Read More >>"> Garden (Laili yang aneh) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Garden
MENU
About Us  

Laili yang Aneh

 

Aku terbangun tepat di waktu pertigaan malam. Segera beranjak ke kamar mandi meski masih mengucek kedua bola mata yang masih terasa berat untuk diajak beraktifitas. Air terasa sangat dingin menyengat,aku terjingkat dari rasa kantuk yang melekat ini. Menahan dingin yang berlebihan,aku tetap meraih pasta dan sikat gigi. Usai membersihkan mulut aku segera membasuh diri dengan air wudhu.

Aku seorang gadis dua puluh empat tahun, yang merantau ke kota tetangga. Kota yang dikenal orang sebagai kota yang dingin. Sehari-hari aku menjalani rutinitas sebagai seorang pelajar. Aku mempelajari bahasa inggris dengan seksama setiap detiknya. Entah apa yang mempengaruhi otakku dulu sehingga aku memilih untuk berkecimpung dalam dunia bahasa Inggris. Aku tidak ada niatan untuk tinggal atau hidup di Inggris. Tapi menurutku bahasa Inggris ini bahasa yang cukup luas sehingga bisa digunakan dimana saja,di Negara apa saja. Tapi aku juga tidak ada rencana untuk keliling dunia dan mengunjungi semua Negara dibelahan dunia ini. Terkadang aku menyesal,kenapa harus memilih bahasa yang menurutku sangat rumit walau dipelajari berhari-hari. Toh kalaupun aku berbicara bahasa Inggris dikampung juga jarang atau bahkan tidak ada yang mengerti apa yang sedang aku bicarakan. Tapi setiaap pikiranku berusaha menghakimi dengan segala penyesalan,kata-kata yang paling aku ingat adalah kata-kata yang pernah Ayahku ucapkan setiap kali aku pulang kampung.

“ kamu tidak akan tahu apa yang akan terjadi dimasa depan. Kamu juga tidak tahu takdir apa yang tertulis untuk hidupmu. Tidak ada yang perlu disesali dari segala pilihan yang pernah kamu buat. Syukuri dan jalani semua dengan ikhlas,semua akan membuahkan hasil yang baik dan tepat. Jadi orang itu yang pandai bersyukur,Allah saja tidak pernah lelah menjaga kita. Kenapa kamu takut kalau yang kamu lakukan sekarang tidak akan membuahkan hasil. Ingat,Allah akan selalu memberikan yang terbaik dan tepat untuk hamba-Nya disaat yang tepat pula”

Mendengar itu,aku tidak akan berkata apapun lagi dan hanya tunduk patuh. Ayah memang benar,selama kita pandai bersyukur dan ikhlas menjalani hari-hari kita. Semua akan terasa ringan dan menyenangkan hidup juga terasa lebih indah dan mengasikkan. Hidup ini harusnya easy going saja. Jangan terlalu kolot dan juga jangan terlalu sembrono. Karenanya kini aku bisa menerima dan mulai melakoni aktifitas seperti biasa. Belajar,berusaha dan berdo’a. Salah satu pesan ibu aku tidak boleh meninggalkan ibadah walau hanya sekejab dan karena itu adalah pesan ibu,maka aku sangat menghormati dan berusaha mematuhi. Ibuku adalah orang yang rajin sholat malam,aku ingin seperti ibu. Karena itulah setiap malam aku selalu terbangun di waktu pertigaan malam. Setelah menjalankan tahajud,aku beranjak menuju ruang tengah. Aku masih bisa mendengar suara percakapan dengan bahasa asing. Bukan bahasa inggris,Madura,sunda ataupun jawa. Suara ini adalah bahasa “KOREA”. Akir-akir ini memang sedang melangit film dan drama-drama korea. Tidak dipungkiri aku juga tertarik dengan music dan alur drama korea. Bagiku semua yang mereka suguhkan selalu memberi angin segar untukku dan juga untuk dia. Gadis yang tertidur pulas diatas sofa,dengan gundukan tisu dan kulit kacang dimeja. Aku juga melihat beberapa kertas dan buku menu tercecer dimeja. Dia pasti mengerjakan tugas kelasnya sepanjang malam.

Namanya “Laili Nur Fitriana” mahasiswa Universitas Negeri Malang di kelas Tataboga. Sehari-hari dia hanya mempelajari menu dan menu,resep dan selalu resep. Kami tinggal berdua di sebuah rumah kontrak sederhana,yang pasti rumah kontrak kami memiliki kamar tidur,dapur,kamar mandi,ruang tengah dan ruang tamu. Kami meletakkan televise di ruang tengah,beberapa waktu yang lalu Laili membeli DVD Player dan melengkapinya dengan kaset-kaset film yang dia mau. Tentu saja semua berbau “KOREA”. Kalau dilihat-lihat dia pasti punya rencana untuk berkunjung dan mungkin dia ingin hidup di Negara gingseng itu. Karena hampir setiap hari dia mempelajari bahasa Negara itu. Terdengar dia juga sudah sangat mahir untuk mengucapkan kalimat yang cukup panjang.

