Teman & Kasih
Seperti biasa aku akan mengawali hari dengan dua rakaat dan mengisi pagi dengan olahraga ringan bersama Safaraz. Aku dan Safaraz kerap terlihat selalu bersama. bagi siapapun yang tidak mengenal kami,mereka akan berfikir bahwa kami sepasang kekasih. Aku tidak tertarik pada brondong. Anak bayi jaman sekarang memang tidak bisa membedakan,mana wanita yang patut dipacari dan juga wanita yang patut dijadikan pacar atau calon isteri. Kebanyakan mereka akan melontarkan rayuan pada diapapun yang mereka mau. Terbukti sekali di tempatku mengais rejeki,entah wajahku yang masih terlihat segar dan muda atau mata mereka yang mulai berbeda. Ada beberapa yang selalu membuatku kurang nyaman. Terlebih di kelas Safaraz,beberapa kawanan pria muda itu berani menggoyahkan imanku. Mereka bahkan mengirim bunga dan coklat setiap pagi. Kalau coklat masih bisa ku makan sebagai tambahan tenaga,tapi bagaimana dengan bunga? Aku terlalu sibuk untuk menghiraukan bocah bayi ini.
Aku dan Safaraz sengaja merahasiakan hubungan kekeluargaan kami dari keluarga besar Universitas ini,demi kebaikan kedua belah pihak. Karena aku mengajar di kelas Safaraz,aku tidak ingin ada yang berburuk sangka. Seperti pagi ini,ada sebuah tas kertas di mejaku. Mataku menyisir isi ruangan,tidak satupun yang peduli. Kubuka dan ku baca secarik tulisan yang bisa kutemukan. Tidak ada nama pengirim dan keterangan apapun. Hanya ucapan selamat pagi saja,aku mulai merinding dengan semua ini. Tapi entahlah lupakan saja,aku tidak berniat untuk menolak atau menerima. Sebaiknya disimpan saja,kelak kalau memang sudah terkumpul aku bisa menjualnya. (lumayan buat tambahan __hehehe__)
The gardener was acting, you want me to plant much less?Tukang kebun sedang beraksi,kamu ingin aku menanam apa lagi?
~Gomiho
Lihatlah tingkahnya,dia memang seperti tukang kebun. Rupanya Won sedang merapikan taman kecilku. Terlihat dari foto yang dia kirim,dia sangat rapi dalam menata setiap bunga. dia juga merapikan daun yang dirasa kurang sedap dipandang. Memegang cangkul kecil dan gunting,membuat dia terlihat sangat biasa. Seolah bukan pemilik dept. Store terbesar di korea. Anak tajir ini membuatku bertanya-tanya,apa sebenarnya yang sedang dia lakukan?
Seharusnya dia diam saja diKorea dan menjalankan semua bisnisnya. Tapi kalau di pikir,tidak ada yang salah dengan tindakannya. Dia sedang belajar agama dan sangat serius mendalaminya. Aku hanya bisa mendukung dan mendoakan setiap langkah yang dia pilih. Sekali lagi yang ingin aku tanyakan adalah,sejak kapan dia berada di Indonesia. Dia seperti penyusup yang tiba-tiba ada. Lagi pula dipesantren mana sebenarnya dia belajar,aku belum sempat menanyakan itu. Hanya sempat bercanda gurau dengan segala keusilannya.
Hari ini aku di kejutkan dengan surat perintah tugas yang memintaku untuk segera berangkat ke Malang untuk menghadiri pertemuan di Universitas Negeri Malang. Karena aku lulusan Universitas bergengsi itu,itulah sebabnya aku di pilih untuk menghadiri pertemuan ini. Entah apa yang harus dibahas,dan pertemuan dengan konsep apa ini sehingga pemberitahuan dan tanggal keberangkatan sangat mendadak. Aku tidak pernah menyangka akan ada hal semacam ini. Sebenarnya cukup keberatan dengan perintah tugas ini,tapi mau bagaimana lagi.
Won menemani perjalananku ke kota dingin Malang,berdalih ingin mengelilingi kota dan menyusuri perjalanan di Indonesia. Walau tidak seindah perjalanan dari Seoul ke Busan. Sepanjang perjalanan dia terlihat sangat menikmati,terlebih kami menempuh perjalanan dengan menggunakan kereta api. Ini menyuguhkan pemandangan yang luar biasa indahnya. Won juga terlihat lebih sering tersenyum,tidak seperti saat kami berada di Korea. Aku harus memancing terlebih dahulu untuk menghasilkan senyuman walau hanya secuwil. Tapi sejak dia berstatus tamu di rumah kami,aku tidak perlu memancing dan memberi umpan untuk mendapatkan senyum lebar seperti saat ini. Dan satu masa saat dia tersenyum yang paling aku kagumi adalah saat dia berangkat ke masjid dengan menggunakan peci putih,senyum tipisnya pun terlihat bercahaya kala itu. Dia bahkan menceritakan apapun sepanjang perjalanan. Satu hal yang tidak pernah dia ceritakan padaku,masalah pribadi. Sepertinya dia orang yang kurang masalah.
