Kebahagian dan kesedihanakan selalu Mengikutimu karena itu adalah sebuah takdir.
Sudah 1 hari Tania belum juga sadarkan diri, Dimitrian laki - laki itu masih setia menemani Tania apalagi libur sekolah membuatnya lebih leluasa.
Tania tersadar di alam mimpinya ia melihat dua orang gadis yang satu menampilkan senyum bahagia yang stau lagi memeliki wajah yang datar bahkan cenderung sedih.
"Aku dimana? "Tanya nya pada diri sendiri
"Halo Tania "sapa kedua gadis itu
"Si.. Siapa kalian? "
"Aku adalah kebahagian mu "ucap gadis yang selalu menampilkan senyumnya
"Aku adalah kesedihanmu "lanjut gadis berwajah datar.
"Mengapa aku disini? "
"Untuk menyaksikan pertarungan kami "jawab kedua gadis itu.
"Maksud kalian? "
"Maksud kami adalah agar kamu bisa menyaksikan saat kesedihanmu kalah dan ia bersedia pergi dari hidupmu "jelas seorang gadis yang selalu tersenyum
Tania benar - benar di buat pusing di tambah lagi kedua gadis tersebut memulai pertarunganya, hingga detik terakhir tak ada satupun yang bersedia untuk mengalah, dari sebuah lorong yang semuanya berwarna putih datang seseorang memakai sebuah jubah hitam dan sebuah topeng, seseorang itu bisa membuat kedua gadia itu menghentikan pertarunganya.
"Untuk apa kalian bertarung "tanya tegas seseorang yang memakai baju berjubah itu
"Maaf aku hanya ingin gadis itu bersamaku menikmati kebahagian "jawab gadis yang tersenyum.
"Aku hanya ingin gadis itu bersamaku menikmati sebuah kesedihan aku nyaman bersamanya karena gadis itu mudah putus asa meski dia sedikit kuat "jelas gadis berwajah datar.
"Tidak!!! Semua itu tidak akan terjadi sampai kapanpun tidak akan ada yang pergi dari kehidupan gadis itu? "Ucap tegas seseorang yang mengunakan jubah
"Kenapa? "Tanya gadis berwajah datar
"Karena hidup manusia itu tidak akan bisa terlepas dari rasa sedih dan bahagia, keduanya akan datang secara bergantian seperti siang dan malam keduanya saling melengkapi untuk mewarnai kehidupan manusia itulah takdir setiap manusia yang hidup di bumi "jelas seseorang berjubah
Kedua gadis itu mengangguk dan kemudia memghilang menjadi sebuah cahaya.
Seseorang yang memakai jubah itu menatap kearah tania dan berkata "kembalilah ada seseorang yang menunggu mu "
"Siapa? "
"Dimitrian "jawabnya singkat setelah itu menghilang menyusul kedua gadis yang telah pergi terlebih dahulu
"Dimitrian "ucap ulang Tania
Ternyata kata terakhir yang Tania ucapkan adalah sebuah igauan membuat Dimitrian yang sejak tadi duduk di samping Tania langsung menggengam tangannya.
"Tan gue disini "jawab Trian yang belum juga mendapatkan respon dari Tania.
"Tania, gue disini "ulangnya.
Trian masih tetap menggegam tangan Tania dan lima menit kemudian mata Tania. Terbuka secara perlahan gadis itu mengedarkan pandanganya dan mendapati Trian yang sedang menggengamnyan.
"Tan lo udah baikan? "Langsung saja Trian melayangkan sebuah pertanyaan.
Tania mengaguk dengan lemah.
"Gu.. Gue dimana? "Tanya Tania
"Di rumah gue, tunggu yah bentar "ucap Trian kemudian pergi.
Tania memijat - mijat pelipisnya sebuah kata terakhir yabg ia ingat di dalam memorinya adalah kembalilah ada seseorang yang menunggu mu dan itu adalah Trian.
Beberapa menit kemudian Trian datang sambil membawa sebuah nampan yang berisikan smangkuk bubur di tanganya.
"Makan yah Tan "ucap Trian lembut.
"Udah berapa jam gue di rumah lo? "Tanya Tania.
"Bukan jam lagi Tania tapi udah satu hari "
"Hah? "Tania terkejut dengan jawaban Trian.
"Udah jangan di pikirin soal ortu lo gue duah bilang ke Alvina sahabat lo minta tolong bilangin kalau lo lagi nginep di rumah dia "jelas Tian
"Sekarang lo makan ya "
Tania menggeleng.
Dari arah pintu datang seorang wanita yang tak lain ibu Trian
"Kok gak mau makan? "Tanya nya sambil berjalan mendekat
"Eh tan... Mama "ucapnya masih belum terbiasa
"Gimana udah baikan? "
Tania menganguk
"Ya udah kalau gitu makan, mama gak mau liat yah kamu gak makan pokonya mama pulang dari butik kamu harus udah makan "titah nya.
"Lo mama mau kebutik? "Tanya Trian
"Iya, ada urusan kamu jagain Tania yang bener yah "
"Siap ibu negara "
"Ya udah kalau gitu mamah pamit yah Bara, Tania "ucapnya setelah itu pergi.