“ hei,,Laili.. Laili,, kamu bilang hari ini kamu ada ujian praktek cepat bangun “ aku menepuk halus pipi mungil Laili yang masih saja pulas. Entah apa yang sedang dia mimpikan,sehingga sulit sekali membangunkan dia dari tidurnya kali ini.

“ Laili.. cepat bangun,kamu bilang ada ujian praktek hari ini,, Laili !! LAILI !! “ aku masih belum menyerah untuk membuatnya terjaga. Kali ini mata beningnya itu sudah terbuka lembut. Laili dikenal dengan gadis bermata bayi. Matanya yang bening itu terlihat sangat memikat,tapi bukan berarti aku sedang terpikat padanya. Hanya saja dia selalu berhasil membuat lawan jenis tertarik dengan tatapan mata Laili yang bening seperti tanpa dosa itu.

“ kamu bilang ada ujian praktek hari ini,cepat bangun !! “

“ WOOOOAAAA kenapa kamu tidak membangunkan aku ? “ Laili terjingkat dari tidurnya,dalam waktu singkat dia sudah beralih posisi dan membenarkan rambutnya yang berantakan.

“ ini aku sudah membangunkanmu “

“ TELAAAATTTT SUDAH SIANG BOLONG BARU DIBANGUNKAN ! “

“ hah ?” aku terbengong mendengar ucapannya

“ aku tidak menyangka kamu sejahat ini,sudah tahu aku ada ujian pagi ini. Jam tujuh aku harus sudah berada di dapur kampus dan memulai ujian kenapa baru membangunkan aku jam segini,ooohh jam berapa ini ?? “ dia mengomel sepanjang perjalanannya menuju kamar mandi. Sementara aku masih terbengong tidak mengerti. Dia memulai ujian pukul tujuh waktu setempat dan perjalanan dari rumah ke kampus hanya sepuluh menit. Lalu bagaimana ini bisa dibilang siang bolong? bahkan Adhzan subuh saja belum dikumandangkan. Aku rasa dia mimpi aneh,sehingga saat terbangun saja dia juga berubah menjadi orang aneh. Aku sudah cukup merasa dia menjadi orang aneh dengan bahasanya yang dicampur-campur seperti nasi campur. Terkadang dia berbicara bahasa Indonesia di campur korea,kadang juga bicara bahasa indo-jawa dan mungkin dia juga berusaha mencampur dengan yang lain.  Dan entahlah,aku bisa gila kalau harus memikirkan dia lebih dalam lagi. Tanpa menunggu komando dari siapapun aku mulai membersihkan ceceran kulit kacang dan merapikan semua berkas tugasnya yang berantakan di meja.

Tidak berselang lama, Adhzan subuh telah mampu kudengar. Suara pengumandangnya sangat kental dan lembut. Merdu mendayu merayu,aku selalu suka suara ini. Kebiasaan setiap pagi adalah Sholat subuh berjama’ah di masjid dekat rumah. Moment pagi seperti ini juga selalu aku manfaatkan untuk menghirup udara yang masih bersih dan segar. Aku bergegas menyiapkan diri,mengenakan bagian atas mukenah dan kusampirkan sajadah biru tua di lengan kiriku. Tangan kananku baru saja membuka gagang pintu kamar,tapi Laili penampilannya yang tidak kalah astral keluar dari kamar. Handuk pink yang masih tersampir di kepala dan dengan gayanya yang aneh dia bertanya,

“Lai… Adhzan ?? “

“ iya Adhzan subuh “ matanya melirik kearah jam dinding yang sengaja kami pasang di dinding ruang tengah rumah kami.

“ jam empat pagi ? “

“ kalau sore,pasti Adhzan Ashar “

“ Alhamdulillah,aku kira aku kesiangan “ aku hanya mengendus kesal. Anak ini semakin hari semakin aneh dan semakin entahlah whatever. Aku hanya melanjutkan langkahku tanpa menghiraukan kalimatnya yang mungkin akan jadi lebih aneh.

“ LAI TUNGGU ! “ ya,,, seperti biasa suaranya yang jauh lebih keras dari suara singa mengaung itu selalu meramaikan sudut ruangan ini. Agar dia menghemat suaranya aku akan menunggu dia bersiap dan berjalan menuju masjid bersama.

Mungkin kalian heran kenapa Laili memanggilku “ LAI “. Ya…. orang di kota ini mengenalku dengan nama “Lai”. Namaku “Lailatul Qodartiani” kalau dikampung kelahiran,orang tuaku dan semua orang disana akan memanggilku “Laila” atau “Tiani”. Karena namaku dan nama Laili hampir sama,itu sebabnya semua orang memanggilku “Lai”. Awalnya aku merasa aneh dengan nama itu,tapi lambat laun aku sudah sangat terbiasa dengan sebutan itu.