Dan sekarang udara dingin menyambar memberi salam. Kami sudah berada dikota ber-udara dingin menyengat,kota Malang. Menuju kampus tujuan dengan angkutan umum,serta berjalan menuju ruang sekretariat itulah yang aku lakukan. Seseorang mempersilahkan aku untuk menuju ruang rektor karena beliau sudah menunggu. Won,sepertinya dia populer. Admin kampus ini menyapanya hangat,atau mungkin hanya sebatas basa basi menghadapi orang asing? Aku memintanya untuk menunggu di balik pintu,karena tidak mungkin aku membawanya menemui rektor. Ini yang mengusik pikiranku,kalau memang ini adalah pertemuan atau seminar dan apapun itu. Kenapa harus di ruang rektor dan tidak di aula atau tempat pertemuan lainnya. apa sekarang struktur sudah berubah? Sedikit menata hati dan sikap,aku melangkahkan kaki melepas garis batas pintu ruang rektor.
"Lai,kamu sudah datang? Silakan masuk" Aku hanya menimpali dengan senyum dan mengambil langkah untuk lebih dekat. Tapi seseorang membuatku terperangah dan terdiam. Mataku membulat melihatnya,bukan Ardan ataupun Laili tapi dia..
"Joon Seong" Aku berusaha menebak apa yang ada dihadapan mata.
"??????,????bogo sip-eo lai,gwaenchanh-a? Aku merindukanmu Lai,kau baik-baik saja?"
" ???,?????? Jang Joon Seong,mwohaneungeoya?Jang Joon Seong,Apa yang kamu lakukan?" Tidak kalah terkejutnya denganku. Won menyapa dengan tanda tanya yang besar.
"Won..."
"Lee Jeong Won" Rektor mengenal Won.
Aku semakin di buat bingung dengan keadaan ini. Permainan macam apa sebenarnya yang sedang berlaku. Menghela nafas dan menghembuskannya itu yang bisa aku lakukan. Pertemuan ini berakir dengan seperti pertemuan keluarga. Kami bertiga duduk manis dihadapan rektor. Rektor menanyakan kabar dan perkembangan belajar tentang agama yang sedang Won pelajari. Mereka terlihat sangat akrab. Sebentar,aku seperti pernah mengalami kejadian ini. Nama lengkap Won adalah Lee Jeong Won,aku pernah mendengar nama itu. Aku memutar balik arah ingatanku,aku yakin pernah mendengar nama itu dengan jelas. Dan disini dihadapan semua orang,aku tidak menghiraukannya. Mataku tajam menyelidik semua pori-pori wajah Won. Aku sepertinya pernah mengenal wajah itu. Aku pernah mengalami kejadian ini,dia adalah..
"Lai,bagaimana kabarmu nak?" Tuan Rektor mematahkan ingatanku,aku tidak mungkin bisa mengingatnya lagi nanti. Aku mudah lupa dan susah ingat. Tidak ingin kehilangan ingatan lagi,aku tidak peduli dengan pertanyaan tuang Rektor. Menatapku saja bukankah dia tahu aku sedang baik-baik saja? Aku masih berusaha mengingat wajah itu,sepertinya aku menjadi orang aneh sekarang. Won bahkan menunjukkan isyarat bertanya-tanya kepadaku,tapi mataku masih tidak bisa lepas darinya.
"Lee Jeong Won,dia pernah menjadi pembicara kuliah tamu yang pernah kita adakan. Saat itu kamu sebagai Pembawa Acaranya kalau tidak salah" ya benar,apa yang tuan Rektor katakan itu benar. Aku ingat,itulah pertama kali aku melihat Won. Aku hanya tahu nama lengkapnya,dia orang yang cukup dingin untuk berinteraksi dengan orang secara individu. Tapi dia sangat hangat saat menyampaikan materi. Jadi disinilah pertama kali aku melihat Won,bagaimana aku bisa lupa walau sudah satu tahun waktu ku habiskan bersamanya. Aku benar-benar payah.
"Dia adalah keponakan kesayanganku" Jedaaarrr jeeddoorrr telingaku tersambar petir. APAH?? KEPONAKAN KESAYANGAN?? Lalu apakah Joon Seong ini anaknya Tuan Rektor? Tidak mungkin,Joon Seong bilang ayahnya pemilik agensi apalah waktu itu. Tidak mungkin dia anak dari tuan Rektor. Cukup sampai disini,aku benar-benar semakin tidak paham apa maksud dari pertemuan ini.
