Read More >>"> Dark Fantasia ([Skyrius 00] Regret Always Comes Last) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dark Fantasia
MENU
About Us  

Keserakahan, mungkin sifat itu sudah menjadi salah satu komponen dasar dari sifat manusia. Entah seberapa banyak yang didapat, manusia tidak akan pernah merasa terpuaskan. Mereka pasti selalu menginginkan sesuatu yang tidak dimiliki, merasa iri, serta dengki pada orang yang memiliki apa yang tidak dapat dimilikinya.

Seseorang pernah berkata padaku, "Kenapa saat seorang bayi lahir ke dunia mereka mengepalkan kedua tangannya? Asal kau tahu, sebenarnya itu tanda bahwa mereka lahir ke dunia dengan ambisi untuk mengambil banyak hal di setelah lahir, itu tanda keserakahan yang ada sejak pertama kali datang ke dunia."

Tentu aku tidak setuju dengan hal itu. Bagaimana mungkin seorang bayi sudah memiliki sifat buruk seperti itu, bagiku ucapannya itu hanya omong kosong belaka, hanya sebuah bualan yang melayang tertiup angin.

Tetapi sebelum aku membantah hal tersebut, orang itu kembali berkata padaku, "Berbeda ketika mereka meninggal, kebanyakan orang akan membuka kedua telapak tangan mereka yang kosong, tanda mereka tidak bisa membawa apa pun dari dunia setelah waktu mereka habis ... keserakahan mereka hanya membawa sebuah penyesalan teramat dalam."

Perkataan kali ini membuatku tertegun. Itu benar apa adanya, semua yang aku miliki, semua yang aku kumpulan, semua yang aku perjuangkan, segala itu tidak akan membantu apa-apa saat hari yang dijanjikan kepada semua makhluk hidup itu datang.

Sebenarnya bukan berarti aku takut akan kematian, yang kutakuti adalah kehidupan yang membuat sebuah kematian itu menjadi menyakitkan. Sebuah kematian penuh penyesalan yang membuatku takut.

Jika diumpamakan keserakahan adalah sebuah penyakit ada selama masih memiliki nyawa, mungkin setelah kematian datang penyakit itu akan hilang seperti debu yang tertiup angin. Perumpamaan itu tidak penting, itu hanya omong kosong saja. Pada kenyataannya, tidak sesederhana itu.

Entah bagaimanapun cara kita melihatnya, hidup adalah sekumpulan pilihan sebelum kita mati, sebuah “Paralel Question” yang tidak ada habisnya selama tubuh kita menyatu dengan tanah. Masalahnya bukan bagaimana caranya kita memulainya, tapi bagaimana caranya kita mengakhirinya.

Bagaimana cara mengakhir perjalanan hidup panjang kita, itulah yang lebih penting daripada memikirkan bagaimana kita memulai awal yang baru. Ya, mungkin semua orang berbeda pendapat, tetapi paling tidak itulah yang paling penting bagiku.

Aku sangat ingin sebuah akhir yang benar. Sungguh, sekarang aku tidak ingin hal lainnya lagi. Sudah cukup, semuanya sudah cukup, entah itu harta, kebahagiaan, kesedihan, kesengsaraan, dan segala sesuatu yang memberi arti dalam kehidupan.

»»««

Pada sisa hidupnya, dalam diri pria bernama Robert itu sekarang hanya ada sebuah penyesalan semata. Pria paruh baya yang dulunya seorang pengusaha berbakat dengan berbagai ide cemerlang itu, di penghujung umurnya sekarang hanya bisa berbaring menunggu ajalnya.

Harta, koneksi, kepercayaan dari rekan-rekan kerja, dan nama baiknya tidak berguna lagi semenjak ia terkena penyakit yang menghancurkan kehidupannya itu.

Yang bisa dilakukan olehnya sekarang hanyalah berbaring tidak berdaya di atas ranjang rumah sakit lokal, dengan infus dan alat penunjang kehidupan yang terpasang pada tubuhnya. Sosok yang dulunya berkuasa dengan harta dan jabatannya itu sekarang tidak berdaya di atas ranjangnya.

Tanpa ada keluarga yang merawat ataupun menemaninya, pria paruh baya itu terbaring sendirian melawan penyakit Stroke yang menggerogoti tubuhnya.