Sekilas info,aku mengenal Laili sejak duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Dia ramah dan selalu ceria,berbeda denganku yang waktu itu sangat sulit untuk bergaul. Laili memilii jiwa yang sangat baik,selalu ada untukku. Kemanapun kami akan bersama. Bahkan saat pulang saja,Laili akan memastikan aku sudah dijemput setelah itu dia akan pulang. Dia gadis yang baik,kepribadiannya juga sangat menarik. Dia kreatif dan sangat inovatif. Bisa dengan mudah membaur dengan keadaan. Atau kalau boleh disebut dengan kata lain,dia mudah untuk beradaptasi. Aku sangat bersyukur bisa mengenalnya,dia tipikal orang yang tulus. Kebanyakan jaman sekarang,orang selalu jadi kanibal. Tapi Laili selalu setia menjadi sahabat terbaik. Dia selalu memberi asupan semangat untukku saat aku lemah. Dia juga selalu menegurku saat dirasa aku kurang tepat. Kami selalu mengisi satu sama lain. Kecuali untuk urusan percintaan,kami berdua sangat tertutup untuk urusan yang satu ini.

Usai melaksanakan dua rakaat kami segera kembali ke rumah. Seperti biasa setiap pagi Laili akan membuat sarapan dengan menu andalan. Ada sayur yang setiap hari akan ganti,tetapi lauk akan selalu diposisi sempurna dengan nama “TAHU TEMPE”. Alasan juga akan sama

“ hemat yaa beibh,biar bisa cepet liburan ke korea “

Aku sudah hafal betul apa yang akan dia ucapkan. Pertanyaanku apa dia tidak bosan dengan makanan itu ?. Bukan berarti kami tidak bisa membeli bahan makanan yang lain atau karena tidak bisa memasak yang lain. Bahkan aku bisa memasak aneka masakan rumahan. Tapi kalau dapur sudah dikuasai Laili semua akan jadi Tahu dan tempe. Pernah sekali aku membeli daging ayam dan seperempat kilogram udang. Tapi ujung-ujungnya tahu tempelah yang mendarat di meja makan. Lantaran Laili mendadak ada ujian praktik di kelasnya. Setelah itu dia akan bilang

“jangan belanja bahan makanan,aku saja yang pergi kepasar” Nuansa hatiku akan berubah seketika. Dia hanya masak menu yang lumayan lezat hanya ketika dia uji coba menjelang ujian praktek di kampus. Selain itu,dia hanya akan menyuguhkan makanan T2 ( Tahu Tempe) tadi. Terkadang saat jemu sudah menyelimuti hatiku karena menu yang Laili buat hanya itu,aku akan bergegas kedapur untuk membuat menu lain. Dan walaupun dia juga melahap habis makanan yang aku masak,dia akan protes dengan alibi harus HEMAT. Laili memang cerewet. Tapi beginilah Laili, gadis dengan pesona matanya yang sangat indah.  Sehari tanpanya menjadi beda,karena cuitannya itu cukup menghibur dalam nuansa apapun.

----- o0o -----

Suasana kampus cukup sepi untuk jam segini. Aku hanya bersantai sejenak diperpustakaan sembari menunggu Laili. Karena tidak mungkin aku bisa masuk rumah,aku meninggalkan kunci rumah dimeja belajar kamarku.

Ujian bahasa inggris dadakan,tadi malam aku tidak belajar. Tolong jawab tiga pertanyaan terakir ini (bla bla bla bla *soal pilihan ganda)

From :Lai “KW”

Sedikit menghela nafas aku membaca isi pesan singkat Laili. Tidak heran aku dengan semua ini,bahkan saat belajar saja dia masih menyisakan soal ujian untuk bertanya padaku. Dua soal sudah aku kirimkan jawabannya,soal dengan pilihan ganda seperti ini harusnya dia bisa pilih acak saja. Tinggal soal terakir yang tidak bisa aku kirimkan jawabannya,karena tiba-tiba.

“Ahh pulsa habis “ segera aku mengambil langkah menuju kelas Laili,karena jika tidak dia tidak akan pernah keluar dari kelasnya sebelum mendapatkan jawaban. Setibaknya didepan kelas,aku hanya celingukan mencari letak dosen penjaga. Karena aku tidak melihat kehadiran dosen penjaga itu,aku berusaha memanggil Laili yang sok serius membaca soal itu dengan lambaian tangan. Tapi saat aku mengangkat tangan kananku,tanpa sengaja aku menjatuhkan telephone cellulerku.

“PYAAAAKKKK “ suara gaduhnya memecah kebisuan ruang kelas ini. Kali ini sudah pasti semua mata akan memandangku. Ini cukup untuk membuatku tegang sesaat. Lebih tegang lagi saat aku hendak meraih celluler itu namun ada tangan lain yang meraihnya. Mata dan jantungku kompak terjingkat saat menyadari dosen penjaga berada didepan ku.

“LAI” suara itu keluar begitu saja menyapaku. Jantungku cukup berdebar saat ini. Bukan karena jatuh hati,namun karena hawatir dengan apa yang akan beliau tanyakan dan apa yang harus aku jawab.

“Laili… kau membuatku diposisi yang menegangkan” kecamku dalam hati. Aku membuat senyum yang dipaksakan. Masih dengan ketegangan menghadapi sorot mata dosen penjaga ini aku mencoba melenturkan suasana.

“ D..” ups aku salah mengucapkannya, “D” adalah jawaban dari soal yang Laili tanyakan tadi. Aku segera memperbaiki nafasku yang turut berantakan.