Tuan rektor sengaja memanggilku hanya karena Joon Seong ingin menemukanku dan sekaligus tuan Rektor ingin mencari keberadaan Jeong Won. Yaa Allah,permainan apa ini. Apa uang sedang bicara sekarang? Kenapa uang selalu memikili banyak daya?. Ringkas cerita, Won adalah keponakan tuan Rektor. Jadi Istri tuan Rektor adalah adik dari Ayahnya Won. Waktu itu Won pernah bilang kalau dia mempunyai saudara di luar negeri dan meninggalkan anak mereka untuk menjadi teman baiknya selama di Korea. Aku pikir teman baiknya itu Joon Seong,ternyata aku salah besar. Jadi teman baiknya itu memilih untuk menjalin hubungan bisnis di Taiwan di industri periklanan. Mereka menjalin hubungan kerja sama yang baik. Dengan Won berjalan di dept. Store dan temannya siapa itu namanya tadi belum di sebutkan,dia berada di dunia periklanan. Membuat mereka meraup banyak keuntungan dengan kolaborasi yang apik dan mengagumkan. Lalu siapa Joon Seong? Terkadang aku melihat keakraban diantara mereka namun tetap dengan batas tertentu. Apa Joon Seong adalah kerabatnya juga? Ini urusan rumah tangga kenapa aku harus berkecimpung didalamnya? Aku pasti sudah dimanfaatkan. Aku umpan dari semua ini,Yaa Allah semakin rumit saja urusan hidup. Lalu dimana kedua bocah itu,mereka meninggalkan aku di ruang tuan Rektor yang sebenarnya tidak ada urusan serius denganku. Mereka hanya memainkan uang untuk menciptakan permainan yang mereka anggap baik-baik saja tapi tidak baik untuk perkembangan mentalku. Bagaimana bisa mereka melibatkan aku dalam urusan keluarga mereka,aku tidak berniat sama sekali untuk masuk dalam permasalahan rumah tangga orang lain.
Menghadapi hatiku yang sempat hangus tersambar cinta bertepuk sebelah tangan saja sudah membuatku rumit dan tak berdaya. Kenapa sekarang harus berhadapan dengan urusan seperti ini? Sudahlah lupakan,aku harus segera mencari won. Perasaanku selalu tidak enak jika Won dan Joon Seong bertemu,entah kenapa aku hanya merasa seperti ada sesuatu diantara mereka berdua.
Sudah hampir dua puluh menit aku mencari mereka berdua,kesemak belukar atau kemanapun tetap saja tidak kutemukan batang hidung kedua bocah itu. Sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan? lahan kampus ini sangat luas,tidak mungkin aku harus tawaf atau sya'i selagi mencari mereka kakiku bisa patah jadi dua.
"?????????????!naneun dangsin eommawa hamkke gong-yu silh-eo!AKU TIDAK INGIN BERBAGI IBU DENGANMU!" Joon Seong,dia membentak Won. Aku belum pernah melihat ini sebelumnya,apa yang mereka bicarakan hingga Joon Seong harus mengangkat suara seperti itu. Sedangkan Won hanya bersikap seperti biasa,tenang dan mematikan.
"?????????.??,??modu dangsin-ihaeyahanda.lai,gyeolko Semua bisa kamu dapatkan,tapi tidak untuk Lai" Sudah ku bilang dia tenang dan mematikan,aku tidak mendengar dengan jelas apa yang dia katakan. Tapi sikapnya yang tenang saat bicara dan bergegas menghampiriku itu nyaris membuat Joon Seong mematung. Aku bahkan melihat dia termenung sesaat. Sebenarnya apa yang sudah dikatakan oleh Won hingga Joon Seong menjadi kalab seperti itu. Aku masih mencium darah panas di kepala Won,walau dia menatapku lembut. Tapi aku merasa sekarang dia sedang tidak baik-baik saja.
"Won.."
"Don't ask anything. I will sad Jangan bertanya apapun. Aku akan bersedih"
Aku mengerti,tubuh jangkung kekar ini sedang tidak baik-baik saja. Sebagai orang yang harus memahaminya,aku hanya mengangguk dan membawanya beranjak dari tempat ini. Sebenarnya aku tidak ingin memikirkan apapun. Tapi wajah Joon Seong sangat serius saat menaikkan suara tadi. Dia membentak Won dengan kata-kata yang cukup menegangkan. Berbagi ibu? Apa maksud dari berbagi ibu? Apa mereka saudara tiri? Mereka terkadang baik dan terkadang menegangkan. Tapi sangat manis saat melihat mereka berdua bersama-sama. Memang ada jarak dalam kedekatan keduanya,terutama Won. Dia berubah warna saat menyingung orang tua Joon Seong. Aku pernah bercerita kepadanya seputar tawaran makan malam yang aku lewatkan. Won hanya menyikapi dengan dingin dan menyayat seraya berkata
"Apa kau tidak pernah makan,hingga sangat sayang melewatkan makanan gratis dari Joon Seong?" begitulah dalam bahasa indonesia. Dia benar-benar akan berubah jika sudah menyinggung urusan keluarga.