Sudah tiga tahun Ia berada dalam kondisi tersebut. Ia kehilangan kemampuan untuk berbicara dengan baik, kedua kakinya kehilangan kemampuan untuk berdiri dan benar-benar tidak bisa digerakkan, serta jemari kedua tangannya sudah tidak bisa digunakan untuk menulis bahkan memegang pun tidak bisa.

Sekitar satu tahun yang lalu, seluruh harta dan simpanan yang dimilikinya sudah habis untuk mencoba berbagai pengobatan. Tetapi semua itu hasilnya nihil, semuanya tidak berarti. Harta yang dikumpulkannya hilang tak berarti dalam waktu singkat, dan menjadi benar-benar tidak ada gunanya. Bahkan sekarang penyakit yang dideritanya semakin parah setiap harinya.

Robert bisa berada di rumah sakit ini pun berkat mengandalkan asuransi yang Ia punya, sebuah harapan terakhir untuk menunjang kehidupannya.

Tidak tahan dengan kehidupannya yang sekarang, istrinya, Meliana, dan anaknya, Fiala, tanpa berpikir dua kali memutuskan untuk meninggalkan Robert. Istrinya menggugat cerai dirinya, dan meninggalkan Robert sendirian. Dengan tanpa perasaan, dengan tanpa kasih, dan dengan penuh kekejaman, Robert ditinggalkan keluarganya. Seperti layaknya dulu Ia memecat bawahannya yang tidak becus, Ia dibuang oleh keluarganya layaknya barang rusak.

Kolega dan Kontraktor proyek yang selalu mendukungnya sekarang hilang entah ke mana. Mereka memang pernah menjenguk dirinya, tetapi itu hanya tahun pertama saat Robert masih terkena Stroke stadium awal, seterusnya mereka menyerah pada kesembuhan Robert dan meninggalkannya.

Sekarang Ia benar-benar sendirian di dunia ini, yang menemaninya mungkin hanya suster yang sering datang ke ruangannya untuk merawat dirinya.

Saat Ia terbaring sendirian di kamar tempatnya dirawat, Robert selalu bertanya-tanya untuk apa ia hidup selama ini. Ia berjuang dari bawah sampai menjadi seseorang yang sukses, tetapi saat terkena penyakit tersebut semua usahanya selama ini menjadi sia-sia dan hilang layaknya tumpukan debu yang tertiup angin.

Yang ada dalam benaknya bukanlah rasa bangga atau senang atas pencapaian yang pernah Ia dapat, tapi hanya sebuah penyesalan yang teramat dalam dan pedih seakan hatinya dirobek.

"Andai saja aku berbuat kebaikan saat masih memiliki segalanya. Andai aku menolong orang yang membutuhkan ...., Andai aku menjadi orang yang baik.”

Semua angan-angan seperti itu selalu terlintas dalam benaknya selama setahun terakhir ini. Itu percuma, Robert tahu akan hal itu. Tetapi dirinya tidak pernah berhenti berharap, semuanya akan baik-baik saja. Seperti dulu dia membalikkan keadaan saat perusahaannya mengalami krisis, pasti kali ini juga akan baik-baik saja, itulah yang Robert harapkan.

Meski begitu dalam lubuk hatinya yang paling dalam Ia tahu, kalau semua itu sekarang tidak mungkin bisa ia lakukan. Semua waktu yang pernah diberikan padanya digunakan hanya untuk mencari kekayaan semata dan tidak pernah berbuat kebaikan.

Sebelum Ia terkena Stroke, ia tidak pernah memikirkan untuk beramal, memberi, membantu, ataupun memedulikan orang-orang yang membutuhkan. Satu-satunya kebaikan yang pernah Ia lakukan mungkin hanya untuk keluarganya saja.

"Ah ... betapa berdosanya aku ... hidupku ini dipenuhi kesalahan. Jika aku bisa memulainya kembali ... aku ingin menjadi orang yang baik .... Menjadi orang yang mau meraih uluran tangan orang-orang yang membutuhkan ...."

Perlahan pria paruh baya itu menutup matanya dengan lemas, dipenuhi ambisi yang masih belum tercapai, dipenuhi rasa penyesalan yang besar Robert menutup matanya.

Piiiit...

Monitor detak jantung menunjukkan garis lurus. Perlahan dan pasti seluruh fungsi organnya berhenti beroperasi.