“Daddy.. Daddy saya ingin menelephone Daddy saya,tapi handphone saya tidak sengaja terjatuh. Saya minta maaf “ penjelasan panjang aku ucapkan sedikit terbata-bata karena sangat gugub dan terkejut dengan kehadiran dosen yang satu ini. Dan aku harap Laili sedikit lebih mengerti. Aku sudah memberinya jawaban dengan perbincangan yang singkat ini.

Sudah setengah jam aku menunggu Laili di depan kelasnya,tapi dia masih saja bergelut dengan kertas-kertas itu.Tidak mungkin dia belum menyelesaikan soal-soal itu,karena dia bilang tiga soal yang dia kirimkan adalah soal terakir. Laili selalu serius dalam menyelesaikan ujian,dia ingin mendapat nilai terbaik dan yang paling utama adalah dia ingin mendapat beasiswa keluar negeri. Tentu tujuan utamanya adalah Negara gingseng. Ya,,aku berharap Laili berhasil meraih impiannya itu. Di dunia ini,manusia hanya bisa bermimpi,berusaha dan berdo’a. Laili selalu menunjukkan keseriusannya dalam meraih mimpi. Wajahnya terlihat seperti orang dewasa saat menghadapi soal ujian dan akan keluar dari ruangan dengan senyum mengembang saat dia merasa berhasil dalam menyelesaikan soal-soal itu. Kami segera beranjak dari gedung ini. Setelah stress dengan soal ujiannya,Laili akan merengek untuk membeli kaset film korea. Itu yang biasa terjadi dan itu juga yang sedang terjadi saat ini. Di bawah udara dingin dan sinar mentari yang mulai melambaikan tangannya,Laili merengek memintaku menemaninya untuk membeli kaset film. Aku suka sekali dengan wajah manjanya,dia sangat lucu dan menggemaskan. Aku hanya bisa memberinya sebilah senyum dan mematuhi apa yang bayi kecil ini mau. Setelah semua keinginannya terkabul,kami segera menuju tempat tinggal kami. Dan sesuatu membuat kami tercengang saat menyadari,Laili kehilangan kunci rumah. Yaa ALLAH,aku sudah sangat lelah seharian ini. Aku dan Laili berusaha membuka jendela semampu kami,tapi tetap saja belum bisa. Sejenak kami berdua bagai orang terlantar di depan rumah sendiri. Kami terduduk lemas dengan meluruskan kedua kaki.

“Lai,, seandainya aku bisa ke korea,aku ingin memberikan baju batik ini kepada Lee Jong Suk. Aku ingin memperkenalkan Indonesia padanya “

“ apa dalam otakmu hanya ada korea ?”

“ tidak tahu kenapa,aku sangat ingin pergi kesana. Akan lebih indah kalau kita pergi berdua? Aku kurang mahir berbahasa Inggris “ aku hanya terdiam membisu mendengar ungkapan Laili.

-----ooo-----

Aku terjaga lebih awal dari biasanya. Tanpa berfikir lagi aku segera mengemas beberapa pakaian dan bersiap untuk menuju halte. Aku ingin pulang kampung pagi ini juga. Menyisir kota Malang yang terasa sangat dingin menyengat. Seolah membekukan jalur fikiranku yang mulai terasa berat untuk memecah masalah. Tidak biasanya aku merasa sangat resah,merasa sangat kesulitan untuk menyelesaikan masalah. Apa yang aku rasakan saat ini,lebih berat dari ribuan soal ujian yang pernah aku kerjakan. Harapan dan keinginan Laili masih sangat jelas terngiang di telingaku. Dia sangat memimpikan Korea,tapi jelas terdengar dia juga ingin aku ikut serta bersamanya. Sedangkan aku? Aku merasa seperti seorang penghianat jika aku memilih.

Tepat saat jam kelasku berakir kemarin siang,rector memanggilku dan menjelaskan kebijakan universitas kepadaku. Mereka sepakat untuk mengirimku keluar negeri dan menyelesaikan sisa semesterku disana. Semua biaya hidupku sudah ditanggung. Aku hanya perlu untuk belajar lebih giat,untuk mendapat hasil terbaik. Setiap hari aku hanya disibukkan oleh kegiatan belajar dan belajar. Tidak diijinkan untuk memikirkan hal lain,apalagi urusan biaya hidup. Jika aku seorang diri,untuk ukuran orang dengan biaya hidup yang sedang-sedang saja. Aku pasti akan memilih untuk pergi. Tapi aku kembali pada Laili,bagaimana jika dia tahu aku akan dikirim ke negara lain seorang diri?sedangkan negara itu adalah negara yang sangat ingin dia datangi. Negeri gingseng. Aku benar-benar tidak bisa berfikir jernih,untuk bahagia atau bersedih. Aku tidak pernah membayangkan untuk kuliah di luar negeri,orang tuaku hanya seorang petani. Mereka selalu bekerja keras untuk biaya pendidikanku,mereka akan bahagia jika tahu anaknya mendapat beasiswa keluar negeri. Tapi ada yang salah dengan perasaanku,aku sangat bimbang dan kalut.