Tapi saat ini yang ada dalam benakku hanyalah membuat dia merasa tenang dan baik-baik saja. Aku kehilangan senyumnya sejak perjalanan kembali ke kampung halaman. Joon Seong bersama kami,dia memutuskan untuk menghabiskan masa liburannya dengan bermalam di kampung halamanku. Ini adalah berkah tersendiri untuk Safaraz,karena dia akan tinggal dengan dua orang Korea yang tentu belum pernah bergejolak dalam benaknya. Hingga saat sholat isya' berakir,aku masih berpikir jauh tentang perkataan Joon Seong. Apa yang dia maksud dengan berbagi ibu? apa won merindukan ibunya? dan ingin memanggil ibu Joon Seong dengan sebutan ibu?. Aku memang melihat betapa harunya Won saat bercengkerama dengan ibuku dan aku juga lebih sering melihat dia membantu ibu dengan segala yang ibu kerjakan. Apa mungkin Won sangat mengharapkan ibunya? Aku tidak melihat secuwilpun senyum di wajah Won sejak kembali. Dia terlihat ingin meluapkan sesuatu namun tertahan. Haruskah aku bertanya-tanya kepada bintang? Mereka hanya menatapku dengan kedipan indah mereka. Seseorang menyodorkan sebuah Al-Qur'an di hadapanku.
"Can you help me? bisakah kau membantuku? aku harus setor hapalan besok saat aku kembali" Dia mengucapkan bahasa Indonesia dengan tepat. Won,baru saja dia mengalir di pikiranku. Sekarang dia sudah berada dihadapanku serta memintaku untuk membantunya menghapal.
Dia tergolong orang yang mudah mengingat apa yang baru dia baca. Saat ini dia sedang menghapal jus-25 untuk setor saat dia kembali ke pesantren besok. Dimulai dengan bacaan basmallah yang sudah sangat kental dan fasih,suaranya lembut saat membaca Al-Qur'an. Dia juga jeli dan teliti terhadap tanda baca. Aku kagum mendengarnya,dia sangat hebat. Aku belum pernah bisa menghapal Al-Qur'an,surat pendek saja hanya beberapa. Tapi dia,sudah menghapal sejauh ini. Dia berusaha sangat keras untuk semua ini,itu sudah pasti. Semua yang diniatkan karena ibadah dan di bumbui dengan tekat dan keyakinan yang kuat pasti akan menghasilkan sesuatu yang sangat membanggakan. Seperti ini,Won dia sangat mengagumkan saat melantunkan semua ini. aku menyimak dengan seksama,belum ada kesalahan sama sekali. Dia benar-benar mengagumkan. Harus aku beri nilai berapa untuknya? dia tidak membuat kesalahan hingga akir. Wajahnya terlihat melegakan usai menyelesaikan hapalannya. Ayat suci Al-Qur'an selalu ampun dalam membasmi kegalauan. Ibuku,tiba-tiba saja beliau muncul menyuguhkan camilan kampung untuk kami dan juga minuman hangat. Sama halnya denganku,ibu terlihat sangat bangga serta melontarkan pujian bagi Won. Sementara Won tersenyyum simpul dan aku rasa dia kembali ke titik awal. Dia teringat akan ibunya.
"Won," rasanya sangat sulit untuk mengucap kata. Aku hendak berkata,tapi rasanya semua itu menggantung di lidah.
"Jika kau merindukan ibu atau ayahmu. Kau boleh menganggap ibu dan juga ayahku sebagai orang tuamu. Mulai saat ini,kau boleh memangil ibuku dengan sebutan "ibu" dan juga ayahku dengan panggilan "ayah". Aku bersedia berbagi ibu dan ayah denganmu,tapi dengan syarat. Jaga kepercayaan mereka dan berikan aku satu senyuman saja. Jangan bersedih lagi,itu membuatku hampir tidak bisa bernapas"
Yaa Allah,apa yang aku katakan? Aku terlalu jujur atau bagaimana? Aku mengucapnya dalam bahasa Indonesia,memang sengaja. Terlalu jujur jika aku mengucapnya dalam bahasa yang dia mengerti. Tapi,sepertinya dia tahu maksud dari kata-kataku. Aku melihat dua insan dihadapanku ini saling bertatap mata dan berakir dengan adegan mengharukan. Won mencium kaki ibuku,dia menangis meraung di kaki ibuku. Aku benar-benar tidak sanggup melihatnya,rasanya seluruh air dalam mataku keluar begitu saja. Mataku berkeringat sangat banyak. Anggap saja ini keringat,bukan tangisan. Aku rela berbagi keluarga dengannya,lagi pula Won orang yang baik dan dia juga pasti tidak akan mengecewakan ibu serta ayahku. Dia lebih hebat dariku,ayah pasti bangga memilikinya.
"Tunggu sebentar,kalau kamu berbagi orang tua denganku. Berarti aku tidak bisa menikah denganmu?"
"Kenapa tidak?"spontan saja kata-kata itu meloncat dari bibirku.
"Itu berarti kau mau menikah denganku,karena itulah orang tuamu adalah orang tuaku juga?"
"Won!" Kenapa dia bertingkah konyol saat adegang mengharukan dicetak?
"Ibu,apa ibu merestui kami?" Lihatlah dia semakin menjadi. Rasanya ingin sekali aku melayangkan palu ke arah kepalanya yang besar itu.