Dan pada saat itu, William Robert, sang mantan pengusaha besar yang pernah berkuasa dengan harta dan jabatannya menghembuskan napas terakhirnya di dunia ini pada umur 41 tahun dengan berbagai penyesalan yang masih ada.

»»««

Aroma tanah yang menyengat, udaranya begitu pengap, dan sunyinya mirip seperti kuburan. Seluruh badan tak bisa bergerak dan hanya bisa terbaring dengan tubuh mengeras kaku memucat, di dalam sebuah peti dingin tertimbun tanah.

Semua hal dari dunia sudah tidak ada kaitannya lagi, semua urusan dunia sudah tak akan bisa dijangkau dari tempat itu apalagi menjangkau tempat itu.

Pernahkah kalian terpikir bahwa semua apa yang kalian miliki saat ini akan hilang begitu saja? Akankah datang waktu di mana semuanya yang engkau miliki lenyap seperti tak ada artinya? Semua itu benar-benar terjadi. Seberapa banyak yang engkau kumpulan, semuanya akan dipertanggungjawabkan kelak saat waktunya datang.

Pada akhirnya semua itu hanyalah omong kosong belaka, sebuah kata-kata yang terangkai rapi dan peristiwa yang memenuhi durasi waktu hidupmu, itulah apa yang dikumpulkan selama hidupnya.

Harta? Keluarga? Teman? Ikatan? Kenangan? Pengaruh pada masyarakat? Jabatan? Tidak ada di antara itu yang ada di akhir hidupnya, yang ada hanya kesendirian pada detik-detik terakhirnya saja.

Dialah orang yang mendirikan setumpuk gunung penyesalan, dialah orang yang mewarnai kehidupannya sendiri dengan darah demi melindungi apa yang ia anggap berharga, dialah orang yang memberikan banyak cahaya pada dunia tetapi tak pernah mendapatkan pancaran cahaya pada jiwanya. Ya, layaknya sisi lain dari lampu senter.

Waktu baginya adalah uang, orang lain selain keluarga baginya hanyalah sebuah alat, dan seluruh apa yang ada di dunia dianggapnya hanya sekumpulan komponen untuk membangun kejayaannya.

Dia orang tamak sekaligus dermawan, dia seorang penyayang sekaligus orang yang kejam, dia orang yang jujur sekaligus munafik, dia bijaksana sekaligus orang dungu. Kebaikannya layaknya seorang ayah, kasih sayang yang diberikan hanya untuk anak yang bernama keluarga.

Apa pun yang ada pada dirinya, sekarang di penghujung waktunya hanya ada kesepian, kesendirian, dan penyesalan yang amat besar.

Sebuah tirai dari kisah penebusan penyesalan dan dosa telah diangkat. Bukan bagaimana caranya untuk memulai, tetapi bagaimana cara yang tepat untuk mengakhirinya.

»»««

Di sebuah tempat luas yang dipenuhi genangan air, Robert terbangun, membuka matanya kembali dengan tatapan kosong dan hampa.

Ia langsung berdiri lesu di tempat yang terlihat sepi tanpa adanya apa-apa kecuali dirinya dan genangan air yang luas. Langit di tempat itu begitu cerah, suasana begitu sunyi, kesunyian itu seakan menusuk tubuhnya tepat di tengah dada. Kesedihan yang tidak Robert tahu memenuhi dirinya, itu terasa aneh tetapi kesedihan itu terasa tidak asing. Rasanya seperti penyesalan.

Robert terlihat kebingungan dengan situasinya saat ini. Sambil melihat ke kanan kiri mencari sesuatu untuk memahami situasinya, pria itu berusaha mengingat kenapa dirinya bisa berada di tempat kosong yang hanya terdapat langit cerah dan genangan air jernih itu.

"Apa yang terjadi ...? Kenapa aku berada di tempat ini?"

Saat Ia melihat ke arah genangan air tempatnya berdiri, sentak Robert sangat terkejut karena melihat bayangannya sendiri yang terlihat sangat muda. Di atas genangan air di mana riak air mulai tenang, terpantul sosoknya yang masih terlihat sangat muda dan sehat.

"A-Apa yang terjadi ...? Apa aku tidak salah lihat? Aku ... kenapa aku terlihat muda lagi? Omong kosong apa ini ....?" Robert bertanya-tanya, tetapi seketika ia sadar kalau yang dilihatnya itu benar-benar dirinya setelah menyentuh wajahnya sendiri.

