KAY P.O.V
Sudah 3 hari semenjak aku sekolah. Alarmku berbunyi, aku mematikannya dan kembali tidur. Lalu aku merasa ada orang yang mengguncangku dan memanggil namaku. Itu tante Lydia.
"Ayo bangun tukang tidur," dia bilang.
Aku menggerutu dan berguling jauh darinya. Aku tahu aku bersikap seperti anak kecil, tapi memang aku anak kecil. Aku hanya menjadi tua tapi bukan berarti aku menjadi dewasa. Ada perbedaannya.
"Ayolah," kata dia mencoba membangunkanku lagi, "Kau harus bersekolah sekarang."
Aku menutup mataku lebih erat saat mendengar kata ’sekolah’. Dia mengguncangku kali ini lebih keras dan yang paling parah adalah dia menarik selimutku. Karena aku benar- benar kedinginan aku harus bangun. Saat aku membuka mataku dan dia sedang tersenyum sombong. Senang karena sudah berhasil membuatku bangun. Aku menggerutu lagi dan bangun dari tempat tidurku. Intinya aku menyeret diriku sendiri untuk keluar dari kasur dan berjalan ke kamar mandi. Setelah siap aku pergi ke dapur.
"Selamat pagi," sapa paman Jack dan aku hanya menjawabnya dengan anggukan. Aku duduk di sebelahnya dan bersebrangan dengan tante Lydia. Aku mengambil sarapan dan mulai makan. Paman sedang membaca koran, tiba- tiba dia mendapat pesan. Dia langsung bangun dan memakai jasnya, "Lydia kau sudah siap sayang?"
"Sudah. Kenapa?" tanya tante sambil menaruh gelasnya di meja.
"Kita harus pergi sekarang," katanya, "Pak Drew bilang ada keadaan darurat."
Tuan Drew adalah sekertaris ayahku dan teman baiknya. Sekarang karena ayahku sudah tidak ada dia menjadi sekertaris Jack. Oh iya, apa aku sudah bilang kalau keluargaku adalah pemilik dan penemu ’RD’, ’Reshton Delight’. Kami terkenal akan snack- snack kami. RD sudah menghasilkan banyak makanan dan mempunyai banyak cabang restoran. Resep- resep yang kami hasilkan sebenarnya datang dari keluarga kami. Dari sisi mama dan papaku. Jadi bisa dibilang kalau ini usaha keluarga. Tapi orangtuakulah yang mendirikannya. Sekarang karena mereka sudah tidak ada, Lydia dan Jack yang melanjutkan bisnisnya. Karena hanya mereka keluarga yang tersisa. Itu juga sampai aku cukup umur untuk melanjutkan bisnis keluargaku, karena aku pemegang 55% dari sahamnya jadi pasti aku akan menerusi bisnis itu.
"Maaf sayang," kata Jack lalu mencium kepalaku, "Kami tidak bisa mengantarmu hari ini. Kami mau saja mengajakmu ke pabrik hari ini. Tapi kau harus mengejar pelajaran di sekolah bukan? Jadi kau tidak boleh melewatkannya."
Lalu Lydia mencium kepalaku juga, "Maaf sayang. Aku tahu kau tidak suka naik bus ke sekolah. Dan aku juga belum bisa membiarkanmu ke sekolah sendiri. Apa kau mau aku mengirim pesan pada Tuan Drew agar dapat menyuruh supir untuk menjemputmu?"
Aku menggeleng, "Tidak apa. Aku naik bus saja."
"Apa kau yakin?" dia bertanya lagi dan aku mengangguk. Dia menghela nafas, "Jack apa ini benar- benar darurat? Bisakah kau datang sendiri lalu aku akan menyusulmu setelah mengantar Kay?"
"Tan," panggilku, "Aku benar- benar tidak apa- apa. Kau pergi saja."
Dia menggelengkan kepala, "Tante benar- benar tidak..."
Aku memotong pembicaraannya, "Okeh kalau begitu biar kau tenang tentang lokasiku. Lihat ini," Aku mengambil HPku dan menyalakan GPS, "Aku sudah menyalakan GPSku jadi sekarang kau bisa melihat di mana aku berada. Aku juga akan memberi tahumu jika aku sudah sampai."
Dia mengehal nafas, "Baiklah... Tante tahu kau akan baik- baik saja. Hati- hati sayang." Dia mencium keningku dan berjalan ke pintu di mana Jack sudah menunggu.
Aku sudah selesai makan, jadi aku mengambil tas sekolahku dan HPku. Aku memakai headset di kupingku
dan berjalan keluar rumah menuju terminal bus. Saat aku sudah melihat terminal bus, aku juga melihat bus. Tapi busnya mulai bergerak dan mulai menjauh. Sudah tidak ada guna untuk berlari dan berteriak mengejar bus karena percuma tidak akan terdengar. Karena aku masih terlalu jauh. Sepertinya aku akan berjalan. SIAL.
~~~
Akhirnya aku sampai di sekolahku setelah perjalanan dengan kaki yang sangat memakan waktu panjang. Aku langsung meningkatkan tingkat kecepatanku agar sampai ke kelas lebih cepat. Untungnya aku tidak terlambat. Aku baru saja mau duduk saat ada sesuatu menarik perhatianku. Tapi sepertinya lebih ke suara. Suara dan panggilan yang menarik perhatianku.
"Kay?" orang itu memanggil.
Seseorang sedang memanggil namaku. Nama yang hanya diketahui keluarga dan teman lamaku. Aku menengok untuk mencari sumber suara tersebut. Itu...
Peter.