Suara hiruk pikuknya arus lalu lintas seakan menjadi melodi lagu indah menemani perjalananku menuju kota kecil tempat aku dilahirkan. Seindah apapun melodi yang disuguhkan lalu lalangnya kendaraan ini,masih saja belum bisa menghapus kegundahan hatiku.

“ Assalamualaikum.. “ aku menyapa seseorang di ujung telephone setelah kurasa bongkahan hitam dengan layar lima inch ini bergetar.

“Lai,kamu sudah di Lamongan?” suara Laili terdengar sangat ceria,apa dia sangat senang saat aku pulang kampung sehingga terdengar dia seceria ini?

“ya,tapi baru di terminal. Ayah belum menjemput “ seperti biasa aku tidak bisa berekspresi saat aku sedang dilembah kegundahan seperti ini.

“ kamu dapat beasiswa ke korea? karena itu kamu pulang?” aku terperangah mendengar pertanyaan ini. Aku sudah menutupi berita ini dari Laili. Aku bahkan belum menjawab untuk menerima beasiswa itu,bagaimana mungkin Laili mengetahuinya secepat ini?. Hatinya akan sangat teriris jika mengetahui ini bukan?apalagi dia mendengar dari bibir lain. Bukan karena pengakuanku sendiri.

Maafkan aku Laili,aku sungguh minta maaf padamu

“ Lai,, dengan prestasimu yang selalu membanggakan,kami memberimu kesempatan untuk merasakan udara luar negeri. Kami sudah sepakat dengan salah satu Universitas di Korea Selatan untuk memberikanmu beasiswa dan menyelesaikan sisa semestermu disana. Semua biaya hidupmu akan dicukupi,termasuk tempat tinggal. Setelah lulus nanti kamu bisa kembali ke Indonesia atau mencari beasiswa dan melanjutkan kembali kuliahmu disana “ kata-kata yang terlontar itu tidak bisa aku lupakan meski hanya sejenak. Sebagai manusia normal aku pasti sangat senang menerima kabar ini,begitupun dengan orang tuaku. Mereka akan bangga dan bahagia jika aku bisa melanjutkan kuliah di luar negeri. Tapi aku harus memikirkan perasaan orang yang juga selalu memikirkan perasaanku. Dialah yang selama ini memberiku semangat dan selalu menerima semua kurang dan burukku. Dia juga yang memberiku inspirasi untuk lebih baik kedepan hari. Dia membuatku bersemangat memperbaiki diri.

            Sesampainya di rumah aku hanya terdiam mematung tanpa sepatah katapun. Aku tidak tahu harus berkata apa dan dimulai darimana?. Sangat berat untuk meninggalkan keluargaku dengan rentang waktu yang lama. Korea bukan Malang-Lamongan yang bisa aku tempuh dengan perjalanan beberapa jam saja. Aku harus menyeberangi lautan atau mendaki awan untuk bisa menginjakkan kakiku di dua nama negara yang sudah jelas berbeda ini. Entah bagaimana perasaan yang akan timbul nantinya aku juga masih belum bisa menjelaskan. Awal kepergianku ke Malang saja aku sudah merasa sangat bosan dan tidak betah tinggal disana,menjalani hari-hari disana dan hampir saja aku memilih meninggalkan kuliahku dan memilih salah satu Universitas didaerah yang dekat dengan tempat tinggal saja. Bagaimana saat nanti aku harus menjalani hari-hari seorang diri di korea. Di negara yang belum pernah aku cium udaranya. Aku bahkan tidak tahu harus bagaimana hidup disana?. Aku hanya sering melihat atau mendengar  style juga bahasa mereka lewat drama yang sering Laili tonton juga lagu-lagu yang setiap pagi akan mengawali hari kami. Karena memang setelah menunaikan sholat subuh dan membaca beberapa ayat suci Al-Qur’an, Kami akan membiarkan lagu-lagu korea,seperti yang sudah aku ceritakan diawal. Suara lagu-lagu dari negara gingseng itu cukup memberiku asupan nutrisi.

“apa kamu sudah gila? Kenapa kamu tidak segera membuat keputusan? Kamu tetap harus pergi,apa yang membuatmu berfikir untuk menolak beasiswa itu? Lai,aku sangat kecewa padamu. Kecewa karena kamu hampir mensia-siakan kesempatan yang akan jarang dimiliki orang lain. Kenapa kamu ragu-ragu untuk pergi? Apa karena aku? “

“iya,aku tidak enak hati meninggalkanmu. Kamu yang sangat ingin pergi ke korea,kamu ingin merasakan hidup disana. Kamu juga menolak saat ayahmu memberimu kesempatan untuk pergi,kamu juga berfikir tentang aku bukan ? “

“gadis bodoh,aku tidak pergi karena aku belum bisa menguasai bahasa korea atau bahasa inggris dengan baik. Lalu bagaimana aku akan berkomunikasi dengan mereka? Apa aku harus pura-pura bisu? Posisi kita jauh berbeda. Jangan fikirkan aku,pikirkan kedua orang tuamu. Aku bukan pacarmu yang harus selalu kau jaga perasaannya dan juga harus menerima segala pengorbanan darimu. Sekarang katakan pada kedua orang tuamu bahwa kamu menerima beasiswa itu. Dan lihat bagaimana wajah mereka,jika mereka bahagia maka pergilah. Tapi jika mereka tidak merasa bahagia,maka tinggallah disini dan jangan terima beasiswa itu. Berjanjilah padaku kamu akan menerimanya,aku merasa sangat bangga padamu. Kamu sahabat yang sangat baik Lai,jangan sia-siakan kesempatan ini. Aku mohon padamu”itu yang Laili katakana padaku diujung telepon. Aku sunguh merasa bersalah padanya,tulus dalam hati aku memohon maaf padanya.