Ia benar-benar terkejut dengan apa yang terjadi pada dirinya. Bukan hanya wajahnya saja yang kembali muda, tetapi tubuhnya juga kembali menjadi tubuh seperti semasa Ia masih berumur 18 tahun yang masih sangat sehat dan penuh semangat.

Saat ia masih kebingungan, tiba-tiba sebuah cahaya Ilahi yang sangat terang muncul dari arah langit. Sambil sedikit menyipitkan kedua matanya, Robert mendongak melihat ke sumber cahaya yang berada di atas.

Seketika tubuh Robert gemetar setelah melihat sosok di balik cahaya terang itu. Di atas sana terlihat sosok bagaikan Dewi, melayang di udara dan dikelilingi oleh para malaikat cantik dengan tatapan mata kosong yang mengawal sosok anggun tersebut.

Dewi itu terlihat seperti seorang gadis dengan kulit putih pucat dan rambut berwarna pirang panjang sepinggang. Ia berpakaian gaun putih terurai, seperti halnya dewa-dewi dalam mitologi, dan ia juga mengenakkan sebuah selendang transparan yang melingkar pada tubuhnya.

"Selamat, wahai anak manusia! Engkau telah terpilih menjadi utusanku untuk menjadi pembimbing dunia tempatku mendirikan kejayaan!" ucap sang Dewi dengan suara lantang yang sangat anggun dan indah.

Perlahan ia turun ke bawah sendirian dan berpijak di atas genangan air. Saat ujung kaki kirinya yang telanjang menyentuh genangan, seketika air yang luas itu berubah menjadi sangat jernih dan permukaannya mulai memancarkan cahaya terang.

Melihat hal itu Robert sempat terpaku diam. Tetapi dengan segenap keberanian yang ada, pria itu memaksakan kesadaran yang seakan melayang karena sosok di depannya untuk bertanya pada sosok tersebut.

"Pembimbing dunia ...?" Wajah Robert mulai berkeringat dingin.

"Ya ..., engkau telah terpilih ... mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup kembali di dunia tempatku tinggal."

Dewi itu melepas selendang transparan berwarna keemasan itu ke udara, dan seketika selendang itu berubah menjadi sebuah bola kristal berwarna putih keemasan. Perlahan bola kristal melayang turun ke tangan Dewi, lalu Ia mengulurkan bola itu ke arah Robert seperti dirinya hendak menyerahkannya.

"A-Apa maksudnya ini ...?" Tanya Robert.

"Oh ... begitu ya,” ucap Dewi itu sekakan telah mengetahui sesuatu dari Robert, “Anda baru saja mati, jadi wajar kalau Anda masih bingung, ya? Kalau begitu, akan diriku jelaskan dari awal."

Dewi itu mengubah kembali bola kristal berwarna putih keemasan itu menjadi selendang, dan mengenakkannya kembali.

"Sebelum itu .... Wahai manusia, perkenalkan diriku adalah Dewa yang menguasai konsep Kematian dan Kehidupan. Sebenarnya diriku tak memiliki nama yang bisa diucapkan, tetapi kebanyakan makhluk hidup memangilku Violence ... Mungkin ini terdengar mengejutkan ..., sekarang engkau telah mati, apa engkau sudah paham soal hal tersebut? Dan ..., aku yang memberikan sesuatu yang bernama kematian itu padamu."

"Ma-Mati?! Aku sudah mati?! A-Aku benar-benar sudah mati ...?" tanya Robert dengan panik. Seketika rasa sedih dan kekecewaan yang dari tadi menyelimuti dirinya berubah menjadi amarah murni yang diarahkan kepada Dewi di depannya. Robert merasa kesal karena dirinya mati sebelum memenuhi seluruh impiannya, serta dalam situasi sangat menyedihkan.

"Ya, engkau sudah mati ... sungguh disayangkan. Kehidupan engkau saat itu sangat menyedihkan, bukan? Masa lalu yang kelam, semua jerih payahmu hilang seketika, jatuh sakit yang tak kunjung sembuh, ditinggalkan keluarga, dan parahnya lagi ... engkau belum melakukan kebaikan yang berarti walaupun pernah diberikan berkah dan kekayaan melimpah," ucap Violence dengan nada menekan.

