“Kau akan menyesal telah mengejekku. Aku tidak mau bercerita.” Rajuk Hoseok membuat Hyun Jin langsung menolehkan wajahnya ke arah Hoseok.
“Ceritakan! Apa tentangku?” kedua tangan Hyun Jin menyentuh kedua pipi Hoseok yang lembut. Padahal tangannya masih menempel saos dari spagheti yang ia makan. Hoseok langsung melepaskan tangan Hyun Jin dari pipinya.
“Lihat.” Hoseok mengeluarkan handphone dari kantongnya. Hyun Jin mengamati semua pergerakan Hoseok sampai dibukanya kode password dengan pola love. Hoseok menyukai sesuatu yang manis hingga pola di handphone nya berbentuk love. Hoseok membuka salah satu sosial media yang ia miliki.
“Bukankah itu kekasihmu?” Hoseok meyakinkan Hyun Jin.
“Ta-tapi…” suara Hyun Jin layaknya gumaman hampir tak terdengar.
“Gadis popular itu baru saja meng-upload fotonya dengan Taehyung.” Bukan maksud Hoseok menjadi kompor hubungan percintaan sahabatnya, melainkan ia terlalu menyayangi Hyun Jin sebagai sahabatnya.
“Mungkin itu kenangan dulu” balas Hyun Jin mencoba menenangkan dirinya sendiri.
“Dulu? Caption-nya tertulis yesterday.”
“Apa??!” pekik Hyun Jin akhirnya. Ia dengan cepat menelpon Taehyung dengan handphone yang ia pegang. Handphone Hoseok.
“Taehyung ah..” sapa Hyun Jin setelah Taehyung menjawab teleponnya.
“Hyun Jin? Kau pakai nomor telepon siapa?” tanya Taehyung heran dengan telepon dadakan itu.
Sedangkan yang di seberang belum berani berkata lagi. Memikirkan apa dulu yang ia tanyakan atau katakan. Hyun Jin mencoba menurunkan emosinya. Ia tidak ingin menjadi orang yang protektif bahkan egois. Ia hanya ingin tahu seberapa besar Taehyung memercayai dirinya untuk menyimpan semua aktivitas sang kekasih.
“Kau kemarin di apartemen?” tanya Hyun Jin dengan nada datar.
“Iya.” Kata singkat Taehyung terdengar setelah beberapa lama Hyun Jin menunggu.
“Kau tak merindukanku kemarin?” tanya Hyun Jin lagi.
“Kenapa kau bertanya seperti itu Hyun Jin ah?” Taehyung tak mengerti dengan pertanyaan yang Hyun Jin ajukan.
“Tidak apa-apa. Hanya saja kau tak menghubungiku semalam.” Jawab Hyun Jin serendah mungkin.
Jelas hati Hyun Jin sangat tertohok saat mendapati kekasih yang ia cintai mampu membohongi dirinya. Rasanya ingin saja menumpahkan seluruh emosi yang tertahan di dalam ulu hatinya. Hanya saja ia tak ingin membuat khawatir sahabat gila yang selalu ada untuk dirinya. Ia juga tak ingin membuat pertengkaran antara dirinya dengan Taehyung karena hal yang menurutnya sepele. Ia kelompokkan kebohongan itu hal sepele, tapi hatinya berteriak bahwa dirinya sakit. Benarkah itu adalah hal sepele? Bisa dikatakan sepele jika Taehyung jujur tentang alasan ia sedang bersama Hana saat itu. Sesekali ia berpikir bahwa dirinya tak berarti dalam kehidupan Taehyung.
“Itu. Aku takut mengganggu istirahatmu, Jin ah.” Balas Taehyung merasa bersalah.
“Ah, begitu. Terimakasih sudah mengerti aku, Tae.” Kalimat terakhir Hyun Jin menjadi penutup telepon mereka berdua.
“Kau kira telepon tidak bayar apa?” celetuk Hoseok membuat Hyun Jin terkekeh. Hyun Jin mencubit kedua pipi Hyun Jin gemas.
Hyun Jin sangat pandai dalam menyembunyikan perasaannya. Dalam waktu sekejap, ia mampu mengubah mimik sedihnya menjadi bahagia. Bahkan satu orang pun tidak ada yang tahu kalaupun hati Hyun Jin remuk dan pecah berkeping-keping. Namun, Hoseok adalah satu-satunya orang yang lebih peka terhadap Hyun Jin. Ia masih mengerti dengan perasaan Hyun Jin melalui nuraninya sebagai jiwa ibu dengan cara menempatkan dirinya pada posisi Hyun Jin. Hoseok akan merasa sedih jika kekasihnya akan berbohong pada dirinya. Hoseok memeluk Hyun Jin pelan mencoba menenangkan pikiran Hyun Jin yang berkecamuk. Hyun Jin terdiam dalam pelukan Hoseok, merasakan ketenangan yang jarang sekali ia rasakan.