"Kinara? Sayang? Kamu baik-baik saja kan, nak? Ayah merasa sangat cemas saat bunda kamu mengabari ayah kalau kamu pingsan, sampai-sampai ayah meninggalkan semuanya dan langsung kembali ke sini. Apa ada yang sakit? Kita periksa ke dokter ya?" Ucap Danu ketika dia sampai di kamar Kinara dengan rasa cemas yang sangat besar.
Namun Kinara hanya diam menatap ke arah jendela, dia bahkan tidak merespon sedikit pun perkataan ayahnya.
"Ayah, sudahlah.. percuma saja, Kinara tidak akan meresponnya. Bunda juga sudah mencobanya dari tadi."
Sebenarnya Danu sudah tahu semuanya. Kirana sudah menceritakan semuanya melalui telpon. Tetapi, tidak ada salahnya kan mencoba? Danu hanya berharap kalau sesuatu itu tidak pernah kembali lagi. Danu berharap agar Kinara bahagia. Hanya itu. Tapi kenapa sulit sekali terjadi???
"Bunda siapkan makan malam untuk ayah dulu ya." Kirana pergi keluar dari kamar Kinara. Lagi-lagi Kirana menangis.
"Sayang.. ayah di sini.. jika ada yang berani menyakitimu lagi, bilang sama ayah, biar nanti ayah kasih mereka pelajaran dengan tinju ayah. Wattcaawww" Ucap Danu sambil menirukan gaya Bruce lee. Dan hal itu membuat Kinara menatap Danu.
"Ada ayah di sini.. kamu tidak perlu takut lagi, ya?" Kinara menangis dan langsung memeluk Danu.
"Kinara takut, ayah.." Katanya sambil menangis tersedu.
Bukan hanya Kinara, tetapi Danu juga ikut menangis. Sungguh, melihat kondisi Kinara saat ini, Danu merasa sangat terpukul. Bagaimana mungkin putri kesayangannya akan terus hidup di bawah bayang masa lalu yang sangat buruk untuknya???
"Ayah akan selalu ada bersamamu, sayang."
Danu melepaskan pelukannya. Dia melihat ke arah nakas, terdapat sepiring nasi dan juga lauknya. Kinara pasti belum makan malam? Batinnya.
"Kamu belum makan malam, ya?" Tanya Danu, Kinara pun menggeleng.
"Ayah suapin ya?" Kinara tersenyum lalu mengangguk.
Kirana yang melihat kedekatan anak dan suaminya dari celah pintu pun ikut tersenyum. Syukurlah.. Akhirnya Kinara mau makan..
**
Pagi harinya, Kinara tidak bergegas seperti biasa. Pagi ini, baik Kirana atau pun Danu, keduanya sama-sama melarang Kinara untuk pergi ke sekolah. Ditambah memang kondisi Kinara tidak memungkinkan untuk bersekolah. Tubuh Kinara terasa sangat lemas, sampai-sampai mau bangun dari tempat tidur pun Kinara tidak bisa.
Dengan sabar Kirana dan Danu menemani Kinara di kamarnya. Mereka bisa melakukan segala macam cara, apapun, hanya untuk mengembalikan senyuman Kinara.
"Kinara sayang.. Apa ayah harus lompat dulu dari menara Eiffle ke menara Pisa supaya kamu mau senyum?" Ucapan Danu membuat Kirana tergelak, sementara Kinara hanya mengangkat bahu acuh.
"Ayah ini ada ada aja hahaha.. lompat sejauh dua meter aja ayah nggak nyampe, apalagi itu yang harus lompat dari Paris ke Itali??? Hahaha" ledek Kirana.
"Bunda.. ayah buat lelucon itu supaya Kinara yang ketawa, tapi kenapa malah bunda??" Danu berpura-pura cemberut.
"Abisnya ayah lucu hahaha" Kirana masih saja tertawa, walaupun sebenarnya, lelucon yang dibuat Danu itu tidaklah lucu alias garing.
"Ledek aja terus sampai kepala Dedy Corbuzier tumbuh rambut."
"Ayah.. perut bunda sakit tau.. udah ah jangan bikin lelucon lagi."
"Ayah tidak meminta bunda untuk tertawa?"
"Tapi tadi ayah membuat lelucon, dan itu membuat bunda tertawa hahhaa."
"Terkadang ayah bingung.. bunda tertawa karena lelucon ayah itu lucu, ataukah karena selera humor bunda yang receh?" Danu refleks menutup mulutnya sendiri. Danu merasa kalau ucapannya itu salah. Danu menatap Kirana yang kini sudah berhenti tertawa dan sudah digantikan dengan tatapan membunuhnya.
Astagaaaa pasti akan terjadi perang dunia ketiga di sini!!! Teriak batin Danu.