Violence menatap Robert dengan sangat tajam, seketika rasa amarah yang ada pada Robert berhenti menjadi rasa takut yang terasa bagaikan sebuah kegelapan yang tiba-tiba memeluknya. Robert tahu, selama hidupnya dirinya tidak pernah berbuat kebaikan yang berarti. Tetapi, itu sepenuhnya bukan salahnya, sifat angkuh dan tidak peduli terhadap orang lain didapat Robert karena masa lalunya yang bisa dikatakan jauh dari kata baik ataupun bahagia.

"A-Apa aku akan dimasukkan ke dalam neraka?" tanya Robert dengan gemetar ketakutan. Ia mengingat kembali kesalahan dan penyesalan yang ada pada dirinya sebelum mati.

"Hem ... tentu saja kalau engkau adalah jiwa pada umumnya memang biasanya akan melalui tahap penyucian di neraka, tapi engkau berbeda .... Dirimu adalah jiwa yang memiliki sifat diluar ekspektasi diriku ini ... diriku telah mengamati engkau semasa hidup, dan saat itu engkau mematahkan beberapa prediksi dan takdir yang telah buat .... Jadi ..., aku putuskan segera membawa jiwamu ke tempat ini untuk segera memulai jalan takdir baru," ucap Violence.

Sekilas sang Dewi sekilas memalingkan pandangnya dari Robert. Dewi penguasa konsep kehidupan dan kematian itu entah mengapa menampakkan sorot mata dan ekspresi wajah yang terlihat sedikit sedih.

"Membawa... jiwaku....? Jalan takdir?" Robert merasakan hal tidak mengenakkan dari perkataan Dewi tersebut.

"Ya ... yang membuat takdir kejam di akhir hidupmu itu adalah diriku ... akulah yang memberikanmu penyakit yang memperpendek usiamu."

Saat mendengar apa yang dikatakan olehnya, seketika Robert dipenuhi amarah dan langsung menyerang Violence tanpa berpikir panjang.

"Sialan kau!! Jalang!!"

"Menyedihkan ...."

Creet!!

Tanpa bisa menyentuh sehelai rambut Violence, seluruh tubuh Robert seketika langsung tertusuk belasan galah hitam yang keluar dari dalam genangan air.

"AAKH!!"

Rasa sakit itu terasa sangat jelas, tetapi anehnya tubuh Robert sama sekali tidak mengeluarkan darah setelah terkena tusukan tersebut.

"Galah Ilahi, senjata yang digunakan untuk menghukum para pendosa di neraka ... senjata ini hanya memberikan rasa sakit pada tubuh, tapi tidak menimbulkan luka fisik ... dengan kata lain, ini adalah senjata yang digunakan untuk menyiksa jiwa .... Jika engkau tidak berniat mendengarkanku dan hendak menyerang lagi, diriku akan dengan senang hati menusukmu lagi dan lagi sampai engkau menurut."

Violence menatap tajam ke arah Robert, dan seketika belasan galah yang menusuk tubuh Robert menghilang menjadi butiran debu.

Mendapat ancaman itu, Robert hanya bisa terdiam berlutut sambil tetap waspada pada Violence dan para malaikat yang masih terbang mengawasi mereka dari atas.

"Dengar, yah ... walaupun diriku bilang bahwa diriku ini yang memberikan takdir kejam itu padamu, tapi kenyataannya semua yang menimpa dirimu itu adalah kesalahanmu sendiri. Keberadaanku sebagai seorang Dewi hanya membimbing saja, engkau yang memilih takdirmu sendiri. Engkau juga yang paling sadar akan hal itu, bukan? Setelah mengalami kematian, dirimu pasti menyadarnya, ... takdir bukanlah jalur tunggal, melainkan sebuah jalur kehidupan tak terbatas. Penderitaan yang engkau alami adalah salahmu sendiri ..., paham?"

Mendengar hal itu, anehnya Robert tidak memiliki kata-kata yang tepat untuk membantahnya. Dalam hatinya Ia merasa bahwa yang dikatakannya memang sangatlah benar, semuanya yang dialami adalah salahnya sendiri.

"Ya ..., kalau ... memperpendek umurku ... itu maksudnya apa?" tanya Robert dengan nada gelap. Ia berdiri dengan kepala tertunduk, dengan raut wajah gelap yang terlihat tidak peduli dengan sekitarnya.