"Tentu saja,kenapa tidak?Kamu anak yang baik dan tahu Agama"
"Ibu.." apa yang ibu lakukan,kenapa meladeni kekonyolan anak ini.
Yaa Allah,apa aku terjebak oleh ideku sendiri. Inikah yang dinamakan senjata makan tuan? Sementara ibu beranjak pergi,Won menampakkan wajah menyebalkannya itu dengan senyum lebar. Hentikan semua ini,dia berlaku seperti teddy bear. Aku terjebak dalam situasi,haruskan aku menyesali niatanku untuk membuat dia tersenyum. Sekarang dia tidak hanya tersenyum,tapi tertawa terbahak-bahak. Ingin sekali aku memasukkan becak kedalam perutnya itu. Bocah ini membuatku geram.
Tunggu! Kenapa dia berbicara bahasa Indonesia dengan lancar? Apa selama ini dia juga berbicara bahasa Indonesia dengan semua orang selain aku? Aku semakin merasa termakan oleh keadaan. Yaa ALLAH.
Kalau dipikir,tentu saja dia mengerti bahasa Indonesia. Karena dia belajar di pesantren yang sehari-hari dia akan mengkonsumsi bahasa Indonesia. Kenapa tidak terpikir sekilaspun di benakku kalau dia pasti faham dengan kalimat yang terlontar menggunakan bahasa kami. Tidak mungkin dia tidak mengerti bahasa kami,sementara dia harus mengenyam ilmu dengan bahasa ini. Sama seperti aku yang dulu berada dinegara asing dan harus mendengar bahasa asing setiap guru menjelaskan. Aku merasa terlalu banyak berpikir hingga tidak mengingat bahwa Won sudah lama berada disini. Tapi sebenarnya sejak kapan dia berada disini? Sejak kapanpun itu,dia sudah memasuki Juz ke-25 itu berarti sudah lama dia disini. Dia benar-benar jauh dari dugaanku. Sekarang,karena dia sudah meminta ijin untuk menjalin hubungan denganku. Ibu menganggap semua itu sebuah keseriusan,dan secara tidak sadar ini juga dianggap sebagai sebuah ikatan.
WON,KAU MEMBUATKU HAMPIR GILA... Astagfirullah.. Astagfirullah..
"Memangnya kenapa? Aku memang serius. Mulai sekarang,kau milikku dan jangan berani-berani mencuri perhatian laki-laki lain"
"Aku tidak pernah mencuri perhatian laki-laki,mereka sendiri yang memperhatikan aku"
"Itu karena kau selalu menarik untuk diperhatikan" Lihatlah,caranya berbicara sekarang mirip seorang pacar. Tapi apa benar akan seperti ini jika aku punya pacar?. Entahlah,aku tidak terlalu memikirkan hal ini. Kesedihannya memang membuatku tidak nyaman,tapi sikap konyolnya seperti ini membuatku geram dan ingin memakannya hidup-hidup.
----- o0o -----
Kami tetap menjalani hari-hari seperti biasa. Berangkat ke masjid bersama,olahraga pagi bersama dan juga merawat taman bunga bersama. Satu-satunya hal yang harus membuat berbeda adalah kehadiran Joon Seong. Iya benar,Joon Seong hadir ditengah-tengah kami. Tapi bagaimana dia luput dari perhatian kami? Kasihan sekali anak ini. Joon Seong adalah orang yang ramah tamah,itu sudah pernah aku utarakan sebelumnya. Karena dia tidak bisa berinteraksi dengan bahasa Indonesia,itulah yang membuat dia tidak bisa lebih dekat dengan keluarga kami. Aku lebih intensif terhadap Joon Seong. Safaraz juga lebih sering terlihat dekat dengan Joon Seong. Kami hanya berusaha membuat dia nyaman,seperti dia yang selalu ada dan membuatku nyaman selama berada di Korea.
Walau sempat terlibat perang dingin,Won masih terlihat mendekat dan menyalurkan perhatiannya. Hanya saja Joon Seong terlihat sedikit kurang nyaman. Seperti hari ini,makan malam kali ini berada dirumahku. Won memberikan piring berisi nasi untuk Joon Seong. Dia juga menambahkan sayuran dan beberapa lauk di atasnya.
" ????, ?????manh-i meoggo , dangsin i joh-a Makanlah yang banyak,ini menu kesukaanmu" Joon Seong hanya menatap Won dengan tatapannya yang dingin. Dia masih terlihat geram dengan sosok Won. Kenapa dan ada apa sebenarnya dengan mereka?
"I made a strawberry milk juice,so Fresh Aku membuat jus susu strawbery,ini akan menyegarkan" Aku menyuguhkan segelas susu strawberry yang sengaja ku blender bersama dengan susu,bagaimanapun itu terasa sangat menyegarkan. Kebetulan sebelum pulang kerja,aku mampir ketoko buah sejenak. Karena ada promo dan harga strawberry terlihat sangat ramah di dompet. Aku membelinya __hehehe__
" Thank you LaiTerima kasih Lai" setidaknya Joon Seong tersenyum,itu menjadi tanda bahwa dia baik-baik saja.