----- o0o -----

Aku menikmati raut wajah kedua orang tuaku. Memperhatikan wajah ayah yang sudah memasuki usia berkepala lima dan juga wajah ibuku yang selalu letih. Aku belum sanggup membuat keputusan. Tapi bagaimanapun aku akan memberanikan diri untuk mengatakan segalanya kepada kedua orang tuaku. Akan aku penuhi janjiku pada Laili. Segenap hati kumantapkan untuk menghampiri keduanya. Aku berrjalan perlahan menyusuri lantai persegi berwarna putih aku menata hati agar tertata rapi. Suara canda tawa paman dan juga bibi masih terdengar diruang tamu. Kebiasaan paman memang seperti ini,setiap kali mendengar berita kedatanganku mereka akan datang untuk berkunjung. Kasih sayang paman dan bibi cukup besar kepadaku,bahkan hampir sama seperti kasih sayang kedua orang tuaku. Di ujung ruangan aku melihat Safaraz anak semata wayang paman itu sedang asik menatap layar televise. Ya.. keponakan kecilku yang sekarang beranjak dewasa itu memiliki raut wajah yang cukup mengesankan. Matanya yang hampir sama seperti mata Leonardo decaprio,rambut hitam dan selalu rapi gaya seperti anak muda pada umumnya. Tahun ini usianya memasuki tahun ke delapan belas,pantas saja tubuhnya terlihat lebih berisi. Dia sangat hobi olahraga. Sementara masih dari balik tirai,aku menata hati sembarari berjalan mengendap dan menata hati,perlahan aku duduk dikursi tamu bergabung dengan mereka meski masih menahan ketegangan hati. Sebentar aku menata posisi dudukku dan mulai melontarkan kata.

“ayah,ibu… aku mendapatkan beasiswa ke Korea dan harus tinggal di sana selama satu tahun” suaraku terdengar ketakutan dan ragu. Terlebih setelah semua orang terdiam dan menatapku. Termasuk mata Safaraz yang tidak pernah beralih dari layar televise itu kini menatap mataku tajam. Belum sepatah katapun keluar dari mereka,aku segera melengkapi pemberitahuanku.

“jika diijinkan aku akan menyetujui beasiswa itu dan akan berangkat ke Korea tiga hari lagi” semua masih terdiam dan menatapku aneh,aku hanya bisa menundukkan kepala dan menyembunyikan wajahku kali ini.

“ kamu serius nduk?” ibu membuka pertanyaan

“iya bu,karena itu aku pulang hari ini” entah angin dari mana,tiba-tiba paman menyibak bibi yang duduk tepat disampingnya dan meraihku. Paman memelukku erat sembari mengecup kepalaku yang tertutup jilbab ini. Aku tahu dari dulu paman tidak bisa menguasai emosinya,aku juga tidak bisa menolak karena dia pamanku sendiri.

“paman sangat bangga padamu,kakak.. kamu punya anak yang sangat hebat kak,setujui saja Laila pergi. Dia memang pantas mendapatkan itu,dia selalu berprestasi dan saat ini dia juga sangat membanggakan” paman tidak henti-henti memuji dan tidak juga melepas pelukannya. Sementara ayahku datang perlahan menyentuh wajahku dan mengecup keningku ada airmata yang tertahan di kedua bola mata hitam itu. Ibu juga segera memberi pelukan paling hangat dan menepuk-nepuk pundakku perlahan.

“ibu,apa kalian mengijinkan aku untuk pergi?” masih di pelukan ibu aku berkata,beliau terdiam sesaat.

“ sangat berat mengijinkanmu sejauh ini,tapi bagaimana tidak aku ijinkan. Ini resiko menjadi ibu dari orang yang hebat,anakku orang yang hebat” aku terharu melepas airmataku mendengar ucapan ibu. Kami tenggelam dalam emosi diri. Sesaat kemudian aku melihat pemilik mata Leonardo decaprio datang menghampiriku yang masih dalam pelukan ibu.

“ hei Safaraz,jangan berani-berani menyentuhku. Kamu sudah delapan belas tahun,tidak boleh menyentuhku “ ibu melepas tubuhku yang masih menghardik pria remaja di belakangnya. Tapi bagaimanapun aku menghardiknya,Safaraz masih saja mendaratkan pelukan ditubuhku.

