Tidak hanya jam yang cepat berlalu haripun sama hal nya sama - sama cepat berganti padahal baru saja Tania merasakan bahwa kemarin ia upacara bendera menyaksikan anak - anak telat yang mendapat hukuman, tak terasa hari ini hari jumat dimana sabtu dan minggu ia bisa beristirahat.
Saat bel pulang sekolah berbunyi Tania buru - buru merapikan alat tulisnya dan segera berlalu hal itu membuat Mili dan Reina merasa aneh.
"Tan? Panggil Reina
"Iya"jawab Tania yang sedang duduk untuk memakai sepatunya
"Buru - buru amat, mau kemana sih? "Rasa penasaran Reina ternyata sudah tak terbendung lagi.
"Gue ada urusan, gue duluan yah bye Mil, Rei "ucap Tania melambaikan tangan sambil berlari pergi.
Reina menatap Mili, sedangkan Mili hanya mengangkat kedua bahunya sehingga tanda tidak tahu.
Tania telah berada di gerbang depan sekolahnya sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapannya dan keluarlah seorang laki - laki paruh baya yang mengenakan seragam supir.
"Non Tania yah? "Tanya nya kepada Tania
Tania mengguk
"Ya sudah ayo naik, bapak sudah nunggu dari tadi "
"Loh katanya Alvin yang mau jemput? "Tanya Tania
"Den Alvinya sedang ada bimbingan belajar jadi tidak bisa menjemput non Tania jadi bapak nyuruh saya buat jemput "
"Oh gitu "kata Tania sambil masuk kedalam mobil yang pintunya telah di bukakan oleh sang supir saat berada di posisi itu tania merasa dirinya seperti seorang tuan putri, naik mobil mewah kapan lagi itu adalah kejadian yang langka baginya.
Trian yang sedang berada di parkiran untuk mengambil motornya melihat Tania yang nampak tergesa - gesa keluar dari area sekolahan saat ia mencari Tania ternyata gadis itu sudah pergi entah ke mana
"Pak dora liat Tania? "Tanya Dimitrian kepada satpan sekolahnya yang biasa berada di pos satpam
"Tania siapa ya den? "
Trian menepuk jidatnya, ia lupa tania bukan lah type gadis yang terkenal di sekolahnya jadi pak dora pasti tidak tahu "itu pak cewek yang di kuncir kuda terus bawa tas warna merah "jelasnya.
"Oh si eneng yang suka nanyain peta itu toh "
Peta apaan lagi nih pak dora bodo amat deh yah.
"Iya kali pak, yang penting ciri - cirinya sama "
"Iya sama den, tadi sih bapak liat si eneng pergi di jemput supir gitu naek mobil Bagus bapak aja pengen beli gak kebeli beli mobil kayak gitu"
Yaelah pak dora malah curhat "ya udah deh makasih ya pak
Trian pun megas motornya dengan kecepatan tinggi berharap masih bisa mengikuti Tania tapi hasilnya nihil, akhirnya iapun memgentikan motornya di sebuah toko aksesoris entah lah untuk apa yang jelas Trian tidak akan membeli sebuah jepit, bando atapun yang berhubungan dengan wanita karena Trian tidak memiliki adik, kakak ataupun sepupu seorang wanita.
Di dalam mobil Tania nampak duduk dengan tenang tapi ketenanganya hilang saat pak supir tersebut tidak membawanya ke tempat biasanya ia bertemu dengan om Wisnu
"Loh pak kok malah jalan sini? "
"Oh maaf neng bapak lupa bicara, kata pak Wisnu sekalian bapak makan siang jadi di ketemunya di restoran milik bapak aja "
"Oh gitu ya udah deh "Tania langsung diam kembali .
Tigapuluh menit kira - kira, Tania akhirnya sampai di sebuah restaurant bertulisakan 2A Iapun masuk begitu saja dan mencari cari sosok yang akan di temuinya.
"Tania disini "panggil orang yang akan di temuinya.
