Desa Oushuu. Disitulah sekarang Krisan tinggal—untuk sementara ini. Jika dilihat di dalam peta, Desa Oushuu terletak di bagian atas wilayah Jepang. Di desa ini hanya memiliki satu klan saja, yakni klan Date yang dipimpin oleh Date Masamune atau lebih dikenal dengan nama Tokuganryu (Naga Bermata Satu). Lambang klan Date adalah bulan sabit dengan dasar berwarna biru.
Pemandangan Desa Oushuu sangatlah indah dengan keadaan alamnya yang masih terawat dari jaman nenek moyang dulu hingga kini. Mulai dari sawah dan lahan perkebunan terkelola dengan baik oleh penduduk disana, sungai yang jernih, arsitektur rumah yang masih tradisional dimana lantainya masih menggunakan tatami (lantai yang terbuat dari kayu), dinding rumah yang terbuat dari kayu, lambang bulan sabit di pintu perbatasan wilayah Desa Oushuu dipadupadankan dengan patung naga yang begitu besar, udaranya yang sejuk, lingkungan yang bersih membuat siapapun betah berlama-lama tinggal disini termasuk Krisan sendiri.
Letak geografis Desa Oushuu memiliki dataran tinggi dan dataran rendah. Di dataran tinggi ditinggali oleh pemimpin klan dan anak buahnya yang kebanyakan para pria yang dipersiapkan untuk membantu tuan mereka berperang di medan pertempuran sedangkan di dataran rendah ditinggali oleh orang tua, kaum hawa dan anak kecil yang sibuk mengelola sawah, perkebunan dan mengurus keluarga mereka masing-masing.
Awalnya suasana di Desa Oushuu begitu tenang dan damai sampai akhirnya muncul seorang wanita yang sangat unik. Uniknya wanita itu mengenakan kimono yang hanya menutupi sebagian tangan dan tubuh kanannya, yang setengahnya lagi dibiarkan terbuka menampilkan seksinya tangan dan tubuh bagian kirinya. Sembari menggendong gitar di belakang punggungnya, wanita unik itu memperkenalkan dirinya dengan nama Krisan. Dia adalah seorang musisi jalanan. Ketika mendengar nama ‘Krisan’, penduduk Desa Oushuu langsung bersorak gembira karena mendapati tamu yang begitu terkenal seantero Jepang pada jaman itu.
Ya, Krisan begitu terkenal karena suara indahnya, permainan gitarnya yang cantik dengan jari lentiknya dan wajahnya yang cantik seperti bunga krisan. Tapi kebanyakan orang terhipnotis akan suara dan permainan musiknya.
Selama ini cara Krisan bertahan hidup dengan bernyanyi sambil berkeliling ke seluruh wilayah Jepang. Dan kali ini dirinya berhenti di bagian atas wilayah Jepang, yakni di Desa Oushuu. Bagaimana ceritanya Krisan bisa sampai tinggal-untuk sementara-di Desa Oushuu berawal dari kedatangannya yang berniat mencari sekoin yen untuk dirinya makan. Karena perkenalan dirinya itu, penduduk Desa Oushuu selalu meminta agar Krisan kembali datang untuk menghibur mereka. Yang awalnya ingin mengais koin di tanah langsung diubah olehnya menjadi penghibur banyak orang. Baginya, melihat orang tersenyum bahagia menikmati permainan musiknya sudah mengenyangkan perut dan hati kosong Krisan.
Selama beberapa hari Krisan rajin datang menghibur penduduk Desa Oushuu dengan berbekal gitar dan suara merdunya. Dirinya tidak tahu jika di hari itu tepatnya di musim panas, dimana orang-orang selalu merasa panas akan suhu bumi, Krisan merasakan hati kosongnya panas tiap kali melihat pemimpin klan Date dari radius 20 km.
“Oneechan akan datang lagi, kan?” tanya seorang bocah beringus padanya.
Krisan terdiam sejenak.
“Entahlah. Aku tidak bisa keluar masuk dengan leluasa di wilayah orang kan, jadi—”
“Katakura-sama!”
Tiba-tiba seorang gadis yang berada di dekat Krisan berteriak memanggil Koujiro dari kejauhan.