Dengan adanya dua orang ini,ibu tidak perlu sudah payah membersihkan meja makan dan mencuci piring. Awalnya aku berencana untukmembersihkan semuanya. Tapi karena dua orang yang ada dihadapanku ini butuh waktu untuk saling berinteraksi. Aku memiliki ide yang cukup cemerlang. Aku meninggalkan mereka berdua di sumur untuk mencuci piring. Aku harus memberinya waktu untuk saling berinteraksi. Perang dingin tidak boleh berlangsung lama. Korea sudah pernah perang saudara,sekarang tidak boleh lagi ada perang saudara II. Sementara aku akan mengerjakan yang lain,biarkan saja mereka melakukan segala hal. Tapi sebentar,bagaimana jika mereka bertengar dan membanting piring-piring itu? Atau bagaimana jika salah satu diantara mereka emosi dan tidak bisa menahan lalu menceburkan salah seorang ke dalam sumur untuk menutupi jejak? Yaa Allah,aku baru mengingatnya setelah hampir setengah jam aku meninggalkan mereka berdua. Aku bergegas menuju sumur memeriksa keadaan,tidak boleh ada hal buruk terjadi. Terburu-buru membuatku gagal fokus. Rok panjang yang ku pakai tersangkut kaki meja dan harus menerima beberapa jahitan. Tapi lupakanlah jahitan,aku harus segera menemui dua orang yang sedang perang dingin itu. Mataku hanya menangkap Won yang sedang merapikan piring. Dimana Joon Seong,kenapa tidak ada?
"Won... dimana Joon Seong?"
"??????????,??????????????? dangsin-eun daleun salam-eul chajgo,ttae dangsin-ui namja chinguga yeogieissda?Kau mencari pria lain,saat pacarmu ada disini?" Hentikan lelucon ini,Keberadaan Joon Seong lebih penting saat ini.
"Kau tidak memasukkannya kedalam sumur bukan?"
" ??????????? naneun geugeos-eulhaeyahabnikka? Haruskah aku melakukannya?" Wajah macam apa yang sedang dia pamerkan kepadaku,kenapa dia tidak merasa bersalah sama sekali?
"Kau tidak sedang membuat pembunuhan sadako kan?"
"maybe I should have done that last time Mungkin sebaiknya aku melakukan itu tadi"
"WON !" aku bergegas memeriksa keadaan sumur. Airnya masih tenang,apa Joon Seong didalam sana dan tenggelam? Yaa Allah,apa yang membuat Won benar-benar jahat? Tidak mungkin,dia bukan orang yang bisa melakukan itu. Tapi tidak ada yang tidak mungkin sekarang. Ahli agama sekalipun pasti mempunyai emosi dan karena emosi pula seseorang bisa bertindak diluar kesadarannya.
"Joon Seong... Joon Seong a~... Jang Joon Seong!" Yaa Allah apa yang harus aku lakukan. Sementara Won pergi meninggalkan aku sendirian,apa dia benar-benar memasukkan Joon Seong kedalam sana? berapa kali aku harus memanggil namanya? Haruskah aku masuk kedalam juga?
"???,???? ye lai,mueos-eul?Ya Lai,ada apa?" Aku mendengar suara itu,mirip Joon Seong. Dia masih hidup,dia masih bisa mendengarku dari dalam sana. Aku harus menyelamatkan dia,segera.
"??, ????? joon seong, nae mal deullyeo?Joon Seong,kau bisa dengar aku?" Pandanganku masih terpusat pada air tenang.
"?ye iya" Ada yang menepuk pundakku,pasti Won. Dia harus bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat. Aku mengalihkan pandanganku,
"??, ???? joon seong , gwaenchanh-a? Joon Seong,kamu baik-baik saja?" Yaa Allah,ini Joon Seong yang berada didepanku. Dia tidak basah dan masih terlihat kekar serta baik-baik saja.
"??????museun il-iya?apa yang terjadi?" Aku menghela nafas lega. Syukurlah dia baik-baik saja. Terimakasih yaa Allah engkau menjaga dua orang ini.
"I thought, Won put you into a well like Sadako murder Aku pikir,Won memasukkanmu kedalam sumur seperti pembunuhan sadako" aku terengah-engah mengucapkan ini. Nafasku masih tidak keruan,takut Won berbuat kriminal dan takut Joon Seong terluka.
