Athena menghempaskan pensilnya di atas meja saat dia tidak bisa mengerjakan soal kimia yang baru saja dijelaskan oleh Elang. Athena dan Elang sedang berada di salah satu tempat makan cepat saji untuk belajar bersama seperti yang dijanjikan Elang, tanpa Ciko dan Elena.
“Gue dengan senang hati ngasih lo jawaban, tenang aja,” ucap Elang.
Athena berdecak sambil bersandar di kursinya. “Toxic banget sih,” ucap Athena ketus.
“Udah tiga hari lo belajar kimia, satu bab aja belom selesai,” balas Elang sambil meraih gelas minuman yang dia beli.
“Gue optimis, kenapa lo pesimis banget sih?” tanya Athena kesal.
“Satu bab aja belom selesai, Athenaaaaa,” balas Elang gemas.
“Lagian, gimana caranya gue nyontek lo? Duduknya pasti absen, belakang gue Ciko karena gak ada yang depannya B, belakang Ciko ada lo, belakang lo ada Elena. Sebaris sih, tapi susah,” kata Athena cemberut.
“Lo batuk satu kali itu artinya nomor satu dan seterusnya,” ucap Elang memberikan ide.
Athena melotot. “Kalo ada lima puluh soal, gue harus batuk lima puluh kali? Bisa dikira penyakitan,” tolak Athena kesal.
“Kalo bersin?” tanya Elang.
“Sama aja!” balas Athena ketus. “Lo pinter tapi kenapa idenya kayak gini?” tanya Athena gemas.
“Sandi morse? Sandi rumput?” tanya Elang. “Iya bener, sandi rumput aja!” lanjutnya.
Athena menghelas napasnya. “Gimana caranya gue bisa inget sandi rumput kalo gue aja gak bisa inget butana, metana dan sebagainya itu C berapa?” tanya Athena.
“Iya juga,” balas Elang mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Sesusah itu ngajar gue sampe otak lo konslet?” tanya Athena kagum. “Nanti gue pikirin cara tanyanya, tapi lo jawabnya gimana?” tanya Athena lagi saat Elang baru mau memprotes perkataan Athena. “Nyanyi?” lanjutnya memberi ide.
“Kalo jawabannya A,” ucap Elang memberi jeda untuk berpikir. “Aku untuk kamu, kamu untuk aku, namun semua apa mungkin,” nyanyi Elang.
“Kalo B?” tanya Athena.
“Bocah ngapa yak, bocah ngapa yak, bocah ngapa yak.”
Athena tertawa keras. “Kalo C?”
“Cinta ini, kadang-kadang tak ada logika, berisi semua hasrat dalam hati. Ku hanya ingin dapat memiliki, dirimu hanya untuk sesaat.”
“Kalo D apa?”
“Dia, dia, dia, cinta yang ku tunggu, tunggu, tunggu,” jawab Elang cepat.
“Dia siapa?” tanya Athena.
“Lo,” jawab Elang membuat Athena tersenyum lebar.
“Kalo E gimana?” tanya Athena mengalihkan topik pembicaraan supaya dia tidak terlihat salah tingkah.
“And I will always love you…” jawab Elang. “Depannya emang A, tapi biar gak terlalu mencurigakan,” tambah Elang.
“Selesai! Sampai berjumpa di kehidupan selanjutnya, butana dan teman-teman,” ujar Athena girang sambil menutup buku kimianya dan mulai membereskan barang-barangnya.
“Kimia doang loh ya,” kata Elang yang membuat Athena langsung menghentikan gerakan tangannya dan menatap Elang.
“Elang… semua ya, ya, ya?” pinta Athena.
“Tadi yang ngatain gue toxic siapa ya?” tanya Elang datar.
“Siapa yang ngatain lo toxic? Sini bilang ke gue,” balas Athena sangar.
“Gak tau, tadi ada yang ngatain gue toxic gara-gara nyuruh dia nyontek,” jawab Elang sambil tersenyum miring.
“Siapa? Sini kasih tau gue orangnya,” balas Athena.
“Kalo gue kasih tau semuanya, lo gak akan nyentuh buku sama sekali kan?” tanya Elang.
Athena cengengesan. “Ayolah, Elang,” rengek Athena.
“Fisika, kimia, matematika, sisanya lo berusaha sendiri,” putus Elang.
“Gracias!” ucap Athena girang lalu lanjut membereskan alat tulis dan bukunya, sementara Elang tersenyum melihat kelakuan Athena.
Ceritanya ngegemesin.. bakal baca sama ending kok pasti haha...
Comment on chapter Enigma | 01Karakter Athena yang unik.. keren lah hahaha
Baca cerita aku juga ya, kalo mau hehe
Semangat terus!