Dalam sudut perspektif Krisan saat melihat Koujiro, orang itu memiliki sikap tegas, berwibawa, kaku, sangat teliti, pintar dan serius.
Ketika Koujiro berhasil mendaratkan kakinya tepat dihadapan Krisan, seketika nyalinya menciut.
Menghadapi orang ini saja aku takut, apalagi pemimpinnya nanti!, pikirnya.
“Apa benar kau yang bernama Krisan?” tanya Koujiro tegas. Suaranya terdengar berat di gendang telinga wanita berjari lentik itu.
“Y-ya, saya sendiri.” jawab Krisan kalut.
“Maaf jika aku membuatmu takut. Santai saja.” balas Koujiro buru-buru mencairkan suasana yang tegang.
“Ah, iya.” terdengar helaan napas panjang keluar dari Krisan.
“Dia adalah tangan kanan Masamune-sama, Katakura Koujiro. Kau bisa berbicara dengannya.” cela seorang gadis yang memanggil Koujiro tadi.
“Maaf jika kedatanganku sebelumnya tidak ada pemberitahuan padamu dan pemimpin Desa Oushuu.” ucap Krisan memulai topik pembicaraan disela-sela jantungnya yang berdetak cepat saking was-wasnya menghadapi Koujiro.
“Tidak apa. Aku juga sudah memperhatikanmu yang akhir-akhir ini sering datang ke desa. Kuharap kau nyaman berada disini.”
“Terima kasih banyak tapi, jika boleh...” perkataan Krisan sedikit menggantung.
“Katakan saja.” jawab Koujiro sabar meyakinkan Krisan bahwa dirinya tidak akan terkena masalah apapun dari pemimpin Desa Oushuu.
“Aku ingin bertemu dengan pemimpin Desa Oushuu, apa boleh?” pertanyaan Krisan membuat mata tajam Koujiro sedikit keluar dari sarangnya termasuk orang-orang disekitar.
Bagaimana tidak, jarang-jarang ada orang yang terang-terangan ingin bertemu dengan Masamune bahkan penduduk desa pun ragu bisa bertemu dengan pemimpin mereka sendiri. Sesungguhnya Masamune lebih tertutup kepada rakyatnya, berbeda jauh dengan Koujiro yang suka bersosialisasi langsung dengan penduduk desa.
“Jika kau ingin bertemu dengannya, aku akan mengantarmu.” sambung Koujiro membalikkan badannya, menuntun Krisan ke kediaman klan Date.
Krisan yang setengah sadar karena sibuk membayangkan apa yang akan terjadi bila dirinya akan bertemu dengan pujaan hatinya nanti hanya bisa mengikuti Koujiro bagai makhluk tak bernyawa.
**********
“Koujiro!” teriak Masamune dari balkon kamarnya.
“Koujiro!” panggil Masamune lagi namun yang dipanggil tidak menjawab.
“Dia itu kenapa lama sekali sih, hanya mengambil sake di gudang saja—”
“Masamune-sama.” panggil Koujiro pada tuannya bersamaan dengan keluarnya Masamune dari kamarnya.
Mereka berdua hampir saja tertabrak di depan pintu kamar jika bukan Krisan yang berteriak histeris memanggil nama pujaan hatinya.
“Masamune-sama!” sekejap Krisan membekap mulutnya sendiri menyadari kekonyolan yang dibuatnya untuk pertama kalinya dihadapan pujaan hatinya.
“Kenapa kau lama sekali?” protes Masamune tak menyadari dengan suara teriakan dan kehadiran seseorang.
“Maaf, tadi dijalan saya bertemu dengan seorang wanita jadi saya lama mengambil sake di gudang.” jelas Koujiro mempertanggungjawabkan keterlambatannya.
“Wanita?”
“Iya. Anda tahu Krisan, kan?” sejenak Masamune memanjangkan sedikit lehernya agar bisa melihat Krisan yang berdiri mematung tepat dibelakang pundak lebar nan kokoh milik Koujiro.
“Aah~ Krisan ya...” jantung Krisan berdegup kencang ketika mendengar namanya disebutkan oleh pujaan hatinya.
"Aku tahu. Dia musisi terkenal itu, kan?” tanya Masamune mengangkat salah satu alisnya pada Koujiro. “Ada perlu apa dia datang kesini?”
