Kalau alurnya seperti ini, bisa-bisa aku disuruh mencegah kebangkitan Raja Iblis atau semacamnya! Ogah itu mah! Males banget!"

"Hem, ada apa, Tuan Robert?" Tanya Fiola.

"Tidak ada. Benar juga ... aku bukan pahlawan ya... jadi, aku tidak ada kewajiban untuk bunuh iblis atau semacamnya. Aku hanya orang hilang ingatan yang bernasib naas," ucap Robert dengan ekspresi wajah sedikit depresi.

"Tuan Robert ... apa Anda benar-benar baik-baik saja? Wajah Anda tidak terlihat sehat ...."

Fiola hendak berdiri tetapi karena seharian tadi ia belum makan, kedua kakinya tidak bisa menyangga tubuhnya dengan baik dan ia pun terjatuh ke samping.

"Oi, kamu tak apa?"

Robert yang sedikit panik dan menghampirinya. Saat ia memeriksa tubuh gadis itu, suhu tubuhnya cukup tinggi.

"Gawat ... dia demam ...! Ini sebabnya orang rumahan harus sering olahraga, kalau jalan jauh pasti begini ....!"

Robert segera melepas bajunya yang sedikit rusak dan memakaikannya kepada Fiola untuk menghangatkan tubuhnya.

"Tu-Tuan ... nanti kedinginan," ucap Fiola dengan lemas.

"Tidak, apa ... jangan khawatir ...."

"Gawat... di tempat ini ... satu-satunya hal yang bisa aku lakukan hanya mencari air ... dan juga tanaman herbal ... semoga saja tanaman di dunia ini sama dengan tanaman di duniaku dulu .... Hah, semoga saja tidak ada monster seperti dalam komik yang sering aku baca semasa sekolah," pikir Robert.

Robert terlihat panik. Ia melihat ke sana-kemari seperti mencari sesuatu.

"Kamu tunggu di sini, aku akan mencari beberapa tanaman obat di hutan untuk dimakan ... Ingat, tetap sadar! Jangan sampai kamu tertidur! Kalau ada bahaya, tembakan saja sihir api seperti sebelumnya ke udara dan aku langsung akan datang."

Robert membaringkan Fiola ke atas rerumputan, lalu menyelimuti tubuhnya dengan kain putih miliknya.

"Tu-Tunggu ... bukannya Tuan tadi ingin bertanya tentang dunia ini ... Anda orang yang hilang ingatan, bukan? Jangan pergi ke mana-mana ...."

Fiola memegang tangan kanan Robert dan menatapnya dengan wajah memelas. Tidak bisa dipungkiri kalau dia khawatir, kemungkinan Robert mengabaikannya dan pergi karena dianggap menjadi beban sangatlah besar. Hal tersebut membuat Fiola sangat cemas.

"Jangan khawatir ... itu nanti saja. Aku akan segera kembali setelah mendapat beberapa tanaman obat. Jadi, jangan khawatir ...."

Setelah gadis itu melepaskan tangannya, Robert segera berdiri dan menatap ke arah hutan.

"Heh, kalau ada monster, biar aku tonjok aja! Emang gue pikirin! He, heh, salah sendiri ketemu gue ...."

Saking paniknya, entah mengapa pola pikir Robert semakin aneh. Dia tidak bisa berpikir tenang dan rasional. Setelah Robert meregangkan jari-jari kedua tangannya, ia langsung berlari masuk ke dalam hutan.

Saat melihat punggung Robert yang sedang berlari masuk ke dalam hutan, perlahan kesadaran Fiola mulai hilang dan pandangnya mulai buram.

"Tolong... jangan.... tinggalkan aku...." Fiola menutup matanya dan kehilangan kesadaran.

Setelah itu, beberapa menit setelah Robert masuk ke dalam hutan. Suasana hutan yang tadinya sunyi, seketika dipenuhi suara benturan, jeritan, rintihan, dan suara penderitaan dari para penghuninya.

Pada malam berdarah itu, seorang monster, membantai ratusan ekor monster lainnya hanya karena mencari beberapa tanaman herbal.

===============================

Note:

Jangan lupa tindakan jejak berupa saran dan masukan setelah membaca yah;v

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
May be Later
13754      2026     1     
Romance
Dalam hidup pasti ada pilihan, apa yang harus aku lakukan bila pilihan hidupku dan pilihan hidupmu berbeda, mungkin kita hanya perlu mundur sedikit mengalahkan ego, merelakan suatu hal demi masa depan yang lebih baik. Mungkin di lain hari kita bisa bersanding dan hidup bersama dengan pilihan hidup yang seharmoni.
Tumpuan Tanpa Tepi
7331      2574     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Strawberry Doughnuts
602      403     1     
Romance
[Update tiap tengah malam] [Pending] Nadya gak seksi, tinggi juga kurang. Tapi kalo liat matanya bikin deg-degan. Aku menyukainya tapi ternyata dia udah ada yang punya. Gak lama, aku gak sengaja ketemu cewek lain di sosmed. Ternyata dia teman satu kelas Nadya, namanya Ntik. Kita sering bertukar pesan.Walaupun begitu kita sulit sekali untuk bertemu. Awalnya aku gak terlalu merhatiin dia...
Anak-Anak Dunia Mangkuk
460      264     6     
Fantasy
Dunia ini seperti mangkuk yang biasa kalian pakai untuk makan dan minum. Kalian yang tinggal di lembah hidup di dasarnya, dan pegunungan batu yang mengelilingi lembah adalah dindingnya.
Premium
Titik Kembali
4206      1366     16     
Romance
Demi membantu sebuah keluarga menutupi aib mereka, Bella Sita Hanivia merelakan dirinya menjadi pengantin dari seseorang lelaki yang tidak begitu dikenalnya. Sementara itu, Rama Permana mencoba menerima takdirnya menikahi gadis asing itu. Mereka berjanji akan saling berpisah sampai kekasih dari Rama ditemukan. Akankah mereka berpisah tanpa ada rasa? Apakah sebenarnya alasan Bella rela menghabi...
Rain Murder
1288      534     7     
Mystery
Sebuah pembunuhan yang acak setiap hujan datang. Apakah misteri ini bisa diungkapkan? Apa sebabnya ia melakukannya?
Langit Jingga
2498      841     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
The Journey is Love
621      427     1     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.
Beloved Symphony | Excetra
880      402     0     
Romance
Lautan melintang tiada tuturkan kerasnya karang menghadang.
PEREMPUAN ITU
485      324     0     
Short Story
Beberapa orang dilahirkan untuk membahagiakan bukan dibahagiakan. Dan aku memilih untuk membahagiakan.