Taniapun mendekat, kemudian mencium punggung tangan orang tersebut
"Maaf om lama "
"Iya gak papa, makan siang dulu yah om udah pesenin "
'Eh gak usah repot - repot om "
"Kamu ini kaya kesiapa aja "
"Om ngajak ketemu Tania mau ngomongin apa yah? "
"Om cuman mau bilang perkembangan ibu kamu sejauh ini cukup baik, kemarin kakak kamu datang tapi tidak lama setelah itu pergi lagi bersama suaminya"jelas nya
"Tania tau kok om dari vino kalau soal kak Miranda dateng "
"Oh jadi vino sudah memberi tahu kamu, bagus kalau begitu "
Tania tesenyum sambil menganguk kepalanya
"Tapi ada masalah Tania "
"Kata om perkembangan ibu udah mulai membaik lalu apa permasalahanya? "
"Mungkin perkembangannya menunujukan baik tapi jika ibu kamu masih tidak ada tanda - tanda akan sadar om minta maaf pihak rumah sakit akan mencabut alat bantu pernapasannya "
"Jadi om nyerah? Cukup ayah aja om yang menyerah dan akhirnya memutuskan untuk mencari pengganti ibu, Tania mohon om jangan nyerah buat bantu Tania om "ucapnya tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja.
"Kakak kamu telah menandatangani surah - surat nya Tania, om tidak menyerah hanya saja pihak rumah sakit sudah tidak bisa memprediksi kapan ibu mu akan siuman ataupun mungkin ia tidak akan kembali "
Air mata tania jatuh begitu saja mengalir cukup deras "Ta.. Nia mohon sama om tolong kasih kesempatan, Tania yakin ibu akan siuman kok om "
"Om akan berusaha melakukan yang terbaik untuk ibu mu "
"Terima kasih om "ucap tulus Tania sambil mengelap sia air mata di sudut matanya
"Ya sudah Tania saya masih bayak pasien, pesan om kamu harus tetep kuat dan juga jangan pernah tidur di rumah sakit lagi jika kamu tidak ingin berada di rumah pintu rumah om terbuka untuk kamu"tuturnya sambil memberikan senyuman
Tania memeluk Wisnu dengan air mata yang mengalir kembali "makasih om selama ini om udah bantu Tania "
"Jangan sungkan Tania, kamu sudah om anggap seperti anak om sendiri.
Tania melepasian pelukanya dan tersenyum, semetara Wisnu sudah pergi. Mata Tania melihat ada Alvina yang sedang menikmati makanannya bersama kekasihnya gadis itupun tersenyum kearah Tania. Tania yang tak ingin mengganggu acara makan merekapun memutuskan untuk pergi dari restauran tersebut.
karena menagis tadi membuat mata Tania sembab belum lagi ia kurang tidur membuat gadis itu kini merasa cukup lelah di tambah kata- kata om wisnu kepadannya masih terus terngiang membuat gadis itu semakin lemah.
Tania terus berjalan tanpa peduli meski kepalanya pusing dan tubuhnya sudah lemas Karena benar - benar lelah Tania tak memperhatikan jalan dari arah berlawanan sebuah mobil melaju dengan kencang, Tania mematung seketika mobil tersebut mengerem mendadak sedikit lagi saja sang pengendara tak memginjam rem mungkin Tania sudah tertabrak, sang pengemudipun keluar dan menghampiri Tania yang masih mematung
"Tania "panggil laki - laki itu
"Tri... An "ucap Tania pelan kemudia gadis itu sudah tak sadarkan diri di pelukan Dimitrian.
"Taniaa "panggil Trian mencoba membangunkan Tania dengan menepuk nepuk pipi gadis itu pelan tapi tak ada respon dengan cepat Trian membopong tubuh Tania dan menidurkan nya di dalam mobilnya setelah itu Trian kembali mengemudi dengan kecepatan tinggi kearah rumahnya, ya Trian membawa Tania kerumahnya hanya satu alasanya yaitu ibunya pasti bisa menjaga Tania karena yang Trian tahu orang tua Tania jarang di rumah.