"Peace bunda" ucap Danu sambil mengangkat kedua jari tangannya. Dan kakinya sudah siap berlari jika saja Kirana akan menyerangnya nanti.
"Ayah tahu ini apa??" Tanya Kirana sambil mengangkat sebuah bantal, sementara Danu hanya memperlihatkan cengiran lebarnya.
"Kinara? Sebentar ya, sepertinya ayah haus. Ayah mau ambil dulu minum ke dapur."
Baru saja Danu membalikkan badannya, sebuah bantal sengaja dilempar oleh Kirana sehingga mengenai punggung Danu.
"Kabur tidak semudah itu, ayah.."
Dan selanjutnya terjadilah aksi kejar-kejaran antara Danu dan Kirana. Di mana Kirana sudah dalam keadaan siap untuk memukuli Danu, jika saja suaminya itu tertangkap nanti. Sementara di sisi lain.. Melihat kelakuan kedua orang tuanya -yang lebih terlihat seperti pasangan abg menurut Kinara- senyuman yang ditunggu-tunggu pun akhirnya terbit di bibir Kinara.
Danu yang melihat senyum Kinara dari sudut matanya pun ikut tersenyum, meskipun sekarang Kirana benar-benar memukulinya pakai bantal.
"Bunda? Sudah berhenti.. kasihan ayah.."
Mendengar suara tersebut, Kirana menghentikan aksi memukuli suami kurang asam nya itu. Akhirnya putri kecilnya kembali tersenyum. Batinnya.
**
Suara bel terdengar menggema di seluruh ruangan. Membuat si pemilik rumah bertanya-tanya, siapa?
"Ayah!! Tolong lihat siapa yang datang!!! Bunda lagi masak di dapur!!" Teriak Kirana dari dapur. Dia memang sedang sibuk memasak. Saat ini dia sedang memasak gurame asam manis, makanan favorit Kinara dan juga Danu.
Sementara Danu yang kebetulan sedang melewati ruang tamu pun akhirnya mau membukakan pintu, padahal niatnya tadi dia ingin mengganggu Kirana memasak di dapur. Hmm sudahlah. Pikirnya.
Danu membalikkan langkahnya ke arah pintu, kemudian membukanya. Dia pikir yang datang itu ibu-ibu sosialita, yang semakin hari semakin gencar datang ke rumah hanya agar membuat Kirana mau ikut arisan dengan mereka. Namun ternyata dugaan Danu itu salah, karena yang datang adalah..
"Kevan?" Danu merasa sedikit terkejut atas kedatangan Kevan ke rumahnya. Bukan karena tidak suka, tetapi, untuk apa Kevan datang ke rumahnya di waktu seperti ini? Bukankah sekarang masih jamnya untuk sekolah? Pikirnya.
"Selamat siang, om." Sapa Kevan.
"Kamu tidak sekolah??" Tanya Kevan tidak percaya.
"Sekolah.. tetapi tadi semua guru sibuk mengadakan rapat untuk ujian kelas duabelas, jadi sekolah pulang lebih awal." Mendengar penjelasan dari Kevan pun akhirnya Danu menganggukan kepalanya mengerti. Lalu Ia mempersilakan Kevan untuk masuk dengan bahasa isyaratnya.
"Kamu pasti ingin bertemu Kinara, ya?" Kevan mengangguk semangat.
Sudah sejak tadi pagi Kevan ingin menemui Kinara di rumahnya, tetapi tidak bisa. Kevan harus bersekolah. Kevan tidak ingin bu Rahma jadi mempunyai alasan untuk mengeluarkannya dari sekolah, jika ternyata Kevan ketahuan bolos lagi. Jadilah paginya Kevan berangkat ke sekolah. Namun, betapa beruntungnya Kevan, rupanya sekolah dipulangkan lebih awal, karena semua guru akan ada rapat. How lucky you are, Kev!! Teriak batinnya.
"Mari.. Om antar ke kamar Kinara." Kevan mengangguk dan mengikuti langkah Danu.
"Keadaan Kinara sekarang, baik-baik aja kan, Om?" Tanya Kevan ketika mereka sedang menapaki satu per satu anak tangga.
"Dia sudah baik-baik saja. Kinara hanya butuh waktu untuk istirahat aja setelah kejadian kemarin. Tapi sekarang dia sudah baik. Tadi pagi juga sudah bisa diajak bercanda." Jelas Danu.
"Syukurlah kalau ternyata Kinara baik-baik aja, Om."
Saking asiknya Kevan dan Danu mengobrol, tidak terasa langkah mereka sudah membawanya ke depan pintu kamar Kinara. Danu pun mengetuk pintu terlebih dahulu, takut jika kedatangannya nanti mengganggu Kinara.
"Kinara??? Ayah masuk ya???"
"Iya!"