"Tentu saja supaya lebih cepat membawa engkau datang ke alam kematian ini, dan memudahkan diriku mereinkarnasi jiwamu ke dunia lain ....”

"Dunia lain? Berati kamu benar-benar dewa dunia lain ya?" tanya Robert.

"Ya, lebih tepatnya diriku adalah perwujudan dari Konsep Kehidupan dan Kematian semestaku. Karena beberapa alasan, para makhluk di sana menyembahku dan menjadikanku Dewi. Atas perjanjian dengan Sang Maha Kuasa di duniamu, diriku mendapatkan izin untuk membawa satu jiwa saja masuk ke duniaku. Dengan kata lain, kamu menjadi semacam tumbal untuk menghindari perselisihan antar semesta. Diriku rasa ini juga semacam hukuman bagimu atas seluruh yang telah engkau perbuat di semasa masih hidup.”

Violence tersenyum gelap dan arogan, kemudian tertawa gelap dan memperlihatkan sifat aslinya sebagai perwujudan Kehidupan dan Kematian. Melihat tawa seperti itu, Robert memberikan tatapan penuh kebencian kepada dirinya. Tatapan itu membuat tawa itu sejenak terhenti, dan dilanjutkan dengan senyum merendahkan .

"Kau ... mempermainkan hidupku hanya karena alasan itu? Semua kerja kerasku .... Kehidupanku!! Karena kau, semuanya...."

Robert mengangkat kepala dengan mata berkaca-kaca. Bagi pria yang selalu tenang dan bermartabat seperti dirinya, sekarang mungkin adalah saat di mana dirinya begitu rendah, bahkan dari gelandangan yang selalu dihinanya dalam hati.

"Tunggu! Tunggu!! Jangan menangis! Aku melakukan ini demi kebaikan dirimu, tahu. Semasa engkau di dunia itu, dirimu selalu dimanfaatkan oleh sekelilingmu tahu! Diriku tidak tega melihatnya, jadi terpaksa diriku putuskan untuk memilihmu dan segera membunuhmu!! Takdir yang engkau miliki seharusnya lebih kejam dari itu, loh!"

Sekali lagi perkataannya meredakan amarah Robert. Pria itu sadar kalau apa yang dikatakan Violence benar. Semua orang di sekelilingnya dulu memang hanya memanfaatkan dirinya untuk kepentingan mereka, bukti dari itu adalah tidak adanya seorang pun yang berada di sampingnya di saat terakhir hidup Robert.

“Anak Manusia, ... asal engkau tahu ya .... Perwujudan dari konsep dunia- dengan kata lain dewa-dewi kahyangan itu bukan maha kuasa seperti di semesta dirimu berasal, diriku tidak bisa mengendalikan takdir seseorang secara menyeluruh, yang bisa diriku lakukan adalah membuat faktor pendorong yang menyebabkan takdir seseorang masuk ke dalam rute takdir tertentu," ucap Violence dengan sedikit panik.

Robert tertunduk sambil kembali berpikir. Mengingat semua penyesalan semasa hidup dan kesempatan yang ada saat ini.

“Semua apa yang telah aku alami adalah kesalahanku sendiri dan buah yang harus aku petik, aku akui itu memang kenyataan. Oleh karena itu Dewi, ... tolong beri aku kesempatan satu kali lagi. Kali ini ... aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama,” ucap Robert dengan tatapan penuh ambisi.

Mendengar itu, Violence, sang Dewi kehidupan dan kematian tersenyum lebar kepadanya.

"Kalau begitu, sebagai balasan atas perbuatanku memperpendek umurmu dan perbuatanmu sendiri saat masih hidup, engkau akan diberi kesempatan kedua atas namaku ini. Sebelum direinkarnasikan, engkau akan diberi kesempatan untuk memilih [Berkah] yang akan kamu dapat. Silakan! Kamu ingin apa? Kekuatan maha dahsyat? Bakat yang melimpah? Senjata legendaris? Silakan pilih sesuka hatimu!"

Mendengar itu Robert tersenyum kecil seraya menatap sang Dewi dengan tatapan tulus dan penuh keikhlasan.

