Hari ini hari baru di tingkatan yang baru. Aku menduduki kelas 9 atau kelas 3 SMP. Kelas 9 waktunya serius belajar untuk mempersiapkan ke jenjang sekolah menengah atas atau menengah kejuruan. Saking seriusnya, selama liburan ada beberapa temanku yang mengajak bahkan memaksa untuk mengikuti bimbingan belajar di berbagai tempat bimbingan belajar yang ada di Kota Bandung. Katanya agar biaya pembayarannya lebih murah.
Setelah melaksanakan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) selama 3 hari dan menduduki sebagai mentor kelas 7, akhirnya hari ini tiba. Hari ini adalah harinya para siswa beradaptasi dengan kelas baru dan teman yang baru. Banyak dari mereka yang rela datang pagi untuk mengetahui dikelas mana mereka berada dan langsung membooking tempat duduk sesuai posisi yang mereka inginkan.
"Assalamualaikum pa" aku memberi salam pada bapa
"Waalaikumsallam, pulangnya sendiri aja kan teh?"
"Iya pa"
"Yaudah, sok bisi terlambat" aku melambaikan tangan pada bapa dan mulai masuk gerbang.
Aku berjalan penuh semangat menuju mading untuk mencari namaku. Tapi ternyata hari ini mading penuh dan hal ini membuatku menyesal datang siang. Malas sekali rasanya harus berdesakan di depan mading.
"Kemala kemala kemala, nah. 9F. Oke" gumamku. Setelah mengetahui dimana aku berada, aku langsung menuju ruangan kelas 9F yang berada di antara kelas 9E dan 9G.
Aku masuk kelas dengan membawa diri, menyusuri kelas mencari-cari orang yang mungkin bisa aku ajak duduk bersama.
"Laaa" sapa Tina
"Eh tina" aku segera menuju bangku dimana Tina duduk, Tina adalah temanku di OSIS
"Aku udah tau kita sekelas, makannya aku kosongin sebelah aku. Soalnya liat temen-temen yang lain aku gaterlalu akrab"
"Hihi iya makasih tin"
"Sip, eh kita sekelas sama Afka juga"
"Ohiya?"
"Iya" tak lama dari itu Afka datang dari pintu dan langsung menghampiri kami
"Pagi laaa" Afka mengusap kepalaku
"Pagi ka" sambil menepis tangan Afka
"Pagi tin" Afka melambaikan tangannya pada Tina
"Pagi ka" Afka hanya menyapa kami. Setelah itu, ia langsung menuju ke tempat duduknya di belakang bersama teman sekelasnya dulu di kelas 8.
Sekarang aku berada di kelas 9F. Kelas baru, beberapa teman baru, tanpa Ica. Sebenarnya jika bisa memilih, aku ingin meminta agar bisa satu kelas bersama Ica. Tapi tidak, aku juga harus bersosialisasi. Tapi aku satu kelas bersama Afka sekarang, Afka yang.... Ah sudahlah, semoga setahun kedepan bisa menjadi waktu yang berkesan. Dannnn,,, untungnya aku tidak satu kelas bersama Irham.:)
---
12.30 WIB
"Kepada seluruh anggota osis harap kumpul di kelas 9A. Sekali lagi ... " suara Caca yang merdu menggema disekitar sekolah
"Hayu kumpul" Afka menarik lengan bajuku yang langsung kutepis tangannya "Iya tau, jangan narik juga ka. Hayu tin"
"Heem" kami bertiga berjalan bersama, menyusuri lorong di pinggir lapangan. Dari bawah sini, aku melihat pemandandan yang kurindukan. Irham. Dia ada di atas sana sedang berbincang tanpa beban bersama beberapa temannya. Sedangkan aku, memperhatikan dia dari sini dengan penuh beban. Miris memang.
"Jangan ngelamun" Afka mengusap kepalaku
"Hemm" aku hanya menoleh padanya sebentar dan meneruskan memandang Irham
"Eh la muka kamu ko kaya bocah ya kalau diperhatiin" Afka menunduk dan memandangku serius
*plak* aku menyentil jidatnya
"Hahaha, gasakit laa, dasar bocah" Afka menarik rambutku
"Awww aww sakit ka sakit lepasin"
"Ihh afka lepasin kasian mala" Tina membela dan berusaha membantuku
"Diem tin, lucu liat mukanya kalau lagi gini"
"Aw sakit ka ishhh"
"Ka afkaaa" mendengar suara itu, Afka langsung melepaskan rambutku dan langsung menyapa balik Aila. Ya tadi itu suara Aila yang sedang mengarah ke arah kami.
"Aww sakit tin, Afka jahat" aku mengusap ngusap kepalaku dan membenarkan ikatan rambutku.
"Iyaaa laaa sabar ya, udah udah hayu kita langsung kumpul" Tina menuntunku dengan penuh perhatian
Aku dan Tina meneruskan jalan kami menuju kelas 9A yang berada di ujung lantai bawah meninggalkan Afka yang sedang berbincang dengan Aila.