Setelah mendengar seruan dari Kinara, Danu pun masuk terlebih dahulu, lalu Kevan menyusulnya dari belakang. Kinara saat ini sedang menyisir rambut panjanganya. Dia tidak menyadari kehadiran orang lain selain ayahnya.
"Bunda pasti minta pada ayah untuk menyuruhku cepat-cepat, kan?"
Setelah keseruan tadi pagi yang terjadi di kamar Kinara, Kirana mengatakan kalau dia akan memasak makanan favoritnya. Kinara sangat senang, tentu saja. Jadilah Kinara segera bersiap. Tapi rupanya Kirana itu sangat tidak sabaran, sampai harus meminta ayahnya untuk menjemputnya. Begitu pikir Kinara.
"Tidak. Coba lihat, siapa yang datang bersama ayah?"
Perkataan Danu seakan perintah untuk Kinara. Lantas Kinara berbalik, dan pandangannya tertuju pada si pemilik mata hitam yang kini sedang tertegun melihat ke arahnya. Sampai suara deheman milik Danu memutuskan pandangan mereka.
"Sepertinya ayah akan membantu bunda saja di dapur." Danu pergi dan meninggalkan Kinara dan Kevan berdua.
Kinara menyudahi kegiatan menyisir rambutnya. Dia berjalan menuju balkon, dan Kevan mengikutinya dari belakang.
"Bagaimana keadaan kamu sekarang?" Tanya Kevan yang kini sudah berdiri di belakang Kinara.
"Baik" ucap Kinara sambil terus menatap ke depan, tanpa memandang ke arah Kevan. Walaupun begitu, Kevan merasa lega karena tahu kalau Kinara memang sudah baik-baik saja.
"Nanti malam, Arul mengundang kita untuk ke pesta ulang tahunnya." Ucap Kevan dengan senyum manisnya, meski Kinara tetap tidak mau melihat ke arahnya.
Sementara Kinara, dia tertegun setelah mendengar perkataan Kevan. Pesta? Batinnya. Sehingga bayangan masa lalu yang sangat buruk bagi Kinara pun kembali terlintas. Kinara memejamkan matanya, mencoba untuk mengusir bayangan itu dari pikirannya.
Ini dia yang katanya si ratu perfect!! Lihat dia! Lihat penampilannya sekarang!!
Kinara menutup kedua telinga dengan kedua tangannya. Matanya terpejam, keningnya berkeringat dan tubuhnya bergetar. Kinara ketakutan.
"Kinara?" Kevan seperti melihat ada yang aneh pada Kinara. Dia pun membalikkan tubuh Kinara, dan benar saja.. Kinara ketakutan, Kevan tahu itu!
Kevan langsung memegang bahu Kinara, terus memanggil Kinara, menyadarkan Kinara bahwa dia tidak perlu takut, ada Kevan di sana.
"Kinara? Hey?? Kamu kenapa??? Ini aku, Kevan. Kinara?"
Kinara mencoba memberanikan untuk membuka matanya, dia terus mencoba mengusir rasa takut yang hadir di dalam dirinya. Kinara melihat Kevan ada di hadapannya.
"Kevan?" Suaranya gemetar.
"Iya, ini aku.. Kamu kenapa?"
Bukannya menjawab pertanyaan Kevan, tapi Kinara malah langsung memeluknya. Kevan yang merasa tubuh Kinara bergetar ketakutan pun akhirnya membalas pelukannya. Diusapnya punggung Kinara, untuk menenangkannya.
Kevan baru sadar kenapa Kinara bisa sampai ketakutan ini. Kevan teringat akan cerita Kirana kemarin. Pasti Kinara teringat kejadian itu lagi ketika tadi Kevan mengatakan tentang pesta ulang tahun.
"Ssstt heyy.. maafkan aku.. aku tidak akan memaksamu untuk datang ke sana. Sudah jangan takut, aku di sini."
Napas Kinara sudah kembali normal, sehingga Kinara melepaskan pelukannya dari Kevan. Tidak seharusnya Kinara kembali seperti ini! Dokter Anggi sudah mengatakan kalau Kinara sembuh! Kinara bisa melawan rasa takut itu! Kinara yakin dia bisa!! Batinnya menguatkan.
"Kinara?"
"Kita datang" Kevan terkejut.
"Iya kita akan datang, lagipula ada kamu, kan?" Kinara berbalik badan.
Kinara sendiri terkejut, bagaimana bisa mulutnya berkata seperti itu? Kinara jadi merasa malu, sementara Kevan tersenyum dibuatnya. Kemudian Kevan memeluk Kinara dari belakang.
"Iya, aku akan selalu ada untuk kamu. Dan setiap kali kamu merasa takut, ingatlah.. Aku selalu bersamamu." Bisiknya.