"Kalau begitu, tolong berikan aku sebuah tubuh yang selalu sehat dan selalu dalam kondisi terbaiknya. Aku tidak ingin mati karena sakit lagi, dan ditinggalkan seperti itu lagi .... Melihat semua orang meninggalkanku di saat tidak berdaya seperti itu lebih buruk dari kematian. Itu seperti siksaan tersendiri bagiku."

Seketika Violence tercengang mendengar permintaannya. Ia sangat tidak menduga permintaan seperti itu yang akan muncul darinya. Meskipun dulunya pria bernama Robert itu semasa hidupnya rakus akan harta, jabatan, dan kekuasaan, sekarang Ia malah memilih hanya sebuah tubuh sehat saja.

"Ka-Kamu bersungguh-sungguh mengatakan hal itu? Engkau dapat meminta kerajaan atau menjadi pahlawan kalau mau, bagaimana? Bukannya menarik? Apa kau yakin hanya meminta itu?" tanya Violence.

"Ya, aku yakin. Menjadi pahlawan atau menjadi raja tidak menjamin aku mendapat ketenangan. Harta dan jabatan hanya menambah kewajiban saja. Kali ini aku ingin menjadi biasa, menjadi orang baik yang sering ditemukan di banyak tempat, saling membantu dalam keterbatasan," jawab Robert dengan senyuman.

"Kamu bisa mendapat harta, bakat, dan kemampuan yang bisa kamu gunakan untuk kehidupan barumu, loh!" Violence mulai terlihat sangat panik.

"Tidak usah. Aku telah mendapatkan banyak berkah di kehidupan sebelumnya, semua itu hanya menyesatkan. Jadi paling tidak, kali ini aku ingin hidup sederhana ..., aku ingin merasakan kehidupan di mana aku bisa bersyukur untuk apa yang aku dapat."

Mendengar perkataan Robert, sang Dewi memasang wajah terpana. Sekilas dia tersenyum kecil dan memberi tatapan diam pada Robert. Violence mengubah selendang yang ia kenakan menjadi bola kristal berwarna putih keemasan, dan melakukan pengaturan ulang atas berkah yang diinginkan Robert.

"Huh, baiklah. Tubuh dengan kesehatan terbaik, ya... itu mudah sekali. Karena kapasitasnya masih longgar, jadi sekalian diriku beri beberapa Berkah lainnya ... sebagai bonus," ucap Violence sambil mengatur bola kristal.

"Tidak ..., tidak usah berlebihan ... tubuh sehat saja cukup," ucap Robert.

"Tidak usah sungkan. Diriku sedang berbaik hati, jadi terima saja dengan bangga! Engkau berkata seperti itu dengan tulis, dengan melihat jiwamu saja diriku sudah tahu itu. Atas sikapmu itu, diriku beri engkau beberapa Berkah kebanggaanku padamu."

Dewi Violence tersenyum manis dan bergumam, "Sudah aku duga, dirimu pasti bisa .... Mungkin kali ini, semuanya akan berubah."

Robert mendengar hal tersebut, tetapi dirinya tidak menanyakan apa yang dimaksud dari perkataan tersebut. Dan pada akhirnya, Robert menerima berkah lebih dari apa yang dijanjikan sang Dewi, atau lebih tepatnya terlalu berlebihan.

Robert menerima tiga berkah utama untuk bekal di kehidupan barunya yang antara lainnya adalah:

[Berkah Tubuh Terbaik]
Sebuah berkah yang membuat pemiliknya kebal terhadap berbagai jenis penyakit dan kelainan, dan juga membuat tubuh selalu dalam kondisi terbaik serta memiliki kekuatan fisik di atas rata-rata.

[Karisma Penguasa Mutlak]
Sebuah berkah karisma yang sangat kuat. Saking kuatnya, pemilik berkah ini bisa mendapat kepercayaan orang lain dalam waktu yang singkat.

[Perlindungan Dewi Violence]
Berkah khusus yang diberikan Dewi penguasa kematian dan kehidupan.

Dan setelah mendapat berkah-berkah tersebut, Robert direinkarnasikan ke dunia lain dengan tugas sebagai Utusan di bawah nama Dewi Penguasa Kehidupan dan Kematian.
.
.
.

Sesaat setelah sang Dewi Penguasa konsep Kehidupan dan Kematian mereinkarnasi Robert, sang Dewi itu mulai menari di atas genangan air dangkal. Setiap langkahnya di atas genangan itu membuat air semakin menggelap, dalam hitungan detik seluruh genangan air di sana mulai menguap habis dan hanya menyisakan lantai putih polos tanpa dekorasi.