Tukkk... "Mah buka pintu nya "ucap Trian dari luar
"Iya - iya sebentar "jawab marwah kemudian langsung membukakan pintu nya "kamu ini ya pulang sekolah langsung berangkat lagi cuman naro -"ucap marwah yang lanjutan katanya terpotong setelah menyadari sosok tania yang berada di gendongan putranya "Tania kenapa Trian? "Ucap marwah cermas
"Nanti deh Trian jelasin ke mamah sekarang Trian mau bawa Tania ke kamar dulu "
"Ya udah cepetan bawa, mamah mau telpon om kamu suruh kesini "
Om Trian adalah seorang dokter yang terkenal oleh sebab itu marwah menelpon adik dari suamimya itu untuk memeriksa kondisi Tania
Dengan hati - hati Trian menidurkan Tania yang mukanya pucat di tempat Tidurnya, Marwah mamah Trianpun akhirnya datang dengan membawa sebuah kompres ditanganya karena saat ia memegang tubuh Tania , tubuh gadis itu demam tinggi
"Kok bisa Tania sampe pingsan gitu? "Marwah melayangkan sebuah pertanyaan begit saja
"Tadi Trian abis dari rumah Dion mah, trus gak sengaja mau nabrak Tania waktu Trian deketin Tania pingsan gitu aja "
Seorang pembantu rumah tangga mengetuk pintu kamar Trian membuat trian dan Marwah menoleh "bu maaf dokter Fauzan udah dateng "
"Ya udah suruh kesini aja bi "
"Baik bu "pembantu rumah tangga itu telah berlalu kini telah datang sosok gagah yang berperawakan mirip sekali dengan Dirga ayah Trian
"Siapa yang sakit kak? "Tanya pria tersebut
"Kamu masuk, aja cepetan cek gadis itu "titah Marwah.
Dengan peralatan yang di bawa olehnya pria tersebut memeriksa kondisi Tania.
"Gimana om kondisi Tania? "Trian ynag merasa cemas langsung melayangkan pertanyaan tersebut.
"Dia siapa apa kamu? " balik tanya Fauzan
"Pacar keponakan kamu "jelas Marwah yang gereget liat sang putra hanya tersenyum sambil menggaruk -garuk kepalanya.
"keponakan om ternyata pinter yah milih gadis "ledek Fauzan kepada sang keponakan"gadis ini gak papa kalian gak usah khawatir dia cuman kurang istirahat, dan juga sepertinya dia sedang stres berat "
"Stres berat? Mana ada dia marah marah mulu kerjaan nya "
"Hahaha "Fauzan tertawa "mungkin itu salah satu caranya untuk menutupi semua masalah yang di hadapinya"lanjutnya "lya sudah om pamit yah masih banya urusan "
"Ya udah kamu, jagain Tania Trian mamah ngater om kamu dulu sampai depan "
Trian mengangukan kepalanya,
"Lo punya masalah apa sih Tan? "Tanya trian kepada tania yamg masih tak sadarkan diri "maaf kemaren kemaren gue ngelakuin itu cuman gue pengen tau aja ya istilahnya ngetes lo tan, dan gue seneng lo ngerasa kehilangan gue "lanjutnya bicara tak peduli Tania tak mendengarnya.
Trian terus menatap lekat -lekat wajah tania, melihat gadia yang disukainya terbaring lemah membuat semangatnya hilang begitu saja
Waktu pulang sekolah trian memang berniat mengikuti tania tapi karena kehilangna jejak iapun memutuskan untuk pulang ke rumah mengganti motor nya setelah itu pergi lagi untuk kerumah dion hanya sekedar main sebentar setelah itu pulang lagi, karena kebiasaanya trian selalu memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi yang kemudian tanpa sadar hampir menabrak seorang gadis dan yang ternyata gadis itu adalah Tania beruntung ia masih bisa menghentikan mobilnya tepat waktu jika tidak mungkin orang yang ia sayangi akan terbaring di rumah sakit karena luka parah bukan seperti ini.
Trianpun tanpa sadar tertidur denagn posis duduk di samping tania sambil tangannya masih memegangi tangan Tania.