“hei,kau sudah delapan belas tahun. Sudah memiliki nafsu,jangan menyentuhku ! “

“aku tidak memiliki nafsu untukmu,aku hanya bangga memilikimu. Sesaat saja aku hanya ingin memelukmu “

Kami semakin tenggelam dalam luapan emosi kebahagiaan. Dan seperti ini lah kami mengakiri malam yang dingin diiringi dengan suara-suara jangkrik sebagai melodi malam di kampung halaman.

-----0o0-----

Mereka sangat bahagia,aku akan pergi ke Korea tiga hari lagi. Malam ini aku akan kembali ke Malang.

To : Lai KW 05:00

Aku mengirim pesan singkat untuk Laili,dia pasti sudah menantikan kabar dariku. Hari ini dia tidak ada jadwal untuk pergi kekampus,mungkin akan sangat membosankan baginya melalui hari ini sendiri. Hingga setengah hari berlalu Laili masih saja belum membalas pesan singkatku. Aku memutuskan untuk lebih menghabiskan waktu bersama kedua orang tuaku. Membantu ibu memasak,menemani ayah menanam biji jagung serta menikmati acara televise bersama. Kedua orang tuaku juga mengajakku ke pasar kampung sekedar membeli beberapa baju hangat dan celana jeans. Mereka tidak ingin aku kedinginan disana,ibu tahu kalau Korea adalah negara yang sangat dingin. Ibu dan ayah juga memilih kaos kaki serta sarung tangan yang lucu untukku. Beberapa jilbab karena mereka ingin aku menggunakan jilbab baru di negara itu. Rona bahagia mereka tidak bisa di ucap dengan kata,atau di tulis dengan kalimat. Kami juga sempat berfoto bersama didepan rumah tepat di belakang koleksi bunga faforitku. Dari semua yang ibu persiapkan,aku lebih terkejut lagi dengan apa yang Safaraz berikan.

“Safaraz menjual motornya untuk membeli ini” paman menjelaskan pertanyaan yang belum sempat aku lontarkan. Safaraz memberiku laptop dengan kualitas yang tidak bisa diduga. Aku lebih melongo lagi dengan penjelasan yang baru saja paman lontarkan. Dia melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan.

budhe dan pakde akan sangat merindukanmu,ini kali pertamanya kamu pergi jauh. Karena itu aku membeli ini agar kita bisa tetap menatap wajahmu dengan jelas melalui video call. Jangan hawatirkan tentang motorku,aku masih bisa pergi sekolah menggunakan angkutan umum “ aku tidak pernah menyangka dia akan berfikir sejauh ini. Safaraz memang selalu berfikir lebih dewasa dariku,dia juga selalu memanjakanku. Aku seperti seorang adik baginya,aku rasa Safaraz dewasa sebelum waktunya. Tapi dengan cara berfikirnya hari ini aku cukup tercengang.

“kalau kau ingin memelukku karena hadiah ini,silahkan ! tubuhku mampu menampung tubuh kecilmu itu “ dia merentangkan kedua tangannya,aku hanya melempar tas hasil belanjaanku padanya. Dia tertawa lebar dan puas. Aku tidak pernah menyangka dia akan berbuat sejauh ini.

            Aku benar-benar bahagia hidup dalam keluarga seperti ini,memiliki ayah dan ibu yang sangat menyayangiku. Paman dan juga bibi yang sangat perhatian kepadaku. Juga memliki Safaraz,seorang adik keponakan yang lebih dewasa dan menjadi kakak bagiku.

            Setelah menyelesaikan hari ini dengan baik,aku kembali kekota dingin untuk menemui sahabatku dan juga menyelesaikan sedikit urusan di kampus. Semua anggota keluargaku mengantarku hingga kendaraan umum ini membawaku jauh dari mereka perlahan. Dalam hati tergenggam harapan untuk tidak mengecewakan mereka.

            Beberapa jam berada di angkutan umum,sudah saatnya aku turun dan kembali menghirup udara kota Malang. Aku sudah tidak sabar untuk melihat Laili,kemarin dia tidak membalas pesan terakirku. Dia juga tidak menjemputku sekarang. Sembari menunggu angkutan kota yang akan membawaku ke rumah kontrak tercinta,aku kembali mencoba menghubungi nomor Laili.

“Hallo“ suara seorang pria membuatku terperangah. Aku segera menggunakan jasa angkutan lain untuk menuju tempat dimana Laili berada. Pikiranku berkecamuk tidak keruan,yang ada dibenakku hanya Laili dan Laili serta rasa bersalahku padanya. Airmata juga menghiasi pipiku sepanjang langkah kakiku mencari dimana Laili.