Violence terus menari, langkah kaki tanpa alas terus memijak permukaan putih mengikuti melodi yang hanya bisa didengar olehnya. Saat dirinya berhenti dan mulai mengulurkan kedua tangannya ke atas, para malaikat yang terbang di langit sana perlahan mulai menunjukkan sosok aslinya.

Mereka terbakar, wajah tanpa ekspresi para malaikat mulai meleleh bersama seluruh kulit dan dagingnya. Saat semuanya telah selesai, yang ada di langit tempat itu hanyalah sekelompok tengkorak yang melayang di udara.

"The Magical Potion of Reanimation .... Sebuah kebangkitan dari kematian yang mendatangkan perubahan. Kali ini, momen ini, apa yang akan dibawanya ke dunia itu? Apakah engkau akan mengubahnya, seperti halnya yang engkau lakukan padaku ....?"

Violence menurunkan kedua tangannya, lalu kembali berputar dan menari mengikuti alunan melodi yang hanya bisa didengar dirinya. Saat senyum manisnya terlihat jelas, tengkorak-tengkorak yang melayang jatuh menjadi seperti taburan kelopak bunga dalam suatu pertunjukan baginya.

"Euphoria ...."

Perlahan pakaiannya terbakar, kulitnya terbakar, dan terakhir seluruh tubuhnya dilahap api ungu gelap. Ketika api itu mulai padam, sosok asli sang Dewi mulai terlihat dalam siluet di balik kobaran api yang terang.

"Sekarang aku bisa bertemu denganmu lagi, sekarang aku akan ...."

==========================================
[Bersambung]

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
May be Later
13809      2067     1     
Romance
Dalam hidup pasti ada pilihan, apa yang harus aku lakukan bila pilihan hidupku dan pilihan hidupmu berbeda, mungkin kita hanya perlu mundur sedikit mengalahkan ego, merelakan suatu hal demi masa depan yang lebih baik. Mungkin di lain hari kita bisa bersanding dan hidup bersama dengan pilihan hidup yang seharmoni.
Tumpuan Tanpa Tepi
7331      2574     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Strawberry Doughnuts
602      403     1     
Romance
[Update tiap tengah malam] [Pending] Nadya gak seksi, tinggi juga kurang. Tapi kalo liat matanya bikin deg-degan. Aku menyukainya tapi ternyata dia udah ada yang punya. Gak lama, aku gak sengaja ketemu cewek lain di sosmed. Ternyata dia teman satu kelas Nadya, namanya Ntik. Kita sering bertukar pesan.Walaupun begitu kita sulit sekali untuk bertemu. Awalnya aku gak terlalu merhatiin dia...
Anak-Anak Dunia Mangkuk
461      265     6     
Fantasy
Dunia ini seperti mangkuk yang biasa kalian pakai untuk makan dan minum. Kalian yang tinggal di lembah hidup di dasarnya, dan pegunungan batu yang mengelilingi lembah adalah dindingnya.
Premium
Titik Kembali
4212      1366     16     
Romance
Demi membantu sebuah keluarga menutupi aib mereka, Bella Sita Hanivia merelakan dirinya menjadi pengantin dari seseorang lelaki yang tidak begitu dikenalnya. Sementara itu, Rama Permana mencoba menerima takdirnya menikahi gadis asing itu. Mereka berjanji akan saling berpisah sampai kekasih dari Rama ditemukan. Akankah mereka berpisah tanpa ada rasa? Apakah sebenarnya alasan Bella rela menghabi...
Rain Murder
1288      534     7     
Mystery
Sebuah pembunuhan yang acak setiap hujan datang. Apakah misteri ini bisa diungkapkan? Apa sebabnya ia melakukannya?
Langit Jingga
2499      841     4     
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata." - Nurlyra Annisa -
The Journey is Love
621      427     1     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.
Beloved Symphony | Excetra
880      402     0     
Romance
Lautan melintang tiada tuturkan kerasnya karang menghadang.
PEREMPUAN ITU
485      324     0     
Short Story
Beberapa orang dilahirkan untuk membahagiakan bukan dibahagiakan. Dan aku memilih untuk membahagiakan.