“A-aku..datang kesini—”
“Dia ingin bertemu dengan Anda.” potong Koujiro cepat secara tak sengaja menyelamatkan Krisan dari kegugupannya menjawab pertanyaan Masamune.
“Suatu kebanggaan didatangi seorang wanita terkenal sepertimu.”
Mendapat pujian seperti itu pipi Krisan memerah seketika.
"Oh iya, sakenya?”
Koujiro segera menyerahkan sebotol sake kepada tuannya.
“Sebaiknya kita mengobrol di dalam supaya lebih nyaman.” ucap Masamune berpaling ke dalam kamarnya meninggalkan Koujiro dan Krisan—yang diam mematung tak percaya akan mimpinya yang jadi kenyataan—di belakang.
“Wanita yang sering datang mengunjungi kita itu bagaimana? Apa hari ini dia datang lagi?” tanya Masamune polos kepada tangan kanannya yang dibalas dengan tatapan bingung.
“Masamune-sama, Krisan itulah wanita yang sering datang mengunjungi desa kita.”
Masamune langsung menoleh ke belakang mencari-cari kebenaran di wajah bingung Koujiro.
“Are you kidding me?”
“Itu benar, Masamune-sama.” jawab Koujiro datar. “Jangan bilang Anda tidak menyadari laporan saya selama ini mengenai wanita yang bernama Krisan itu.” bisik Koujiro agar tidak didengar oleh orang yang bersangkutan.
Masamune tidak membalas, hanya mengumpat kesal mengutuki dirinya sendiri.
“Damn it!”
**********
Dalam suasana hening, hanya terdengar percikan air yang mengalir keluar dari dalam teko ke dalam cangkir dihadapan Masamune dan Krisan yang dituang oleh Koujiro.
“Silahkan diminum tehnya.” ucap Koujiro pada Krisan bermaksud memulai pembicaraan. Krisan sendiri hanya mengangguk kaku. Dirinya makin kikuk berhadapan secara langsung oleh pujaan hatinya.
“Jadi, apa tujuanmu datang mencariku?” tanya Masamune mendadak berubah menjadi sedingin es di kutub utara.
Walau mendapat perlakuan seperti itu tidak menyinggung hati kosong milik Krisan, karena yang difokuskan oleh sudut matanya hanyalah dirinya yang bisa melihat dari radius 50 cm rambut pujaan hatinya yang sedikit panjang dan menutupi salah satu matanya, matanya yang lain menatapnya tajam, hidungnya yang mancung ke dalam, bibirnya yang tipis, kulitnya yang putih, dari kimono yang dikenakannya terlihat sedikit dadanya yang kotak-kotak membuat matanya tak berhenti berkedip bahkan sedetikpun. Saking lamanya menunggu jawaban dari Krisan, Masamune sampai berdeham cukup keras untuk membangunkan Krisan dari dunia khayalannya.
“Krisan! Krisan!” panggil Koujiro berbisik pada Krisan.
“Huh? Uh?”
Krisan memasang wajah bertanya ‘ada apa?’ pada Koujiro yang dijawab oleh lawan bicaranya dengan lirikan ke arah tuannya. Bisa dilihat oleh Krisan bagaimana ekspresi bersabarnya Masamune menghadapi dirinya yang sempat pergi tanpa pamit selama beberapa menit lamanya.
“Ma-maafkan a—”
“Langsung saja katakan tujuanmu datang kesini.”
Krisan dapat menebak jika pemimpin klan Date sudah tidak bisa menahan akting kesabarannya lagi. Agar tidak membuat kesan buruk di pertemuan pertama, Krisan segera menjelaskan tujuannya secara singkat ditengah-tengah jantungnya yang berdisko ria.
“Tujuanku kesini hanya untuk mencari sekoin yen untukku bertahan hidup. Tapi karena popularitasku yang ternyata sudah sampai ke telinga masyarakat...” jelas Krisan menekankan kata popularitas.
“Aku diminta oleh mereka untuk datang lagi kesini. Tentu aku tidak bisa menolak. Selain mencari makan aku juga memiliki tugas untuk menghibur mereka jadi...yah, seperti inilah akhirnya.”