 “Laili kecelakaan tadi sore,dia mengalami luka serius dan sekarang koma dirumah sakit kota,ruang nomor 519” itu penjelasan yang aku dapat setelah menghubungi nomor telephone Laili. Aku hanya bisa berlari terburu-buru agar segera dapat menemuinya. Aku merasa sangat berdosa karena meninggalkan dia sendirian di sini. Harusnya aku menjaga dan menemani Laili kemanapun dia pergi. Terlebih kedua orang tuanya sedang berada di Brunei. Mereka juga butuh waktu untuk menempuh perjalanan menuju kota Malang. Setelah pintu bergagang emas ini aku buka,aku menguasai diri perlahan. Melihat Laili terbujur seperti ini bukan kebiasaanku,dia akan tertidur pulas dalam kondisi berantakan dan tanpa alat apapun yang menempel ditubuhnya. Tapi sekarang,tubuhnya penuh dengan berbagai peralatan medis. Aku menggenggam erat jemarinya yang terasa dingin. Tetesan airmataku membasahi tangan berkulit putih ini,tapi dia masih tidak meresponku atau bahkan membuka matanya. Beberapa saat aku tidak bisa berfikir jernih dan hanya terbelenggu dalam keresahanku saja. Tanpa menyadari ada seseorang yang menyaksikan semua ini. Aku memalingkan mataku yang masih berair. Betapa terkejutnya aku saat menatap wajah itu,wajah yang aku kenal dengan jelas. Kepalanya terbalut perban,lehernya juga menggunakan penyanggah,ada selang infuse di lengan kirinya. Dia terduduk di kursi roda,dan menatapku dengan wajah pucat.

“Ardan “ aku mencoba untuk mengenalinya. Dia tersenyum tipis semampunya,kemudian kuarahkan pandanganku pada Laili.

Apa mungkin mereka mengalami kecelakaan yang sama?

“kamu,kenapa terluka seperti itu?”

“sama seperti Laili”

Bagaimana dia bisa mengenal Laili?

Aku menyudahi semua rasa penasaranku. Berfikir positif saja itu lebih baik. Laili dan Ardan akan mudah untuk saling mengenal,karena mereka berada di kampus yang sama serta mereka berkecimpung di organisasi yang sama pula. Aku juga tidak menanyakan kronologi kejadian kecelakaan itu,aku hanya berfikir tentang Laili saat ini. Sampai kapan dia akan terbaring seperti itu? Diam dan tidak bergerak sama sekali,sangat berbeda dari kebiasaan dia tidur yang banyak tingkah. Jika sudah seperti ini,bagaimana aku bisa pergi?.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tentang Penyihir dan Warna yang Terabaikan
7120      1994     7     
Fantasy
Once upon a time .... Seorang bayi terlahir bersama telur dan dekapan pelangi. Seorang wanita baik hati menjadi hancur akibat iri dan dengki. Sebuah cermin harus menyesal karena kejujurannya. Seekor naga membeci dirinya sebagai naga. Seorang nenek tua bergelambir mengajarkan sihir pada cucunya. Sepasang kakak beradik memakan penyihir buta di rumah kue. Dan ... seluruh warna sihir tidak men...
Melawan Tuhan
2434      917     2     
Inspirational
Tenang tidak senang Senang tidak tenang Tenang senang Jadi tegang Tegang, jadi perang Namaku Raja, tapi nasibku tak seperti Raja dalam nyata. Hanya bisa bermimpi dalam keramaian kota. Hingga diriku mengerti arti cinta. Cinta yang mengajarkanku untuk tetap bisa bertahan dalam kerasnya hidup. Tanpa sedikit pun menolak cahaya yang mulai redup. Cinta datang tanpa apa apa Bukan datang...
My Teaser Devil Prince
5565      1337     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
Dessert
889      455     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Premium
Akai Ito (Complete)
5548      1261     2     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
Black World
1440      666     3     
Horror
Tahukah kalian? Atau ... ingatkah kalian ... bahwa kalian tak pernah sendirian? *** "Jangan deketin anak itu ..., anaknya aneh." -guru sekolah "Idih, jangan temenan sama dia. Bocah gabut!" -temen sekolah "Cilor, Neng?" -tukang jual cilor depan sekolah "Sendirian aja, Neng?" -badboy kuliahan yang ...
Purple Ink My Story
5939      1300     1     
Mystery
Berawal dari kado misterius dan diary yang dia temukan, dia berkeinginan untuk mencari tahu siapa pemiliknya dan mengungkap misteri yang terurai dalam buku tersebut. Namun terjadi suatu kecelakaan yang membuat Lusy mengalami koma. Rohnya masih bisa berkeliaran dengan bebas, dia menginginkan hidup kembali dan tidak sengaja berjanji tidak akan bangun dari koma jika belum berhasil menemukan jawaban ...
Love and your lies
4651      1146     0     
Romance
You are the best liar.. Xaveri adalah seorang kakak terbaik bagi merryna. Sedangkan merryna hanya seorang gadis polos. Dia tidak memahami dirinya sendiri dan mencoba mengencani ardion, pemain basket yang mempunyai sisi gelap. Sampai pada suatu hari sebuah rahasia terbesar terbongkar
Premium
The Secret Of Bond (Complete)
5501      1236     1     
Romance
Hati kami saling terikat satu sama lain meskipun tak pernah saling mengucap cinta Kami juga tak pernah berharap bahwa hubungan ini akan berhasil Kami tak ingin menyakiti siapapun Entah itu keluarga kami ataukah orang-orang lain yang menyayangi kami Bagi kami sudah cukup untuk dapat melihat satu sama lain Sudah cukup untuk bisa saling berbagi kesedihan dan kebahagiaan Dan sudah cukup pul...
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
7103      1817     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...