"Dengerkan nyokap gue bilang apa? "
"Iya denger "
Dimitrian masih fokus mengaduk aduk -bubur di tanganya.
"Trian? "Panggil Tania pelan.
Yang dipanggil menoleh "hmm"
"Maaf "ucap Tania sambil menunduk
"Buat? "Tanya Trian
"Buat gue yang udah benci sama lo, terus buat gue yang udah bikin lo kesel terus basah kuyup pokoknya buat semuanya "
"Tania, lo Tania kan? "Ucap Trian memastikan karena menurutnya hari ini gadis itu aneh.
"Gue Tania asli Trian "
"Syukur deh"Trian menghembuskan nafas lega sambil menaruh bubur ditanganya ke atas meja setelah itu mendekat tanganya langsung menggengam tangan Tania, gadis yang biasanya marah - marah saat Trian memegang nya itu mendadak bungkam "sumpah Tania, gue gak marah sama lo jadi gak perlu deh ada kata maaf dari mulut lo yang keluar, soal kemarin - kemarin gue ngejauhin lo sorry gue cuman ngetes lo seberapa benci lo ke gue tapi nyatanya lo ngerasa kehilangan hal itu buat gue seneng "jelasnya.
"Maaf Trian maaf biat semuanya gue salah nilai lo "ucap Tania penuh penyesaan tanpa sadar air matanya menetes begitu saja.
Ini untuk pertama kalinya Trian melihat Tania begitu rapuh dan berbicara dengan tulus padanya.
Tanpa aba- aba lagi Trian langsung merengkuh tubuh Tania kedalam pelukanya sambil terisak gadis itu terus meminta maaf
"Gue bilang, gak usah minta maaf Fania "ucap Trian sambil melepaskan pelukan kemudian mengusap airmata yang tersisa di wajah Tania.
"Sekarang makan yah "titah Trian sambil memberikan satu suapan bubur kepada Tania. Gadis itu membuka mulutnya hanya lima suapan yang dapat tania terima sisanya gadis itu sudah tidak nafsu mungkin karena sakit.
"Buburnya buatan siapa? "Tania bertanya pada Trian
"Mama gak mungkin lah gue Tan yang ada lo masuk rumah sakit gara -gara keracunan "
Tania tersenyum
"Gitu dong senyum kan manis keliatanya "ledek Trian yang membuat seketika pipi Tania mendadak merah
"dih kok merah pipinya "
"Ih apaan sih, udah ah "Tania berusah mengelak.
"Tan? "
"Iya "
"Lo punya masalah apa sih sampe -sampe lo bisa kaya gini? "
Tania mendadak terdiam "gue... Gak ada masalah apapun kok "ucap Tania berbohong.
"Gue tau lo bohong Tan "Trian begitu serius terlihat dari raut wajahnya.
"Gue...gak bisa cerita keorang lain yan karena gue gak mau ngerasain dijatuhin untuk kedua kalinya karena mereka tahu kelemahan gue? "
"Oke, no problem Tan, tapi kalau lo mau cerita sama gue gue malah ngerasa gue itu berarti buat lo "
"Eh... Maksud nya? "
"Hem udah lupain aja, gimana keadaan lo? "Trian mengalihkan pembicaraan
Kenapa dari tadi Trian ngomong seakan akan... Ah cuman pikiran gue aja kali ya orang dia ngomong kan di depan gue, kalau dia ngedeketin gue cuman buat minta maaf, pleaseee deh tania gak usah kepedeannn yah jatoh itu sakit
"Udah, gue pamit ya "ucap Tania sambil berusaha bangkit.
"Mau kemana? Tiduran lagi "printah Trian.
"Mau pulang Trian "
"Lo masih sakit Tania, istirahat dulu deh nanti sore gue anter "
Tania menganguk "yan, lo gak tidur? "Tanya Tania
"Eh... Tidur kok "
"Bohong, buktinya muka lo keliatan capek belum lagi ada kantung matanya, pasti gara gara gu- "
"Berhenti nyalahin diri lo Tania, gue ngelakuin ini tulus karena lo orang yang gue sayang tania "
"Tapi - "
"Udah ah lo pasti bosen? "
"Sedikit "
"Mau dengerin gue nyanyi? "
"Emang bisa? "Tanya Tania sedikit meremehkan
"Bisa dong, mau lagu apa? "
"Terserah "
Trian bangkit dan mengambil sebuah gitar yang tersandar pada lemari di pojok kamarnya.
Jrennggg.... Trian memetik senar gitar
"Tunggu, lagu apa? "Tanya Tania.
"ikut nyayi aja lo pasti hapal "kemudian Trian mulai memetikan gitarnya kembali
Trianpun menyanyikan lagunya dengan santai Tania tahu lagu itu hanya saja ia tidak apal liriknya, ia hanya hapal pada bait - bait terakhir dan akhirnya ia mengikuti Trian hanya pada bait terakhir.
But I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm yours
Well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you'll find that the sky is yours
so please don't, please don't, please don't.