Dalam hati Krisan sujud sembah berkali-kali karena dirinya berhasil mengatasi kegugupannya menghadapi pujaan hatinya.
Masamune mengangguk sejenak sebelum akhirnya membuka suara.
“Kau punya tempat tinggal?”
“Ti-tidak.” jawaban yang keluar dari mulutnya mendapat balasan yang makin tajam dari mata pemimpin klan Date.
Jangan bilang dia tidak percaya aku tidak punya rumah, keluh Krisan dalam hati.
“Um, Masamune-sama—”
Ketika Koujiro ingin angkat bicara, salah satu tangan Masamune terangkat ke atas, berdiri kokoh di depan wajah tangan kanannya sebagai isyarat untuk mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Mau tidak mau Koujiro harus menuruti perintah tuannya jika dia ingin selamat dari maut.
Kini arah fokusnya teralihkan dari Koujiro menuju Krisan sembari memasang senyuman menggoda.
“Bagaimana jika kau tinggal disini?”
“Apa?!” teriak Krisan dan Koujiro bersamaan.
“Kenapa kau ikut berteriak?” pertanyaan itu ditujukan kepada tangan kanannya.
“Bu-bukan begitu..hanya saja—”
“Anda serius?”
Bagai menyambung kalimat Koujiro, Krisan memotong pembicaraan kedua kaum adam itu saking tak percaya. Masamune bisa melihat binar-binar kebahagian terpancar di bola mata coklat milik wanita yang ada dihadapannya. Senyum menggodanya makin jelas terpampang di bibir tipisnya bahkan sudah berubah menjadi seringai iblis.
“Of course I’m serious! Kau bisa tinggal disi—”
“Untuk sementara?”
Seketika Masamune terdiam untuk berpikir sejenak.
“Mmm..jika kau ingin tinggal untuk sementara tidak masalah.”
Bagus! Kau salah bicara Krisaan!!, kutuk Krisan pada mulutnya sendiri.
“Tapi, kalau boleh tahu...”
Buru-buru Krisan mengalihkan topik pembicaraan untuk melupakan sejenak lubang yang digalinya sendiri. Masamune dan Koujiro menatapnya penasaran.
“Apa..alasan Anda...” makin detik suara Krisan makin mengecil takut jika pertanyaannya menyinggung perasaan si tuan rumah.
Tahu maksud pertanyaan wanita yang ada dihadapannya, Masamune menjelaskannya dengan enteng.
“Yah, sebagai konsekuensi karena kau tidak melapor pada kami.”
“Eh?!”
“Kau tahu kan, peraturan di setiap desa harus mewajibkan para tamu untuk melapor pada pemimpin desa? Kau kan tamu disini.”
Namun alasan Masamune masih belum dipahami betul oleh Krisan. Terlihat dari dahi sang lawan bicara yang makin mengkerut.
“Ehm, begini. Sebagai ganti karena kau terlambat melapor pada kami, kau harus melakukan pelayanan sosial di desa kami dengan menggunakan jasamu sebagai seorang penyanyi jalanan.” jelas Masamune memegang kepalanya yang sedikit pening menghadapi Krisan yang kian detik kian blo’on.
“Karena kau juga bilang tidak punya rumah, kau bisa tinggal disini. Jadi semua impas, kan? Kami mendapat penghiburan darimu sedangkan kau mendapat tempat tinggal dari kami.” sambung Masamune yang dibalas oleh Krisan dengan tatapan tak percaya. Tak percaya jika dirinya akan tinggal SEATAP, SERUMAH, atau kata lainnya BERSAMA dengan pujaan hatinya.
“Semua fasilitas boleh kau gunakan jadi, anggap saja tempat ini seperti rumahmu sendiri.” imbuh Masamune tak lupa akan pesan terakhirnya.
“Aku harap kau betah tinggal disini.” katanya lalu pergi meninggalkan Krisan dan Koujiro—yang tak lama ikut mengekor dibelakang tuannya—dengan pikirannya masing-masing.
Kini yang ada dibenak Krisan hanya satu, seringai iblis dari pujaan hatinya tadi menghantui isi otaknya.
Dia...tidak berniat untuk memanfaatkanku, kan?