"Why should he do that? Should? ha ha ha Kenapa dia harus melakukan itu? haruskah? hahaha"
Joon Seong juga bisa tertawa seperti ini. Aku merasa sebagai lelucon sekarang. Setidaknya dia harus tahu kalau aku takut sesuatu yang buruk menghampirinya. Mungkin pikiranku yang kacau dan goyah membuatku terpengaruh dengan alur drama atau apapun yang pernah aku lihat. Yaa Allah,ini benar-benar menggelikan. Aku sudah menjadi orang yang gila hari ini. Harapanku untuk menyatukan dua orang ini terasa membuatku jauh dari kewarasan. Kali ini aku menikmati taburan bintang bersama Joon Seong. Aku hanya ingin membangun komunikasi hingga dia merasa tidak canggung untuk berada disini. Selagi itu,aku juga harus mencari tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi. Setidaknya,aku ingin membuatnya mengerti,Won tidak seperti yang ada di benaknya. Won benar-benar jauh dari bayangan orang normal. Dia melakukan segala hal dengan sangat sempurna,bahkan bisa dibilang dia jauh dari rata-rata orang normal. Apa sekarang aku sedang membicarakan bahwa dia tidak normal?__hehehe__
"Won, he is the biological child of my mother Won,dia adalah anak kandung ibuku" Aku terkejut dengan pengakuan itu. Kenapa tiba-tiba dia membuat pengakuan yang luar biasa. Itu berarti mereka adalah keluarga,mereka adalah saudara. Lalu kenapa tidak satu rumah dan kenapa Won tidak bilang kalau dia punya orang tua. Aku pikir orang tuanya sudah meninggal,seperti yang dia ceritakan kepadaku di awal bahwa dia tidak punya orang tua.
" Previously we were good friends, we did all the activities together. Until the time we have to do joint military service. His father died a few hours after we finished compulsory military service. And that's when everything was revealed. My mother, is his mother too but not with my father. I did not like the presence of my stepmother. My father and mother had to separate because of him. But mother is very kind, she gave me extraordinary attention. At first I could not accept all the circumstances, I protested to everyone and also to Won. But, over time I realized that it was only done by children. I can accept Won as a good friend. Because of the embarrassing reality, he remained in the house. Not our house. Mother also can't accept him well, mom only cares for me and father. Won always does everything alone, he also loses everything. Since his father died, he did everything. He acts more mature. He went to work and study, I didn't know how he could do all that. I've never seen him smile since then. The first time I saw him smile was when he was with you. I really want to celebrate that. He really fell in love with you, me tooSebelumnya kami memang teman baik,kami melakukan semua aktifitas bersama. Hingga saatnya kami harus melakukan wajib militer bersama. Ayahnya meninggal beberapa jam setelah kami menyelesaikan wajib militer. Dan saat itulah semuanya terungkap. Ibuku,adalah ibunya juga tapi tidak dengan ayahku. Aku memang tidak menyukai kehadiran ibu tiriku. Ayah dan ibuku harus berpisah karena dia. Tapi ibu sangat baik,dia memberiku perhatian yang luar biasa. Awalnya aku tidak bisa menerima semua keadaan,aku melakukan protes kepada semua orang dan juga kepada Won. Tapi,seiring berjalannya waktu aku menyadari itu hanya dilakukan oleh anak-anak. Aku bisa menerima Won sebagai teman baik. Karena kenyataan yang memalukan,dia tetap berada di rumah itu. Bukan rumah kami. Ibu juga tidak bisa menerima dia dengan baik,ibu hanya peduli padaku dan ayah. Won selalu melakukan segala hal sendirian,dia juga kehilangan segalanya. Sejak ayahnya meninggal,dia melakukan semua hal. Dia bertindak lebih dewasa. Dia pergi bekerja dan belajar,aku tidak tahu bagaimana bisa dia melakukan semua itu. Aku juga tidak pernah melihat dia tersenyum sejak saat itu. Pertama kali aku melihat dia tersenyum adalah saat dia denganmu. Rasanya ingin sekali aku merayakan hal itu. Dia benar-benar jatuh cinta kepadamu,aku juga" Aku tertarik dengan kata-kata terakir. Apa yang dia katakan?
" I also fall in love with you? Whatever you have, you make other people comfortable near you and happy with you. But maybe my love isn't as big as Won, he even does everything for you. For the first time, I heard him warn me not to steal you. For the first time I saw him come to the artist's room and ask Lee Jong Suk to keep waiting as well for the first time I saw him eating home cooking, your cuisine. I came here because I miss you and also because I want to express my love for you. But.... Aku juga jatuh cinta padamu? Entah apa yang kamu miliki,kamu membuat orang lain nyaman di dekatmu dan bahagia bersamamu. Tapi mungkin cintaku tidak sebesar Won,dia bahkan melakukan segala hal untukmu. Untuk pertama kalinya,aku mendengar dia memperingatkanku agar tidak mencurimu. Untuk pertama kalinya aku melihat dia datang ke ruang artis dan meminta Lee Jong Suk agar tetap menunggu juga untuk pertama kalinya aku melihat dia makan masakan rumah,Masakanmu. Aku kemari karena aku merindukanmu dan juga karena ingin menyatakan cintaku padamu. Tapi..." dia terdiam sesaat,aku masih terpatri padanya. Selama ini aku hanya menganggapnya sebagai teman. Teman yang bisa saling berbagi cerita,aku tidak tahu kalau dia meletakkan harapan lebih.