There's no need to complicate
'cause our time is short
This oh, this oh, this is our fate, I'm yours
Sambil bersenandung Tania mengulang lirik kata 'im yours"
Dimitrian menghentikan gitar
"Im yours too"kata Trian sambil tersenyum jahil
"Eh, emang ada lirik yang pake to? "Tanya tania polos.
"Ada, kan gue yang nyiptain tadi "
Ehemmmm, deheman seorang pria dari arah pintu terdengar membuat Tania dan trian menoleh.
"Sedang apa kalian berduan di kamar? "Tanya pria itu tegas.
"Pa... Pah, Trian gk lagi ngapa ngapin kok "
Kalian berdua turun kebawah, papa tunggu disana"ucapnya setelah itu pergi.
Tania langsung menatap trian "yan gue takut "
"Bokap gue gak gigit kok, ya udah ayo turun lo udah kuat kan? "
Dengan perasaan cemas Tania mengangguk.
Keduanya menuruni anak tangga dilihat seorang pria berjas sedang duduk dengan muka datarnya.
"Duduk "perintah Dirga kepada tania dan trian saat keduanya sudah nampak di hadapan pria tersebut.
"Siapa dia? "Tanya Dirga tegas kepada sang putra.
"Dia pacar Trian pah "
"Pacar Kamu bilang? "Ujar Dirga meremehkan "papah udah pernah bilang sama kamu, papah gak suka liat kamu deket sama cewek selain Sabel "dengan tegas ia memperingati sang anak.
"Tapi pah- "
"Papa paling gak suka ada yang membantah trian "kali ini Dirga benar -benar marah.
Dari arah pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan pintu masuk datang seorang wanita yang tak lain marwah ibu trian.
"Loh kamu sudah pulang mas? "Tanya marwah namun yg di tanya hanya diam dengan emosi yang telah mengendalikannya"loh kok pada diem, tania kamu sudah mendingan? "Lanjut marwah bertanya pada tania
"U... Udah tante "jawab tania terbata bata
Dirga menatap ke arah marwah mengisaratkan wanita itu untuk mengikutinya kemudian Dirga berlalu menyisakan marwah, tania dna trian
"Papa kamu marah? "Tanya marwah.
"Iya, papa gak suka liat trian deket deket cewek selain sabel mah "
Tania hanya bisa menundukan kepalanya.
"Ya sudah, kamu antar tania pulang, nanti mamah yang bicara sama papah kamu "ucap lembuh marwah sambil mendekat ke arah tania "jangan ambil hati ya ayahnya Bara, dia mungkin lagi capek "jelasnya sambil mengelus lembut rambut milik tania setelah itu pergi untuk menyusul sang suami.
Selama di perjalanan trian dan dan tania sama sama bungkam, saat telah sampai di depan rumaj tania, trian menghalangi niat gadis itu untuk keluar "maafin bokap gue yah "
"Kenapa minta maaf, gue kan bukan pacar lo, gue cuman takut tadi sama bokap lo "
"Mmmmm, ya udah "
"Gue duluan yah trian, hati hati "ucap tania sambil keluar dari mobil trian.
Sementara di rumah trian sang ibu berusaha mengambil hati sang suami.
"Kamu tahu gadis itu pacar trian? "Tanya Dirga
"Aku tau mas "
"Kenapa gak bilang, aku udah pernah bilang ke kamu dan ke trian bahwa kelurga sabel dan keluarga kita telah memutuskan untuk menjalin kerjasama maka akan ada perjodoh "jelas dirga dengan nada tinggi.
"Aku tahu itu, tapi kenapa anak kita yang jadi korban mas? Kamu gak pernah inget sama kejadian kita dulu, apa kamu mau Bara ngerasain hal yang sama? "
Dirga terdiam kejadian dulu yang menimpa dirinya dan juga marwah adalah perjalan kisah cinta yang sulit.
"Kenapa diam? Kamu mau Bara kaya kamu yang harus mati matian perjuangin cinta karena di jodohkan urusan bisnis? "Jelas marwah.
Dirga masih diam, ia menarik nafas panjang "itu beda Marwah "ucapnya singkat.
"Apa yang beda, pokonya aku gak mau yah kamu bersikap kaya tadi sama tania, gadis itu gadis baik baik kalau kamu terus maksa Bara buat turitin semua keingan kamu lebih baik aku pergi sama bara keluar dari rumah ini "
Dirga yng mendengar jelas perkataan terakhir sang istri langsung menatap tajam kearah marwah.
"Aku gak main main mas, dari dulu aku sudah pernah bilang kan? "
Dengan berat hati Dirga mengatakan 'iya 'meski ia masih tidak menyukai gadis bernama tania yanh di ketahui adalah pacar putranya, ia melakukanya karena kehilangan marwah adalah hal terberat baginya, demi memperjuangkan wanita itu dulu ia rela keluar dari zona nyamannya di keluarga serba berkecukupanya hanya untuk warwah meski sekarang keluarga besarnya telah menerima sang istri dan memperlakukan nya dengan baik.