"Icaaaa" aku langsung memeluknya erat. Detik ini adalah pertama kalinya aku bertemu Ica lagi.
"Malaaaa, eh la aku sekelas sama Irham" bisiknya
"Ohiya ca" jawabku singkat, padahal dalam hatiku rasanya ingin mengatakan ah ca jadi informan aku dong ya awasin irham ya. Tapi apadaya siapa aku yaa.
"Udah udah, hayu kumpul. Kita omongin buat perekrutan anggota osis baru" Rei membuka suara dan memimpin rapat osis kali ini
"Belum kumpul semua" ujar Caca
"Siapa yang gaada?" tanya Rei
"Emmm, Afka aja sih kayanya"
"Dia lagi pacaran sama Aila" jawabku ketus
"Apaan bohong dia, maaf maaf saya tadi dipanggil bu Intan" yang dibicarakan langsung menyahut protes dari luar pintu
"Yaudah yaudah, siap ya. Jadi gini ya, kata pa Yadi bulan September atau paling ngaret awal Oktober kita harus udah diganti sama OSIS baru" jelas Rei
"Ko cepet amat dah" protes Sandi
"Alhamdulillah, jadi gaharus kumpul sampe pulang sore lagi deh" ucap Ica
"Jangan ada yang bicara dulu" Rio memberi peringatan
"Uuuuu"
"Mohon perhatiannya" Rei mengetuk-ngetuk spidol ke meja
"Siap" sahut kami serentak
"Jadi kita harus udah bikin rencana sama bikin pengumuman gitu"
"Siap rei, tar aku yang bikin" ujar Tina
"Iya sip, emang itu tugas kamu. Terus nanti kita omongin lagi buat rencananya. Bakal kaya gimana forum sama ldks nya"
"Instruksi, kita ngundang alumni ga?" tanyaku
"Ah iya nah itu. Iya kita undang, di antara kita yang paling banyak deket sama alumni osis ya Afka. Jadi tugas itu aku serahin ke Afka"
"Oke" jawab Afka
-----
16.30 WIB
Aku menunggu angkutan umum datang di depan gerbang. Sesekali kulirik jam tangan kesal yang makin kesini semakin menunjukann waktu semakin sore. Sesekali juga aku melirik ke arah gerbang, siapa tau ada yang keluar dan bisa aku tumpangi sampai depan.
"Aishh" aku merutuk kesal dalam hati. Hari semakin gelap dan langit mulai bergemuruh. Rasa kesal dan panik bercampur aduk. Mamah dan Bapa tidak ada yang bisa dihubungi, mereka sedang sibuk saat ini. Bapa sedang di kantor dan Mamah menemani nenek di Rumah Sakit.
*krubuk...krubuk*
Suara itu berasal dari perutku yang lapar. Untunglah tukang batagor masih ada di seberang sana. Aku menyebrangi jalan dan memesan satu batagor kering.
"Neng kemala kenapa belum pulang" tanya mang batagor yang sedang membuat pesananku
"Nunggu angkot mang"
"Kemana emang pulangnya?"
"Buah batu"
"Oh buah batu. Kalau gasalah lagi macet di jalan solontongannya ada perbaikan jalan. Kenapa ga minta jemput?"
"Gaada yang bisa jemput mang"
"Biasanya sama irham neng?"
"Makasih mang, udah putus mang hehe"
"Aduh meni lebar. Sebentar yah, mang coba telfon temen mang yang bawa angkot buah batu udah dimana dia"
"Hehe iya mang makasih"
Irham.
Ah iya aku ingat lagi. Dulu waktu sore juga, Irham pernah menyuruhku menunggu di gerbang, ia waktu itu ada di sini sedang makan batagor bersama temannya. Tapi saat melihat diriku, dia langsung memberikan batagor yang ia makan kepada temannya dan langsung menuju ke arahku.
Irham apa kabar? Kamu dimana sekarang ham? Jika kamu tau aku sekarang disini sendiri menunggu angkutan umum untuk pulang, apakah kamu akan langsung menjemputku dan mengantarkanku sampai rumah seperti dulu? Kurasa tidak.
"Tuh neng angkotnya" seru mang batagor
"Ah iya makasih ya mang, ini uangnya hihi"
"Iya neng, hati-hati neng"
Irham, sekarang aku sudah perjalanan pulang. Jika kamu akan menjemputku, tidak usah. Kembali lagi saja ke dalam rumah, sebentar lagi hujan. Nanti kamu terkena hujan jika tetap nekat menjeputku.
*tik tik tik*
Suara rintikan hujan yang lama kelamaan semakin menjadi suara derasnya hujan mulai terdengar jelas. Bajuku sekarang bisa saja basah jika tidak segera kututup jendela angkot ini.
Tuhkan ham hujan disini, diam saja di rumah ham. Jangan menjemputku.
Ah tidak tidak irham maaf ham.
Maaf aku terlalu percaya diri bahwa kamu akan mengkhawatirkanku.