"Won, this is the first time I saw him fight someone. Previously he had never fought anything but business. Seeing that I feel guilty if I had to snatch him. If indeed you love him, keep him and do not ever make him sad. But if she left, you have to remember there is someone who can accept arrival whenever you wish. If you're tired and plentiful, come to me. I will delete everything Won,ini pertama kalinya aku melihat dia memperjuangkan seseorang. Sebelumnya dia tidak pernah memperjuangkan apapun kecuali urusan bisnis. Melihat itu aku merasa berdosa jika aku harus merebutmu darinya. Jika memang kau mencintainya,jagalah dia dan jangan pernah membuat dia bersedih. Tapi jika dia meninggalkanmu,harus kau ingat ada seseorang yang bisa menerima kedatanganmu kapanpun kau ingin. Jika kau sudah lelah dan jerah,datanglah padaku. Aku akan menghapus semuanya" Entahlah,aku tidakbisa berkata apapun. Aku tidak tahu harus bagaimana juga menghadapi ini. Hal yang bisa aku lakukan hanyalah,diam membisu dan berharap semua itu hanya suara angin. Aku juga tidak bergerak satu incipun. Anggap saja aku balok kayu yang terdampar diatas tanah. Bernafaspun aku sangat berhati-hati,aku benar-benar tidak menyangka akan begini jadinya. Kejujuran dan kenyataan yang membuatku serba salah. Haruskah aku pura-pura tidak tahu dengan semua ini?
-----o0o-----
Won bertengger di depan pintu gerbang kampus tempatku bekerja lengkap dengan senyumnya. Lupakan apa yang dia mau,dia selalu penuh dengan pertanyaan. Kali ini juga dia pasti bertingkah yang penuh tanda tanya. Dia memintaku untuk makmum mengikutinya. Aku hanya diam dan diam. Perlu kalian tahu,terkadang diam itu emas dan lebih baik. Dia berhenti di sebuah tempat parkir dan inilah bukti bahwa dia memang penuh tanda tanya.
"Besok acara pernikahan Laili kan? Aku akan hadir bersamamu. Sekarang kita pilih baju yang tepat untukmu" Dia memang tahu benar aku tidak pernah bisa memilih pakaian yang tepat untuk menghadiri acara atau bisa dibilang selalu salah kostum. Biarkan dia beraksi,aku hanya akan melihat saja. Lagipula aku tidak melihat Laili mengundang bocah ini,kenapa dia antusias sekali? Jangan bilang hanya karena Ardan. Aku juga meminta Won memilih pakaian yang sama untuk Joon Seong dan Safaraz,ini menghindari rasa enak pada Joon Seong. Aku merasa tidak enak membuatnya mengungkap kejujuran yang tidak bisa ku respon dengan apapun. Karena kami mengenal dan menjalani hari dengan baik-baik saja,maka semua juga harus baik-baik saja saat kejujuran terungkap. Sebelumnya aku tidak pernah berfikir akan ada yang tertarik kepadaku. Pertama kalinya aku berharap Ardan untukku dan ternyata dia menyukai serta menikah dengan sahabatku,itu adalah hal paling menakutkanyang harus aku hadapi. Dan sekarang,dengan memaksakan keadaan hati aku harus menghadiri semua rincihan acara pernikahan mereka. Melihat senyum keduanya,aku merasa angin sedang mendendangkan sebuah lagu.
"Ku kan mencoba untuk melupakanmu,walau ku tahu sungguh aku tak mampu. Demi tak merebut kebahagiaannya,ku relakan segalanya..~~~"
Tidak sedetikpun Won jauh dari sisiku. Begitupun dengan Safaraz,dia juga tidak bosan mengambil gambar. Entah apa yang sedang dia abadikan? Laili dan Ardan sibuk menebar senyum dan menyambut hangat para tamu di mimbar pelaminan mereka. Jang Joong Seong,dia duduk manis diantara para tamu. Aku masih sangat kikuk untuk berhadapan dengannya,takut salah kata ataupun salah sikap yang bisa membuat dia tersakiti. Tapi saat senyumnya terciprat aku hanya bisa pasrah menyuguhkan balasan senyum.
"Temui dia,dekati dia.. jangan membuat jarak,tapi ingat satu hal. ??????dangsin-eun nae kkeoya.MINE,???ihaehal MENGERTI ?" kenapa kata-kata terakir penuh dengan penekanan. Aku bahkan belum membalas ungkapan cintanya,tapi dia sudah merasa memilikiku. Lupakan saja ungkapan dan lain sebagainya,yang jelas dia selalu sopan dan bersikap santun terhadapku. Itu sudah cukup,karena laki-laki yang baik adalah laki-laki yang bisa menghargai wanitanya.
----- o0o -----
Kami juga mengantarkan mahluk ini untuk kembali ke dunia pesantren agar dia menyelesaikan semua tugasnya sebagai murid. Aku yakin Won bisa menyelesaikan segalanya dalam waktu singkat,dia cukup berbakat untuk dunia ini. Kenyataan bahwa dia muslim dan dia belajar agama dengan sangat serius,membuatku cukup tenang dan bangga. Aku tidak tahu kenapa,tapi aku cukup senang dia seiman denganku. Yang jelas,entah sejak kapan aku merasa bahagia bisa mengenalnya.